Turki Ottoman ikut dalam Perang Dunia I

Perang Dunia I – Keterlibatan Kekaisaran Ottoman dan Kehancuran Khalifah Islamiyah

Dzargon – Eropa masih berada dalam kondisi yang sangat dingin di akhir abad 19. Pada musim dingin, hampir semua wilayah Laut Eropa membeku dan sulit untuk dilabuhi oleh kapal. Tsar Rusia sebagai salah satu kekaisaran terbesar di akhir abad 19 memutuskan untuk mencari laut hangat di daerah Balkan agar tetap memiliki pelabuhan pada musim dingin. Namun hal tersebut tersandung oleh kekuasaan Khalifah Turki Usmani (Kekaisaran Ottoman) yang wilayah kekuasaan sangat luas di daerah Balkan.

Setelah Franz Ferdinan tewas dalam peristiwa pembunuhan di Sarajevo, 28 Juni 1914. Austria-Hungaria langsung menyatakan perang Serbia. Hal ini tidak semata-mata karena kematian Putra Mahkota tersebut tapi krisis yang beberapa decade terjadi di Slavia. Rusia yang memiliki misi hubungan buruk dengan Jerman dan Austria-Hungaria kemudian membantu Serbia dalam Perang. Jerman sebagai sekutu dari Austria-Hungaria merespon bantuan senjata ke Serbia dengan menyatakan perang dengan Rusia. 2 Agustus 1914, Jerman kemudian menyerang Perancis di Belgia dan menyatakan perang dengan dua negara anggota Triple Entente. Hanya dalam hitungan pekan setelah itu, Eropa jatuh ke dalam perang besar yang lebih dikenal sebagai perang dunia I.

A. Latar Belakang

Pada penghujung abad ke-19 dan awal abad 20, perebutan kekuasaan dan wilayah di Eropa terus meruncing, Krisis yang terjadi hampir di semua lini, mulai dari sosial, budaya, ekonomi sampai perebutan kekuasaan. Hal ini membuat banyak perang terjadi di Eropa. Negara dengan kepentingan yang sama akhirnya membentuk aliansi. Paling tidak terdapay dua aliansi besar di Eropa kala itu, yakni Triple Entente dan Triple Alliance. Keduanya kemudian menjadi blok yang dikenal dengan sebagai Blok Sekutu dan Blok Sentral.

Turki Usmani yang lebih dikenal dengan sebuat Kekaisaran Ottoman juga terseret dalam konflik tersebut, paling tidak dengan Tsar Rusia yang ingin mencaplok wilayah laut Ottoman di daerah Balkan.

1. Warisan Permusahan

Kestaran Rusia dan Kakaisaran Ottoman sudah bermusuhan sejak masa kepemimpinan Ivan III (1462-1050). Ivan III dianggap campur tangan dengan pengungsi Konstatinopel yang berhasil ditaklukkan oleh Sultan Muhammad II atau Mehmet II. Hubungan kedua kerajaan ini bertambah buruk dengan adanya politik air hangat dari Rusia yang selalu berupaya menguasai seluruh wilayah Laut Hitam agar mereka masih memiliki pelabuhan yang tidak membeku pada musim dingin.

Dampak dari politik Air Hangat, Rusia mengalami banyak peperangan dengan Ottoman seperti perang Yunani, Perang Azov, dan Perang Krimea.

Tahun 1875, Penganut kristen Ortodoks melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan Ottoman dan direspon dengan perang terbuka oleh kekaisaran Ottoman. Rusia yang memiliki kepentingan mencaplok wilayah Ottoman di laut mati pun memanfaatkan situasi dengan melakukan intervensi militer pada tahun 1877. Turki Ottoman yang tidak mendapatkan dukungan dari Eropa akhirnya kalah dengan Rusia.

Jerman kemudian yang dipimpin oleh Otto Von Bismarck memediasi hubungan antara Rusia dan Tutki dengan mengadakan perundingan Berlin. Perjanjian ini melemahkan posisi Kekaisaran Ottoman. Dampaknya, Wilayah Serbia, Bulgaria, Rumania, dan Montenegor dimerdekakan sedangkan wilayah Kars Batum dan Ardahan diambil alih oleh Rusia. Perjanjian ini ternyata tidak menghetikan permusahan dan membuat Ottoman semakin tertekan di wilayah utara kekuasaannya.

Hanya saja perjanjian ini bisa membuat wilayah Asia Kecil sedikit tentram dan Rusia kini sedang fokus ke wilayah Timur untuk daerah Korea. Tahun 1905, Jepang yang dibantu oleh Inggris berhasil mengalam Rusia dan akhirnya wilayah Semenanjung Korea diambil oleh Jepang.

Pada saat Perang Dunia I pertama berlangsung, Turki belum mengambil bagian penting meskipun memiliki hubungan kedekatan dengan Jerman. Barulah pada 29 Oktober 1914, Turki secara resmi ikut ambil bagian dengan Perang Dunia I dengan cara menyerang Wilayah Rusia di sekitar Laut Hitam.

2. Hubungan Jerman – Turki

Turki memiliki hubungan kedekatan militer yang sangat kuat dengan Jerman pada masa Sultan Mahmud II (1808 – 1839). Jerman, saat itu adalah Prusia, mengirimkan banyak atase militer ke Turki termasuk perwira militer tinggi Prusia dikirim untuk melatih tentara-tentara Ottoman.

Prusia juga banyak menyumplai senjata-senjata modern ke Turki, sehingga Turki dengan senang hati menerima Investasi Prusia ke negaranya. Salah satu bentuk Investasi paling besar Prusia adalah jalur kereta Api dari Instanbul ke Prusia. Setelah itu, dibangun lagi jalur kereta api sampai ke Teluk Persia dan Baghdad. Prusia sendiri memiliki peran penting dalam membela Ottoman di kancah internasional.

Pada masa kempemimpinan Wilhelm II, Prusia memiliki hubungan buruk dengan kekaisaran Inggris. Wilhem menjalin hubungan dengan Ottoman dengan menyebut dirinya sebagai sahabat dari 300 juta pengikut Muhammad. Wilhem juga menyanjung keberanian Salahuddin dengan cara mengunjungi makamnya di Damaskus. Salahuddin adalah salah satu simbol kekuatan Islam yang memiliki kekuasaan besar selaman Perang Salib berlangsung pada akhir abad 11 dan awal abad 12.

Pada saat konflik Ottoman memanas dengan Inggris, Prusia dengan sigap memberikan dukungan kepada Ottoman untuk melakukan perang terbuka melawan Inggris. Sultan Mehmed V pun menyerukan perang dengan orang kafir Inggris. Hanya saja kata Kafir hanya merujuk kepada orang Inggris, sedangkan orang Prusia, Autria, Hungaria dan Bulgaria tidak masuk dalam golongan kafir ini. Hal ini dicemooh oleh Inggris dengan sebuta “Jihad Made in Berlin”.

3. Hasrat Mengembalikan Wilayah Kekuasaan

Pasca perjanjian Berlin yang diprakarsai oleh Otto Von Bismarck, Wilayah Turki di Asia Kecil sebagai besar lepas. Banyak yang dipaksa merdeka oleh tekanan Inggris. Wilayah Kars Batum dan Ardahan sendiri dimabil oleh Rusia ayng sudah menjadi tujuan politik Air Hangatnya sejak lama.

Perang Balkan satu yang berlangsung 1912 membuat posisi Turki semakin terjepit dengan banyak wilayah kekuasaan yang merdeka, kecuali daerah Istanbul. Tidak senang dengan kondisi ini, Tahun 1913 Turki kemudian memprakarsai perang Balkan dengan memanfatakan permusahan antar negara di Balkan. Ottoman pun berhasil menacplok kembali Trasia dari tangan Bulgaria. Pada saat perang Dunia I pecah, 1914, Turki memiliki semangat yang kuat untuk merebut kembali wilayah mereka yang dikuasai oleh Rusia. Hal ini yang menjadi salah satu alasan Turki ukut ambil bagian di Perang Dunia I.

4. Gerakan Turki Muda

Kekalahan demi kekalahan yang di alami oleh Turki Ottoman pada abad 19 membuatnya mendapatkan julukan Sick Man of Eropa. Kekuasaan militer yang semakin berkurang dan daerah kekuasaan yang semakin mengecil membuat Turki semakin kehilangan wibawa di kancah Internasional.

Dari dalam negeri, muncuk gerakan Turki Muda yang lebih mengedepankan nasionalisme. Banyak tokoh terpelajar yang ikut dalam gerakan ini seperti Kemal Pasha, Rasjid Pasha, Ali Pasha, Midhat Pasha dan kawna-kawan. Pada awalnya berdiri perkumpulan tanah air pada tahun 1906, lalu pada 1908 Organisasi ini berubah menjadi Gerakan Turki Muda.

Mustafa Kemal Atartuk Presiden Pertaam Turki
Mustafa Kemal Atartuk

5. Berkembangnya Pan Turkisme

Pada masih Khalifah Turki Usmani ada dua paham besar yang dianut oleh Turki yakni Pan Usmani dan Pan Ottoman. Pan Ottoman adalah pahaman yang menganut persatuan di bawah Ottoman dan menghormati minoritas dari semua elemen yang hidup di bawha kekuasaan Ottoman. Pan ini bertujuan agar negara-negara bagian dari Ottoman tidak melepaskan diri, namun upaya ini tidak berhasil seutuhnya. Beberapa negara tetap menginkan kemeredekaannya seperti Armedia dan Albania.

Selanjutnya muncul Pan Turkisme yang ditempuh untuk menyatukan bangsa Turki. Pan ini juga menjadi tandingan dari Pan Slavia yang dibentuk oleh Rusia untuk memberontak dari Turki. Hanya saja Pan ini ternyata mendorong pemberontakan yang dilakukan oleh suku-suku dan emir-emir di Arab untuk melepaskan diri dari Turki. Sultan Mehmed II akhirnya memiliki untuk membuat gerakan Pan Islamisme yang bertujuan menyatukan negara-negara Islam.

Peta Negara Penguasan di Sekitar Laut Mati daerah Balkan
Peta Asia Kecil Selama Perang Dunia I

6. Isolasi Diplomatik

Pasca terbentuknya gerakan nasionalisme Turki Muda didengunkan, banyak negara eropa yang tidak mendukungnya. Hasilnya banyak negara yang memutuskan hubungan Diplomatik dengan Turki Ottoman. Hal ini membuat Turki Ottoman kehilangan banyak sekutu.

Turki yang terus berupayan mendapatkan dukungan politik melalui diplomasi di Eropa tidak mendapatkan respon postif, kecuali dari bangsa Austro-Hungaria. Asutro Hungaria menganggap Turki dan kekaisaran mereka punya musuh yang sama yakni Pan Serbia. Dasar inilah yang membuat keduanya menjalin hubungan positif mellaui Anwar Pasha dan Talat Pasha. Setelah Negosisai dan hubungan Diplomatik juga terjalin dengan Prusia dan mendapatkan tanggapan sangat baik dari Kaisar Wilhelm II yang menyatakan dirinya sebagai Sahabar dari Penguikut Nabi Muhammad.

B. Ottoman Dalam Perang Dunia I

Pasca Kematian Franz Ferdinan ditangan revolusioner Serbia, Princip, Austro-Hungaria menyatakan perang dengan Serbia pada tanggal 28 Juli 1914. Momentum ini juga menjadi penanda perang Dunia I dimulai. Rusia yang memiliki kepentingan dengan konflik ini melalui politik Air hangatnya, membeirkan bantuan milite rdna persenjataan ke Serbia. Melihat Rusia ikut campur di perang Asutro-Hungaria vs Serbia, Jerman ikut ambil bagian dengab membantu saudara jauh mereka suku Austro Hungaria.

Pada masa awal perang, Ottoman tidak memiliki banyak pasukan untuk ikut terlibat langsung dengan Perang Dunia I. Turki Ottoman hanya memiliki 360 ribu pasukan, namun bagi Ottoman pasukan bukanlah pertimbangan utama. Ottoman punya misa besar membebaskan wilayah-wilayah Muslim yang berada di bawah jajahan Inggris dan Perancis seperti di Afrika Utara.

Semangat perang Turki juga meningkat setelah Kaisran Wilhem II, pemimpin Prusia (Jerman) menyatakan dukugan penuh terhadap orang-orang Islam untuk merebut kemerdekaannya dari tangan Inggris dan Perancis. Hasilnya Turki Ottoman dengan besar hati ikut ambil bagian dalam perang Dunia I.

1. Insiden Goeben dan Breslau

Sebelum perang dunia I pecah, Turki Ottoman memesan dua kapal perang modern kepada pemerintah Inggris dan melunasi pembayarannya pada 1 Agustus 1914 pada sat perang Austru-Hungarian dan Serbia sudah pecah. Akan tetapi Inggris menunda penyerahan kapal Perang tersebut dengan alasan ada uji coba tambahan dalam proses pembuatan kapala.

Belakangan, Panglima tertinggi angkatan Laut Inggris, Winston Churchill justru mengakuisisi kapal tersebut atas nama Pemerintah Inggris. Hal ini membuat Turki Ottoman geram. Jerman yang mengetahui hal tersebut akhirnya menawarkan Kapal Perang Goeben dan kapal penjelajah ringan tipe Breslau ke Turki Ottoman untuk mengamankan laut Mediterania.

Dua kapal tersebut sebelumnya menjalan misi pengeboman kota Toulon, Perancis kemudian berlatar menuju selat Dardanella. Kapal Inggris dan Perancis sempat mengejar dua kapal tersebut namun selamat tiba di Dardanella pada 10 Agustus 1914.

Inggris yang merasa tidak bersalah dengan insiden pembelian kapal Turki menuntut ekstradisi dua kapal Jerman tersebut namun di tolak mentah-mentah oleh Menteri Said Halim Pasha dan menyatakan telah membeli ke dua kapal tersebut dari Jerman. Di dalam kapal Geoben juga ikut serta Laksmana Wilhem Souchon yang nantibanya memiliki peran besar dalam serangan di Laut Hitam.

2. Serangan Laut Hitam

Tanggal 29 Oktober 1914, Dua kapal Jerman Geoben dan Bresslau yang tiba di Dadanella 10 Agustus 1914 lalu bergerak menuju pangkalan Rusia di Laut Hita, Tujuannya adalah menjalan perintah penyerangan dari Menteri Peperagan Ottoman, Enver Pasha. Laksamana Wilhem Souchon juga ikut ambil bagian dalam penyerangan.

Serangan tersebut berhasil, pesisir Rusia rusak parah dan Turki berhasil menunjukkan Supermasi mereka di daerah Laut Hitam. Disisi lain Rusia mengambil langkah cepat untuk memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan Serangan tersebut dan sangat murka dengan Ottoman. Ottoman kemudian dengan resmi terlibat dalam perang dunia I pada 11 November 1914.

3. Perang Melawan Rusia

Perang Dunia I akhirnya mempertemukan Ottoman dengan Rusia pada pertemuan di Bukit Kaukasus. Pertempuran tersebut pecah pada 24 Oktober 1914. Pasukan Turki Ottoman terbilang menang jumlah yang diperkirakan 100.000 sampai 190.000 ribu sedangkan di pihak Rusia yang menjaga Kaukasus hanya sekitar 50.000, sebanarnya ada sekitar 100.000 tentara aktif disana namuan setengahnya dikerahkan untuk berperanng melawan Jerman di Tannenberg. Hanya saja dari sisi persiapan dan perlengkapan perang, Turki memiliki perlengkapan yang sangat minim untuk terjun di pertempuran sekelas Perang Dunia I.

Pertemuparan Kauskasus juga melibatkan banyak pihak lain seperti Jerman, Azerbaijan, Georgia yang berada di pihal Ottoman, sedangkan Armenia dan Inggris berada di pihak Rusia. Perang di mulai adapa 1 November dimana Rusia pertama kali melakukan serangan ke Bergmann. Pernyatan perang resmi diumumkan pada 2 November. Serangan ini bertujuan merebut Koprukoy dan Dogubeyazit.

Relawan Armenia membantu Rusia dalam serang tersebut dan berhasil merebut Dogubeyazit dan Karakose sedangkan Koprukoy berhasil dipertahankan Ottoman. Akhir November 1914, Suasana di Dogubeyazit dan Karakose relatif stabil. Meskipun menang Jumlah, Pasukan Ottoman banyak yang berguguran karena suhu yang sangat ekstrim di musin Dingin Kauskasus. Persiapan yang minim menjadi penyebab utama.

15 Desember 1914, Kolonel Stange dari Jerman memimpin pasukan Ottoman dalam perang di Ardahan. Perang tersebut berhasil dimenankan pihak Ottoman dan Ardahan berhasil dikuasai. 22 Desember, Pertempuran Sarikamish pecah. Gubernur Vorontsov sebenarnya mengusulkan pasukan untuk mundur sementara dari Kauskasus namun Komandan pasukan Yudenich memilih untuk bertahan di sana dan berperan melawan pasukan Ottoman yang dipimpin oleh Enver Pasha.

Sikap Armenia yang mendukung pihak Sekutu membuat Orang-orang Armenia di bantai habis-habisan. Sisanya diungsinka ke kamp-kamp konsentrasi di Suriah. Dalam perjalan yang jauh banyak dari mereka yang mati kelaparan karena minimnya bekal dibawa selama masa pengungsian. Peristiwa ini dikenal sebagai Pembantaian Armenia.

Pertemupan Koprukoy tahun 1916, PAsukan Ottoman yang berada di bawah perintah Abdul Kerim Pasha berhasil ditaklukkan oleh pasukan Rusia yang dipimpin oleh Yudenich. Dalam pertempuran tersebut Ottoman kehilangan 20 ribu tentara. Tahun 1917, terjadi Revolusi Rusia, Garis komandi yang mengendur pasca Revolusi membuat banyak tentara Rusia yang meninggalkan garis depan pertempuran di Kauskasus sehingga Ottoman dengan mudah mengambil alhir wilayah sebelumnya sudah dikuasai oleh Rusia.

4. Perang Melawan Inggris

November 1914, Inggris bergerak di menuju Daerah Iraq dan merebut Basra. Pertempuran Basra ini ada perang pertaman Ottoman melawan Inggris. Ottoman menugaskan Ahmed Djemal Pasha di Palestina untuk menjaga Terusan suez. Inggris merespon hal tersebut dengan mengirimkan pasukan Anzac yang teridir dari gabungan tentara Australia dan Selandia Baru ke Galipolli.

Tujuan Inggris adalah menekan Ottoman dan juga mencegah Bulgaria ikut mengambil bagian dalam perang dunia I. Nassa pada tahun 1915, sebuah wabah penyakit menyerang pasukan Truki yang menjaga Palestina sehingga membuat Palestina rentang terhadap serangan. Hal ini dimanfaatkan oleh Inggris dan pada Desember 1917, Inggris berhasil merebut Palestina.

Kekalahan ini menjadi daya dukung sendiri bagi pihak Sekutu diman Terusan Suez dimanfaatkan sebagi jalur reinforcement Sekutu ke tentara Rusia di Selat Dardanella. Turki sendiri harus meninggalkan Palestina dan mendeportasi orang-orang Turki yang tinggal di Jaffa dan Tel Aviv.

Suasan Perang Dunia I antara Inggris dan Ottoman di Palestina

5. Pemberontakan Suku dan Emir Arab

Bagi sebagai Emir-emir dan suku-suku Arab, Pemerintahan Ottoman dianggap Represife terutaam setelah bergabung dengan Blok Sentral. Hal ini membuat banyak terjadi pemberontakan oleh suku-suku Arab. Penjaga kota Mekkah, Sharif Hussein menyatakan dukungan kepada Inggris 1916. 10 Juni 1916, Hussein memerintahkan penyerangan Mekkah yang dikuasai oleh tentara Ottoman.

Pada penyerangan tersebut, Turki memiliki jumlah yang lebih sedikit namun persenjataan yang lebih lengkap sedangkan Hussein mendapatkan bantuan dari Mesir yang mendapata restu dari Inggris. Sementara itu, Laut merah sudah dikuasai oleh Inggris dan Perancis. Garnisun Ottoman di Pelabuhan Jedda kewalahan mendapatkan serangan dari laut oleh Inggris dan Perancis, sedangkan dari darat diserang oleh orang-orang Arab. Hal sebaliknya terjadi di Hejaz, Garnisun Turki Ottoman masih tangguh diperkuat oleh 15 ribu tentara.

Inggris sangat getol meruntuhkan kekuasaan Ottoman di Arab. Salah satu upayanya adalah mengirim penasehat militer mereka ke suku-suku Arab terutama kerajaan Hejaz. Salah satu tokoh yang muncul sebagai kunci pemberontakan adalah T.E. Lawrance yang dikenal sebagai Lawrance of Arabia. Lawrance dikirim ke Hejaz untuk melakukan pemberontakan namun karena gigihnya pasukan Ottoman, Pemberontakan Arab Saudi baru berhenti pada tahun 1919.

C. Perjanjian Ottoman pasca Perang Dunia I

Pasca kekalahan pihak Sentral setelah penandatangan perjanjian Versaille oleh Jerman, Turki yang berada dalam pihak yang sama juga sudah dinyatakan kalah perang. Sebagi Pihak yang kalah Turki Ottoman dipaksa membuat perjanjian dengan sekutu pada 1920 di Sevres. Perjanjian ini dikenal dengan napa Sevres Treaty.

Isi perjanjian Sevres adalah :

  1. Pendirian Kerajaan Hejaz secara mandiri dan pada tahun 1932 berdiri mejadi kerajaan Arab Saudi
  2. Penderian Republik Demokratik Armenia
  3. Pengendalian finansial Ottoman kepada pihak sekutu
  4. Suriah diserahkan ke Perancis
  5. Izmir diberikanke Yunani
  6. Dodekanisa, sebagian besar Anatolia dan Konya diberikan ke Italy
  7. Kurdi berhak menentukan nasibnya melalui Referendum

Setelah Perjanjian Sevres, kemudian ada perjanjian Lausanne (1923) dimana Mustafa Kemal Atartuk sebagai pemimpin Turki Muda melakukan desakan kepada Sekutu dan akhirnya membuat perjanjian dengan kesepakatan baru. Perjanjian ini menghentikan permusahan antara Inggris dan Turki. Salah satu klausal yang paling crusial adalah Turki tidak perlu membayar ganti rugi peperangan dan Turki tidak perlu membatasi angkatan perangnya. Selain itu Wilayah kekuasaan Turki juga tidak jadi terpecah. Sebagai penutup, Mustafa Kepal Pasha diangkat menjadi Presiden Pertama Turki setelah sebelumnya dipimpin oleh seorang Khalifa.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *