Wisata Gunung Kawi antara Mitos dan Keindahan Alam

Mitos dan Legenda di Lokasi Wisata Gunung Kawi

Dzargon – Wisata pegunungan selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, selain udara segar dan pemandangan hutan sepanjang mata memandang yang mampu ditawarkan oleh pegunungan. Pegunungan diketahui memiliki makna mendalam bagi sebagian masyarakat sekitar yang menaruh kepercayaan tertentu pada wilayah pegunungan.Sehingga selain menjadi salah satu destinasi wisata khas pada daerah tertentu, wilayah pegunungan juga dijadikan tempat keramat bagi sebagian masyarakat yang memiliki kepercayaan bahwa wilayah pegunungan memiliki kekuatan magis yang dapat mempengaruhi lini kehidupan manusia.
Salah satu gunung di pulau Jawa yang memiliki daya tarik di mata pendaki gunung adalah Gunung Kawi.Gunung Kawi sendiri merupakan gunung berapi yang masih aktif, seperti Gunung Merapi yang ada di Yogyakarta.Gunung Kawi sendiri terletak di kecamatan Wonosari, kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, gunung Kawi memiliki ketinggian sekitar 2.551 mdpl. Dengan ketinggian dan pesona pemandangan yang ada di gunung ini, para pendaki tentu tertarik untuk dapat menyusuri gunung ini.Selain menjadi salah satu gunung favorit para pendaki, gunung Kawi juga diminati oleh sebagian orang karena mitos yang ada di gunung Kawi.Menurut masyarakat sekitar, mitos yang berkembang di gunung ini berkaitan erat dengan adanya makam yang dikeramatkan dan beberapa bangunan khas Tiongkok yang ada di area gunung ini.Mitos yang ada di Gunung Kawi ini bahkan sangat terkenal, hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa yang mengunjungi Gunung Kawi untuk melakukan wisata ritual bukan hanya masyarakat lokal yang tinggal di Desa Wonosari, melainkan masyarakat dari desa lain bahkan dari daerah lain di luar Jawa Timur. 
foto grafi wisata di Gunung Kawi

Lokasi dan Akses Transportasi Menuju Gunung Kawi 

Kecamatan Wonosari yang merupakan letak gunung Kawi, berjarak sekitar 30 km dari pusat kota Malang.Secara geografis, kecamatan wonosari ini berbatasan dengan Gunung Kawi di bagian utara, berbatasan dengan kecamatan Sumber pucung di bagian selatan, kabupaten Blitar di bagian barat dan kecamatan Ngajum di bagian timur. Letak kecamatan Wonosari yang bearada di lereng Gunung Kawi, menjadikan kecamatan ini sebagai kecamatan yang menjadi pusat perhatian ketika terjadi gempa vulkanik. Namun, kondisi ini juga menjadikan kecamatan Wonosari memiliki bentang alam yang indah dan udara yang sangat sejuk dengan suhu rata-rata 10-30 derajat celcius.Karena letaknya di lereng gunung api, menjadikan kecamatan ini memiliki tanah yang subur.
Dengan kondisi geografis yang demikian, menjadikan kecamatan ini sangat cocok untuk bercocok tanam.Hal ini tentu saja sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat sekitar yang secara mayoritas bekerja di sawah dan di ladang perkebunan.Namun, selain bercocok tanam, banyak masyarakat yang berwirausaha di sekitar area wisata gunung Kawi.Sejak gunung Kawi mulai dikenal oleh masyarakat sebagai kawasan tujuan wisata religi, semakin banyak masyarakat yang mengandalkan kehidupannya dari wisata Gunung Kawi ini.
Memang destinasi wisata yang paling menarik bagi wisatawan di di kecamatan Wonosari ini adalah Gunung Kawi.Untuk mencapai Gunung Kawi, Anda dapat menggunakan berbagai jenis transportasi, baik transportasi umum maupun transportasi pribadi. Jika Anda menggunakan kendaraan umum, seperti pesawat, Anda dapat turun di bandara Sultan Abdul Malik di kota Malang. Jika Anda menggunakan kereta api, Anda dapat turun di stasiun Malang Lama, dan jika Anda mengunakan bus, Anda akan lebih dekat jika turun di terminal…. Namun, jika Anda menggunakan kendaraan pribadi, Anda dapat memilih melalui beberapa alternative rute menuju kawasan wisata Gunung Kawi.
Terdapat beberapa jalur yang dapat digunakan untuk mendaki gunung Kawi, diantaranya melalui jalur keraton yang berada di dusun Gendogo, jalur Kepanjen, jalur desa Gadingkulon atau jalur desa Semen, Gandungsari, Blitar.Jalur yang banyak dilewati oleh para pendaki adalah melalui keraton, yang terletak di dusun Gendogo, Balesari, kecamatan Ngajum, Malang. Melalui keraton ini, Anda akan masuk melalui gerbang Kawisari dan menuju perkebunan teh Senggorong. Dari perkebunan teh, perjalanan akan cukup melelahkan karena medan yang dilalui berupa jalanan menanjak. Melalui jalur ini, Anda memerlukan waktu kurang lebih 12 jam untuk dapat sampai ke puncak Gunung Kawi. 
Selain melalui jalur keraton, jalur lain yang umumnya digunakan oleh pendaki adalah melalui jalur desa Semen, Blitar. Dari kota Malang, Anda dapat menggunakan bus menuju daerah Blitar. Di Blitar Anda turun di pasar Wlingi, kemudian dari pasar Wlingi, Anda melanjutkan perjalanan ke desa Semen. Di desa Semen ini, Anda perlu mengunjungi polsek Desa Semen untuk mengurus surat perizinan pendakian ke Gunung Kawi. Setelah mendapatkan surat dari Polsek Desa Semen, Anda perlu melanjutkan perjalanan menuju ke Sirahkencong. Sirahkencong sendiri berjarak sekitar 10 km dari Desa Semen, sehingga untuk dapat saampai ke tempat ini Anda dapat menggunakan ojek atau menyewa mobil pick up. Di Sirahkencong ini, Anda perlu melapor ke pos penjagaan dengan melampirkan surat izin dari Polsek Semen. Setelah mendapatkan izin dari pos penjagaan, perjalanan dilanjutkan menuju pos 1 via Wukir Negara. Perjalanan menuju pos 1 ini membutuhkan waktu sekitar 2 jam, namun perjalanannya akan cukup menyenangkan karena tidak terlalu terjal. Total pos via rute ini adalah 5 pos.
Jarak antara satu pos dengan pos selanjutnya adalah sekitar 2 jam.Sama seperti perjalanan menuju ke puncak gunung, semakin mendekati pos teratas hingga puncak gunung, medanperjalanan mulai menanjak dan hanya sedikit ditemukan jalan yang landai. Pemandangan dari satu pos k epos lainnya pun akan sangat berbeda, jika di pos pertama Anda masih melihat area persawahan dan perkebunan, memasuki pos 2 dan 3 pemandangan berganti dengan rimbunnya pohon khas hutan tropis. Di pos ke empat, Anda akan mulai bertemu dengan tumbuhan yang mampu hidup di dataran tinggi, seperti pohon pinus dan bunga Edelweis. Di pos ke 5 hingga puncak gunung Kawi, masih akan Anda temui pepohonan, walaupun tidak serimbun di pos sebelumnya. Di puncak gunung Kawi, vegetasi yang mendominasi adalah lumut, yang merupakan tumbuhan pionir dari peristiwa suksesi yang umumnya memang banyak ditemukan di wilayah gunung berapi aktif. Sesampainya di puncak gunung, seluruh kelelahan yang Anda rasakan selaama perjalanan akan terbayarkan, karena hamparan langit dan gumpalan awan terasa sangat dekat dengan Anda. 
Wisata paling keren dan indah pesona wisata gunung

Sejarah dan Mitos Gunung Kawi

Selain menjadi tujuan pendakian yang mampu menguji adrenalin para pendaki, gunung Kawi lebih dikenal dengan wisata spiritualnya.Tidak diketahui secara pasti sejak kapan mitos mengenai gunung Kawi bermula.Namun, cerita yang berkembang di masyarakat menyatakan bahwa Gunung Kawi merupakan tempat salah satu prajurit Diponegoro untuk melarikan diri.Prajurit itu bernama Kyai Zakaria II atau yang lebih dikenal dengan Eyang Sujogo atau Eyang Jogo.Eyang Jogo diketahui melarikan diri ke gunung Kawi, bersama dengan seorang muridnya yang bernama RM Iman Sujono atau Eyang Sujo.Masyarakat memperkirakan, merekalah yang pertama kali membuka jalur menuju gunung Kawi.Kepercayaan masyarakat pun semakin kuat, karena di area gunung ini ditemukan dua pusaran makam, yang diduga makam Eyang Jogo dan Eyang Sujo, yang meminta dimakamkan di gunung Kawi.
Adanya mitos yang menyebutkan bahwa Gunung Kawi merupakan tempat eyang Jogo dan eyang Sujo tinggal, ditambah dengan adanya dua buah makam di area gunung, hal inilah yang kemudian diperkirakan menjadi asal mula masyarakat mempercayai bahwa Gunung Kawi memiliki kekuatan magis. Banyak orang datang ke Gunung Kawi untuk melaksanakan aktivitas ritual tertentu.Masyarakat yang datang ke gunung Kawi ini umumnya memiliki tujuan masing-masing, namun ritual yang umum dilakukan di Gunung Kawi adalah pesugihan.Sugih sendiri merupakan bahasa Jawa, yang berarti kekayaan.Sehingga diketahui bahwa masyarakat yang datang untuk melakukan ritual, umumnya bertujuan untuk meminta kekayaan.
Ritual di gunung Kawi, umumnya dilaksanakan pada jum’at legi atau tanggal 12 suro, hal ini diyakini memiliki kaitan dengan eyang Jogo dan eyang Sujo.Hal pertama yang dilakukan sebelum memulai ritual adalah para peziarah disarankan untuk mandi terlebih dahulu, untuk membersihkan diri secara jasmani dan rohani. Kemudian, peziarah akan berziarah ke makam yang ada di area gunung. Setelah berziarah, peziarah yang akan melaksanakan ritual, akan diminta bertapa selama kurang lebih tiga hari beralaskan selembar daun. Petapa ini tidak boleh melakukan aktivitas selain di atas selembar daun ini.Maksud dari aktivitas bertapa ini adalah untuk menunggu jatuhnya daun dari pohon Dewandaru.
Pohon Dewandaru atau lebih dikenal dengan pohon Dewa dalam kepercayaan orang Tionghoa.Masyarakat mempercayai jika bagian dari pohon ini jatuh di tempat pertapaan, maka pesugihan yang dilakukan diterima.Namun, untuk menunggu bagian dari pohon ini memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga petapa harus sabar menanti.Masyarakat sekitar mempercayai bahwa pohon Dewandaru dapat tumbuh di gunung Kawi ini berasal dari tongkat eyang Jugo yang sengaja ditancapkan ke tanah.Tongkat yang ditancapkan ini, awal mulanya digunakan sebagai pelindung dari berbagai gangguan, namun secara magis, tongkat ini mampu menumbuhkan pohon Dewandaru.
Selain pohon Dewandaru yang dikeramatkan, terdapat berbagai benda lain yang dikeramatkan di area gunung Kawi ini. Dua guci kuno yang ada di sekitar makam, dipercaya sebagai guci yang digunakan oleh Eyang Jogo untuk memberikan pengobatan kepada masyarakat yang datang padanya.Di guci yang terbuat dari tanah liat ini terdapat air, yang dipercaya memiliki kekuatan magis bagi orang yang meminumnya. Selain guci, ada pula padepokan milik eyang Sujo, yang pada masa lalu digunakan sebagai tempat untuk mendakwahkan ajaran islam kepada masyarakat yang datang padanya. Di padepokan ini terdapat beberapa benda peninggalan eyang Sujo, seperti bantal dan guling yang terbuat dari batang pohon kelapa, selain itu ada pula tombak pusaka peninggalan perang Diponegoro.Kemudian, ada pula petilasan milik prabu Kameswara yang dipercaya sebagai pendiri Kerajaan Kediri. Petilasan ini dipercaya digunakan prabu Kameswara untuk bertapa ketika kerajaan Kediri mengalami kekacauan. Petilasan ini masih ada hingga kini, yang jaraknya sekitar 1km dari lokasi makam.
Hal menarik lain yang perlu Anda ketahui adalah ketika keinginan petapa untuk memperoleh kekayaan disetujui, maka petapa perlu mengikuti ritual selanjutnya, yakni mengorbankan tumbal. Tumbal ini diibaratkan sebagai pengganti atas kekayaan yang telah diberikan. Tumbal yang diminta pun tidak main-main, yakni manusia yang masih memiliki hubungan darah. Tumbal ini perlu dikorbankan setiap tahunnya. Umumnya, seseorang yang menjadi tumbal, akan mengalami sakit atau kematian secara tiba-tiba. Masyarakat mempercayai jiwa tumbal yang telah wafat, akan menjadi pesuruh di kerajaan gaib yang ada di Gunung Kawi. 
Salah satu juru kunci Gunung Kawi menyatakan, bahwa tradisi ritual di Gunung Kawi ini diawali dari datangnya seorang laki-laki yang berwajah seperti keturunan Cina. Laki-laki ini ingin menemui eyang Jogo, yang dahulu menolong dirinya sewaktu masih berada di dalam kandungan ibundanya. Namun, karena eyang Jogo telah wafat, maka sebagai ucapan terima kasih, laki-laki ini bersedia merawat makam eyang Jogo dan juga ia berinisiatif mendirikan bangunan khas Tiongkok di area gunung Kawi, yang pada mulanya digunakannya untuk beribadah. Namun, sejak peristiwa ini, masyarakat mempersipkan bahwa area Gunung Kawi dapat dijadikan tempat untuk mencari “berkat” dengan jalan pintas. Padahal secara sejarahnya, Eyang Jogo dan Eyang Sujo tidak pernah melakukan ritual tertentu di area Gunung Kawi, mereka hanya melaksanakan ibadah sesuai ajaran agama islam. 

Tips Wisata ke Gunung Kawi 

Terlepas dari mitos yang beredar di masyarakat mengenai Gunung Kawi, Gunung Kawi merupakan destinasi wisata yang menyenangkan.Udara yang sejuk serta bentang alam yang indah, menjadikan Gunung Kawi sebagai salah satu destinasi wisata yang patut untuk dikunjungi. Jika Anda berniat untuk mendaki Gunung Kawi, berikut beberapa tips yang dapat Anda perhatikan ketika hendak mendaki Gunung Kawi. 
  1. Carilah informasi yang detail mengenai gunung yang hendak Anda daki. Pelajarilah setiap informasi yang diberikan dengan seksama. 
  2. Lakukanlah olahraga kecil-kecilan sebagai pemanasan, bagi Anda yang masih awam dengan kegiatan mendaki gunung. Karena mendaki gunung memerlukan kekuatan fisik, sehingga jangan sampai Anda tidak dapat mencapai puncak gunung karena terkendala oleh kondisi fisik Anda. 
  3. Gunakanlah pakaian yang nyaman untuk melakukan pendakian. Usahakan pakaian serta alas kaki yang Anda gunakan akan mempermudah langkah Anda dalam menapaki jalan menuju puncak gunung. 
  4. Bawalah perlengkapan yang Anda perlukan secukupnya. Karena medan yang akan ditempuh cukup terjal, maka bawalah barang sesuai kebutuhan untuk mengurangi beban Anda sewaktu mendaki. Usahakan juga menggunakan tas yang kuat dan nyaman untuk mempermudah perjalanan Anda. Perlengkapan yang tak boleh Anda lupakan adalah jaket, jas hujan, perlengkapan kemah dan perlengkapan masak.
  5. Pilihlah jalur yang umum digunakan oleh pendaki. 
  6. Upayakan untuk mendaki dengan sekelompok orang dan didampingi oleh orang yang sudah biasa mendaki. Karena walaupun terdengar mudah dan menyenangkan, mendaki gunung bukan perkara yang mudah.
  7. Sebaiknya Anda memilih waktu mendaki pada weekend atau hari libur, walaupun akan sangat ramai. Namun, jumlah orang yang banyak akan membantu Anda ketika Anda mengalami kendala saat mendaki. 
  8. Patuhilah seluruh peringatan yang ada di Gunung ini, karena gunung ini merupakan gunung berapi yang masih aktif. Selain itu, sebagaimana yang telah dikemukakan. Gunung Kawi merupakan gunung yang disakralkan oleh penduduk sekitar, maka sudah sepatutnya Anda menjaga area gunung Kawi selama mendaki. 
  9. Hindarilah perbuatan yang sekiranya akan menimbulkan dampak negatif, baik bagi diri Anda sendiri, teman maupun alam sekitar. 

Destinasi Wisata di Sekitar Gunung Kawi

Bagi Anda yang hanya ingin berwisata ke gunung Kawi, tanpa mendaki hingga ke puncak gunung, Anda hanya akan dikenakan biaya masuk sebesar Rp 5.000. Anda juga dapat bermalam di penginapan sekitar pegunungan, jika Anda ingin merasakan hawa sejuk desa ini.Karena di lereng pegunungan Kawi, Anda akan menemukan banyak hotel dan penginapan untuk Anda bermalam, selain itu akan banyak juga Anda temui warung-warung yang menjajakan makanan, minuman serta cenderamata khas Gunung Kawi. Jika Anda masih ingin menghabiskan waktu di area gunung Kawi, Anda juga dapat berkunjung ke beberapa destinasi wisata yang ada di sekitar gunung Kawi, diantaranya: peserean/ keraton Gunung Kawi danair terjun Coban Glotok.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *