MAkalah Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu

Perkembangan Filsafat Ilmu

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dalam kontek sejarah perlu kiranya mengetahui sejarah perkembanganilmu dan falsafahnya. Sinergi dengan pernyataan tentang kesatuan sejarah,yang artinya bahwa pengetahuan harus mengabdi pada umat dan manusia.Disinilah perlunya kita tinjau filsafat ilmu dan sejarah perkembangannyasecara integral. Dalam mempelajari sejarah perkembangan ilmu tentu saja kitatidak bisa berpaling dari asal filsafat itu sendiri yaitu Yunani, denganpembagian klasifikasi secara periodik.Filsafat ilmu berkembang dari masa ke masa sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta realitas sosial. Dimulaidengan aliran rasionalisme-empirisme , kemudian kritisisme dan positivisme.Karena setiap periode mempunyai ciri khas tertentu dalamperkembangan ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan demi penemuan yangdiakukan oleh manusia hingga zaman sekarang ini tidaklah terpusat di satutempat atau wilayah tertentu.

B. Tujuan Penulisan

Berdasarkan penjelasan dapat diambil suatu rumusan dari penulisanmakalah ini. Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu:

  1. Untuk mengetahui sejarah filsafat ilmu
  2. Untuk mengetahui perkembangan filsafat ilmu

Bab II. Pembahasan

Sebelum membahas sejarah perkembangan filsafat ilmu, sebagai penulis kiranya kami menjelaskan beberapa hal yaitu betapa pentingnya atau manfaat dari mahasiswa untuk mempelajari filsafat ilmu, dan manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut, antar lain:

  1. Untuk semakin mempertegas dan memperdalam pengetahuan tentang filsafat ilmu.
  2. Melatih diri dalam melakukan penelitian, pengkajian dan pengambilan kesimpulan terhadap suatu hal.
  3. Menjadi acuan motivasi untuk lebih kritis terhadap ilmu pengetahuan.

Kata filsafat ilmu merupakan hal yang sangat penting utamanya dalam pengkajian ilmu pengetahuan, karena filsafat ilmu merupakan keinginan mendalam untuk mengetahui sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya.berdasar kepada pengertian filsafat tersebut, dpat didefenisikan bahwa filsafat itu memang sudah ada sejak adanya manusia pertama yaitu nabi adam AS. Berikut periodesasi filsafat ilmu:

A. Pra Yunani Kuno (abad 15-7 SM)

Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum mengenal peralatan seperti yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Masa zaman batu berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000 tahun sebelum masehi. Sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain: alat-alat dari batu, tulang belulang dari hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar digua-gua, tempat-tempat penguburan, tulang belulang manusia purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat diruntut melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, China, Timur Tengah dan Eropa.

B. Zaman Yunani kuno (abad-7-2 SM)

Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja (receptive attitude) tetapi menumbuhkan anquiring attitude (senang menyelidiki secara kritis).

Sikap inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli pikir yang terkenal sepanjang masa.slaha satu tokoh Yunani yang terkenal pada waktu itu PARMENIDES dengan pendapatnya ”hanya yang ada itu ada” menides tidak mendefinisikan apa itu “yang ada”, tetapi dia menyebutkan beberapa sifat­nya yang meliputi segala sesuatu. Menu­rutnya, “yang ada” itu tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. “Yang ada” itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal. Kalau orang menyangkal bahwa “yang ada” itu tidak ada, dengan per­nyataannya sendiri orang itu mengakui bah­wa “yang ada” itu ada. Sebab, kalau benar “yang ada” itu tidak ada, orang itu tidak dapat menyangkal adanya “yang ada”. Jadi, kenyataan bahwa “yang ada” itu dapat di­tolak keberadaannya menunjukkan “yang ada” itu memang ada, sedangkan “yang tidak ada” itu tidak ada! Sesuatu “yang tidak ada” sama sekali tidak dapat dikatakan atau dipikirkan, apalagi didis­kusikan (disanggah atau diiyakan).

Sebaliknya, “yang ada” itu selalu dapat dikatakan, dipikirkan, dan didiskusikan. Oleh sebab itu, per­nyataan Parmenides ini menjadi terkenal, “Ada dan pemikiran itu satu dan sama.” Maksudnya, “yang ada” itu selalu bisa dipikirkan, dan “yang dapat dipikirkan” selalu ada. Parmenides membuat suatu pemisahan tajam antara apa yang kelak disebut “pengetahuan empiris”, yakni pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman atau pencerapan indrawi (empeiria, Yunani), dengan “pengetahuan akal budi” yang murni dan sejati. Jenis pengetahuan yang terakhir ini hanya diperoleh berkat akal budi yang mampu menangkap “ada” yang bersifat satu dan tidak berubah, di balik segala sesuatu yang bersifat indrawi melulu dan tidak mantap. Dengan gaya seorang penyair, Parmenides menantang siapa pun untuk berani memakai daya akal budinya melawan arus pendapat umum, “Jangan biarkan dirimu didesak ke jalan yang salah oleh kuatnya kebiasaan dan pan­dangan umum. Jangan percaya pada penglihatan yang menyesatkan dan telinga yang hanya mengumpulkan bunyi-bunyi. Juga jangan percaya pada lidah: hanya akal budi semata-mata hendaklah menjadi penguji dan hakim segala sesuatu.”

C. Zaman Pertengahan (Abad 2- 14 SM)

Zaman pertengahan (middle age) ditandai dengan para tampilnya theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini adalah hampir semuanya para theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan kata lain kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama.

Semboyan pada masa ini adalah Anchila Theologia (abdi agama). Peradaban dunia Islam terutama abad 7 yaitu Zaman bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan stronomi, 8 abad sebelum Galileo Galilie dan Copernicus. Sedangkan peradaban Islam yang menaklukan Persia pada abad 8 Masehi, telah mendirikan Sekolah kedokteran dan Astronomi di Jundishapur

D. Masa Renaissance (14-17 M)

Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama, Renaissanse adalah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Tokoh-tokohnya adalah : Roger Bacon, Copernicus, Tycho Brahe, yohanes Keppler, Galilio Galilei. Yang menarik disini adalah pendapat Roger Bacon, ia berpendapat bahwa pengalaman empirik menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematik merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan. Menurut Bacon, filsafat harus dipisahkan dari theologi. Agama yang lama masih juga diterimanya. Ia berpendapat bahwa akal dapat membuktikan adanya Allah. Akan tetapi mengenai hal-hal yang lain didalam theology hanya dikenal melalui wahyu. Menurut dia kemenangan iman adalah besar, jika dogma-dogma tampak sebagai hal-hal yang tidak masuk akal sama sekali.

Sedangkan Copernicus adalah tokoh gereja ortodok, yang menerangkan bahwa matahari berada di pusat jagat raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerakan tahunan mengelilingi matahari. Teori ini disebut Heliosentrisme. Namun teorinya ditentang kalangan gereja yang mempertahankan prinsip Geosentrisme yang dianggap lebih benar dari pada prinsip Heliosentrisme. Setiap siang kita melihat semua mengelilingi bumi. Hal ini ditetapkan Tuhan, oleh agama, karena manusia menjadi pusat perhatian Tuhan, untuk manusialah semuanya, paham demikian disebut Homosentrisme. dengan kata lain prinsip Geosentrisme tidak dapat dipisahkan dari prinsip Homosentrisme.

E.   Perkembangan Filsafat Zaman Modern (17-19 M)

Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan bercorak sufisme Yunani. Paham–paham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme, Idialisme, dengan Empirisme. Paham Rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting pendukung rasionalisme, yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.

Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa., spirit, Para pengikut aliran/paham ini pada umumnya, sumber filsafatnya mengikuti filsafat kritisisismenya Immanuel Kant. Fitche (1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut Idealisme subyektif merupakan murid Kant. Sedangkan Scelling, filsafatnya dikenal dengan filsafat Idealisme Objektif .Kedua Idealisme ini kemudian disintesakan dalam Filsafat Idealisme Mutlak Hegel.

Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme. Mereka menentang para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori. Pelopor aliran ini adalah Thomas Hobes Jonh locke,dan David Hume.

F.     Zaman Kontemporer

Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah dalam kontek ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu pada zaman sekarang adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. Yakni dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang. Yang disebabkan oleh semakin kritisnya umat manusia era sekarang yang di bantu oleh adanya alat-alat yang canggih. Pada periode ini berbagai kejadian dan peristiwa yang sebelumnya mungkin dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu dan teknologi dapat berubah menjadi suatu kenyataan. Bagaimana pada waktu itu orang dibuat tercengang dan terkagum-kagum, ketika Neil Amstrong benar-benar menjadi manusia pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan. Begitu juga ketika manusia berhasil mengembangkan teori rekayasa genetika dengan melakukan percobaan cloning pada kambing, atau mengembangkan cyber technology, yang memungkinkan manusia untuk menjelajah dunia melalui internet. Belum lagi keberhasilan manusia dalam mencetak berbagai produk nano technology, dalam bentuk mesin-mesin micro-chip yang serba mini namun memiliki daya guna sangat luar biasa.

 Semua keberhasilan ini kiranya semakin memperkokoh keyakinan manusia terhadap kebesaran ilmu dan teknologi. Memang, tidak dipungkiri lagi bahwa positivisme-empirik yang serba matematik, fisikal, reduktif dan free of value telah membuktikan kehebatan dan memperoleh kejayaannya, serta memberikan kontribusi yang besar dalam membangun peradaban manusia seperti sekarang ini.

Namun, dibalik keberhasilan itu, ternyata telah memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak sederhana, dalam bentuk kekacauan, krisis yang hampir terjadi di setiap belahan dunia ini. Alam menjadi marah dan tidak ramah lagi terhadap manusia, karena manusia telah memperlakukan dan mengexploitasinya tanpa memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya. Berbagai gejolak sosial hampir terjadi di mana-mana sebagai akibat dari benturan budaya yang tak terkendali.

Kesuksesan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi raksasa ternyata telah menjadi bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Raksasa-raksasa teknologi yang diciptakan manusia itu seakan-akan berbalik untuk menghantam dan menerkam si penciptanya sendiri, yaitu manusia.

Berbagai persoalan baru sebagai dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi yang dikembangkan oleh kaum positivisme-empirik, telah memunculkan berbagai kritik di kalangan ilmuwan tertentu. Kritik yang sangat tajam muncul dari kalangan penganut “Teori Kritik Masyarakat”, sebagaimana diungkap oleh Ridwan Al Makasary. Kritik terhadap positivisme, kurang lebih bertali temali dengan kritik terhadap determinisme ekonomi, karena sebagian atau keseluruhan bangunan determinisme ekonomi dipancangkan dari teori pengetahuan positivistik. Positivisme juga diserang oleh aliran kritik dari berbagai latar belakang dan didakwa berkecenderungan meretifikasi dunia sosial. Pandangan teoritikus kritik dengan kekhususan aktor, di mana mereka menolak ide bahwa aturan aturan umum ilmu dapat diterapkan tanpa mempertanyakan tindakan manusia. Akhirnya “Teori Kritik Masyarakat” menganggap bahwa positivisme dengan sendirinya konservatif, yang tidak kuasa menantang sistem yang eksis.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari pembahasan Diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1.      Bahwa filsafat ilmu mengalami sejarah yang panjang sejalan denganperkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.

2.       Bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa lepas dari perkembanganpemikiran secara teoritis yaitu senantiasa mengacu kepada peradabanYunani .Oleh karena itu periodesasi perkembangan ilmu disusun mulai dariperadaban Yunani kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan pada zaman kontemporer. Penemuan-penemuan yang spektakuler terjadi sepanjang zaman dari masaPra Yunani kuno sampai pada masa kontemporer tentu saja sangatdipengaruhi oleh tokoh pemikir (filosof) yang hidup pada zaman masing-masing dan menambah kekayaan khasanah ilmu pengetahuan khususnyacabang filsafat yaitu filsafat ilmu.

B. Saran


Saran yang dapat kami sampaikan adalah:

Seharusnya kita sebagai calon pendidik haruslah banyak mengetahui tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, dan siapa saja penemu yang berperan penting dalam kehidupan ini.
Sebagai umat yang beriman, kita seharusnya mengetahui batasan-bataan dalam pengembangan ilmu itu sendiri.

. Sebagai penyusun, kami menyadari banyak hal yang masih kurang. Dan jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan atau kekeliruan, mohon kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Amien, Miska M. Epistemologi Islam: Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam. Jakarta: UI Press, 1983

Anshari, Endang S. Ilmu, filsafat, dan Agama. Bina Ilmu: Surabaya, 1985

Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius 1998

Sabri, Muhammad Dkk. Filsafat Ilmu.  Makassar: Alauddin Press 2009

Raverts, Jerome R. Filsafat Ilmu.Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1982

http://sukman21.blogspot.com/2013/10/periodesasi-perkembangan-sejarah.html

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *