Menikah Bagi Wanita adalah Kewajiban atau Pilihan

Dzargon – Kehidupan wanita modern di tengah kampanye kesetaraan Gender terkadang dibenturkan oleh dua pilihan. Pilihan tersebut yakni pilih membina rumah tangga atau membangun karir. Pertanyaan yang seperti membatasi pergerakan wanita karena hanya bisa di satu sisi. Menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir.

Padahal kan, mungkin seorang wanita tidak memilih tapi menjalani dua-duanya. Lihat Najwa Sihab yang bisa menjadi Ibu sekaligus wanita karir yang lantang menyuarakan kebenaran.

Kalau Najwa Sihab terlalu elegan, ada Ayu Ting Ting yang malah memilih menjadi singgel parent untuk putrinya Bilqis tapi tetap saja malang melintang di banyak stasiun televisi swasta.

Well!!

Bagi wanita yang berfikiran modern, dua hal tersebut bukanlah piliha tapi lebih tepatnya disebut sebagai goals!!!

Pandangan Wanita Indo terhadap Penrikahan

Unik meman sih, kebanyakan wanita di Indonesia menikah bukan karena sudah pas tapi karena ada target. Seperti ngejar setoran atau kerjain tugas. Selesai tidak selesai, harus dikumpul.

Kalau gak percaya…

Kita pasti sama-sama sering dengar kalau ada wanita yang yang punya cita-cita menikah di usia 24 tahun misalnya. Padahal gak ada ujan dan gak ada angin, sudah punya goals menikah di usia tertentu. Syukur-syukur kalau yang biacara seperti ini usianya sudah 22 tahun, punya pekerjaan dan sudah punya pasangan.

Lah ini kadang juga kita dengar pernyataan ini dari remaja putri yang masih kuliah, pacar gak punya dan berasal dari keluarga yang ekonimi menengah ke bawah. Tidak kapok apa? berasal dari keluarga yang menikah bukan karena waktunya sudah tepat, tapi karena pengen nikah aja tanpa perencanaan.

Dari dulu sering banget nemuin perbedaan pendapat soal menikah. Mayoritas cewek pasti bakal bilang ‘Ya umur segini pokoknya gue nikah’ ‘Aduh masa nyokap udah ngomongin aja soal nikah’ tapi ada satu jawaban yang waktu itu keluar dari mulut temen ane dan unik banget, yaitu ‘Gue sih gak mau nikah’. Seketika gue langsung kaget dan mikir masih ada di Indonesia yang dimana budayanya mengeluarkan stigma negatif ketika terdapat umur yang udah mencukupi tapi belum juga mengucapkan ijab kabul.

Langsung lah dari situ mindset berubah dan berpikir mungkin sebenernya menikah itu bukan suatu kewajiban dan harusnya orang lain gak ikut campur sama urusan asmara walaupun itu teman terdekat. Pemikiran ane jadi bilang kalau setiap orang punya hak buat milih mau menikah atau nggak.

Setelah bulatin mindset kayak gitu, datenglah hukum agama yang menjelaskan dimana nikah adalah bentuk ibadah. Tiap orang yang menikah berarti udah memenuhi salah satu ibadah yang disuruh oleh tuhan. Ketakutan jika rezeki jadi dibagi dua, pemasukan sedikit, atau kebutuhan segudang ketika menikah, banyak orang bilang minim kejadian karena biasanya anugerah menikah adalah adanya ‘Wah, kayaknya ini rezeki dia (pasangan) deh lewat gue’ atau ‘Pas banget, gue mau nikah dapet rezeki’.

Kalo menikah itu pilihan tapi juga ibadah, jadi menurut Sista, menikah ini kewajiban atau pilihan masing-masing orangnya? Coba deh kalian sharing pemikiran mengenai hal ini di kolom komen bawah

Terlepas di antara 2 pilihan itu, menurut ane jangan pernah sia-siain masa lajang kalian atau menikah cuma karena udah banyak temen yang nikah ditambah orang tua udah dorong sana sini biar cepet menyandang status sebagai pasutri. Kalo kata Raditya Dika, ‘Menikahlah karena dia orangnya, bukan karena bukan waktunya’ emoticon-Big Grin

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *