Lukisan Paus Urbanus II Perang Salib I

Perang Salib I dan Titah Berdarah Paus Urbanus II

Perang Salib I adalah perang yang terjadi dalam rentang waktu 1096 sampai 1099 berdasarkan titah Paus Urbanus II yang melibatkan pasukan Salib (Crusader). Tujuan utama dari perang ini adalah merebut Tanah Suci dari orang-orang Arab khususnya Dinasti Fatimiyah yang saat itu menguasai sebagian besar wilayah di tanah suci.

Perang salib pertama dimulai dari tahun 1096 sampai dengan 1099 adalah sebuah perang yang pertama yang dilandasi keinginan untuk merebut tanah Suci. Perang yang disahkan oleh Paus Urbanus II pada tahun 1095 melalui sebuah pidati (Khutbah) keagaaman dengan membawa dua Isu yakni mengembalikan Yerusalem ketangan Kristen dan membantu kekaisaran Bizantium untuk merebut kembali kekuasaan sebagai Kekaisaran Romawi Timur.

Perang yang diawali dengan ziarah bersenjata dari persatuan prajurit salib (Crusade) dari seluruh wilayah Eropa yang mengambil bagian dalam ekspedisi militer terbesar sepanjang sejarah. Perang ini adalah upaya pengembalian tanah Levant yang dikuasai oleh kaum Muslim sejak tahun 632 sampai 661 dan berakhir pada tahun 1099 dengan penguasaan Yerusalem ke tangan umat Kristian.

Perang Salib diprakarsai oleh Paus Urbanus II atas permohonan kaisar Bizantium Alexios I Komnenos yang mengajukan bantuan tentara perang agar bisa memberikan perlindungan bagi para peziarah ke tanah suci Yerusalem dan juga menyatukan kembali perpecahan yang terjadi pada kubu Gereja-gereja di timur. Kaisar Bizantium memohon bantuan dalam mencegat kaum Turki Seljuk dari Anatolia dan juga penaklukan Yerusalem agar kaum Kristen dari Timur terbebas dari kekuasaan kaum Muslim Seljuk.

Selama perang salib pertama telah menyebakan migrasi besar-besaran dari Eropa Barat ke wilayah bagian Asia Barat melalui perjalanan darat dan juga laut. Para Kstaria, Petani dan penganut Kristen Katolik dari seluruh Eropa bergerak menuju Konstantinopel lalu berjalan menuju Yerusalem. Setelah tiba di Yerusalem, Para prajurit salib ini kemudian mengepung Yerusalem dan melawan persatuan antara Islam dan Yahudi di dalam benteng.

Pengepungan yang berkahir dengan kemengan di tangan Kristen Katolik menyebabkan pembataian besar-besaran terhadap umat Islam, Yahudi dan Kristen Ortodoks yang berada di dalam benteng. Kemenangan ini pula menjadi landasan berdirinya Negara-negara tentara Salib yakni Kerajaan Yerusalem, County Tripoli, Kepangeranan Antikhia dan County Edessa. Berdirinya keempat negara ini adalah bentuk penghianatan Prajurit Salib Eropa terhadap salah satu sumpah mereka datang ke Asia Barat yakni mengembalikan tanah kekaisaran Bizantium ke tangan tuannya.

Perang Salib pertama ini adalah permulaan dari Sembilan perang yang berlangsung hampir 4 abad dan merupakan perang terpanjang sepanjang sejarah. Status para Crusade yang enggan mengembalikan tanah kekuasaan ke tangan kekaisaran Bizantium membuat status perang salib pertama bersifat defensif dan agresif secara bersamaan. 

Terminologi Perang Salib

Status perang salib pertama sebenarnya masih menjadi perdebatan yang panjang dikalangan sejarawan namun dominan sejarawan sepakat bahwa perang salib pertama jatuh pada saat Paus Urbanus II memanggil seluruh ksatria dan umat Kristiani Eropa untuk bergabung dalam barisan Crusade yang bertujuan membebaskan Yerusalem dari tangan kaum Muslim. Hal ini juga didukung oleh konfontrasi yang dilakukan oleh kaum muslim yang telah menguasai hampir seluruh jazirah Arab, Afrika dan Eropa bagian timur. Reformasi dalam tubuh Paus kemudian memproklamirkan pembentukan Crusade sebagai bentuk perjuangan atas landasan agama dengan ganjaran pengampunan dosa.

Penyebab khususnya adalah kekhalifahan Ummayah yang telah menaklukan semenajung mesir, Afrika Utara dan Suriah dari kekaisaran Bizantium, serta Hispania dari Kerajaan Visigoth. Pada bagian Afrika kekaisaran Ummayah mulai mengalami kemunduran dan runtuh sejalan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan muslim kecil sebagai contoh Aghlabiyyah yang menyerang Italia pada abad ke-sembilan. Genoa, Pisa dan Cataluna kemudian bersatu dalam melawan tentara muslim yang berhasil mengusai cekungan Mediterania. Sejarah mencatatkan perlawanan ini dilakukan atas kampanye Mahdiya pada tahun 1087 serta pertempuran di Sardina dan Mallorca.

Pada dasarnya Perang Salib Pertama terjadi pada rentang 1096 samapi dengan 1011 di Konstatinopel. Perang Salib Pertama dibagi ke dalam ketiga bagian. Pada awal musim panas di tahun 1096 telah berkumpul kelompok besar di pinggiran Konstantinopel. Kelompok yang cukup besar dengan tingkah laku bar-bar, minim peralatan dan terdiri dari Rakyat dan Petani membuat kelompok sulit untuk diatur. Kelompok ini dipimpin oleh Peter Sang Pertapa dan Gautier Sans Avoir yang telah membasmi seluruh umat Yahudi di Jerman dalam perjalanannya ke Konstatinopel serta tidak menghormati kekaisaran Bizantium Alexios I Komnenos. Perbuatan kelompok Tentara Salib Rakyat ini juga sangat disesalkan oleh Paus Urbanus II. Jumlah tentara ini sekitar 20.000 orang.

Pasukan Salib kedua terbentuk dari gelombang tentara dibawah komando Sang Kaisar Bizantium yang terdiri dari banyak kelompok kecil dari Eropa. Secara keseluruhan anggota kelompok terbentuk dari 60.000 tentara salib yang dipimpin oleh Comte Vermandois, saudara Raja Philippe I dari Perancis dan Hugues I. Selaian dari Kelompok ini, Gelombang kedua juag diisi oleh Pasukan dari Raymond IV, Comte Toulouse, dan pasukan dari Provena. Pasukan ini adalah pasukan salib yang lebih lengkap dari gelombang pertama dan berhasil merebut Antikhia pada tahun 1098 kemudian beranjak ke Yerusalem sampai akhirnya menaklukkan tanah suci bagi tiga agama samawi ini pada tanggal 15 Juli 1099.

Gelombang ketiga adalah pasukan salib dari kontingen-kontingen dari Perancis, Bavaria, dan Lombardia yang ikut terpengaruh dari Khutbah Paus Urbanus II. Kelompok ini tiba di Yerusalem pada awal musim panas pada tahun 1101.

Situasi di Eropa pada Masa Perang Salib I

Ekspansi kaum Muslim di Iberia, Eropa menimbulkan respon yang sangat besar dari Kepausan Roma. Respon rasa khawatir ekspansi akan menguasai eropa kemudian menggerakan seluruh elemen dalam diri Kristen Katolik untuk bersatu dan memberi bantuan pada Iberia. Kaum Kristen dan Ksatria dari Perancis berbondong-bondong datang ke Iberia untuk membantu Kaum Kristen agar Iberia kembali ke tangan Taragona. Propaganda dilakukan melalui retorika dan simbolisme yang hampir sama dengan khotbah dari Paus Urbanus II tentang perang salib dan Prajurit Crusade kepada orang-orang Eropa.

Pada pusat Eropa sendiri, dianggap telah mengalami masa stabil ideologi setelah Paus berhasil melakukan Kristenisasi dari bangsa penghuni asli Eropa seperti Hongaria, Saxon dan Viking sampai pada akhri abad 10. Perpecahan baru terjadi setelah kekaisaran Karoling membuat kasta dalam prajurit mereka dan menimbulkan perang saudara. Kekerasan demi kekerasan dilakukan oleh Para Ksatria yang dianggap memiliki kedudukan lebih tinggi memicu kutukan dari Gereja. Sebagai bentuk upaya agar kekerasan dapat ditekan, gereja kemudian membuat kesepakatan untuk tidak berperan pada hari-hari tertentu. Aksi ini dikenal dengan istilah Peace and Truce of God atau Perdamaian dan Gencatan Senjata demi Allah. Pendahulu Paus Urbanus II yakni PAus gregorius VII bahkan membenarkan bahwa perang melawan Teologi telah terjadi dari para pendukung Kaisar. 

Pada bagian Timur Eropa yang dikuasai oleh Kekaisaran Bizantium (Byzantium) yang dihuni oleh penganut Kristen Ortodoks mengalami masa suram setelah wilayah kekuasaan dikuasai oleh Muslim sedangkan Gereja Ortodoks dan Gereja Vatikan Sendiri telah mengalami perpecahan sejak tahun 1054. Hal ini disebabkan oleh pemaksaan kehendak dari Gereja Katolik untuk menggantikan kepercayaan Gereja-gereja di Timur menjadi masalah yang sangat serius anatara Ortodok dan Katolik Roman.

Meskipun demikian Paus Urbanus II tidak menyebutkan secara ekspilisit perpecahan ini pada seluruh dokumen yang mengesahkan Panggilan Peran Salib. Bangsa Turki Seljuk justruu menguasai Anatolia dari Bizantium pada pertempuran Manzikert pada tahun 1071. Pengambil alihan kekuasaan tidak dilakukan oleh Sultan atau Kalifah Islam yang ada melaiankan dari dinasti-dinasti islam kecil yang semi-Independen.

Pada tahun 1090, Kekaisaran Bizantium sendiri hanya memiliki wilayah kekuasaan di daerah Balkan, Pinggiran laut Anatolia dan harus melawan musuh dari Bangsa Turki di Timur dan juga Norman. Anatolia diambil alih oleh Turki Seljuk pada perang Manzikert dimana Bizantium harus menerima kekalahan pada perang yang terjadi di tahun 1074. Paus Gregorius VII memanggil Milites Christi atau Para Pajurit untuk memberikan bantuan kepada Bizantium tidak banyak diindahkan oleh kaum Kristian Eropa yang didominasi oleh Katolik.

Situasi di Timur tengah Selama Perang Salib

Pada saat kedatangan tentara Salib yang merupakan respon dari Khotbah dan Seruan dari Paus Urbenus II, Kaum Bizantium terus berperang melawan Seljuk dari Turki untuk menguasai kembali Anatolia dan Suriah. Kaum Seljuk adalah kaum Sunni yang sebelum tergabung dalam Kesultanan Seljuk Raya, namun mereka tercerai berai saat perang salib pertama Pecah. Pecahan tersebut menjadi beberapa Negara-negara kecil dibawah suksesor Malik Shah yakni Kilic Arslan I sebagai Sultan Rum di Anatolia, sedangkan di Suriah sendiri dipimpin oleh Tulus I yang wafat pada tahun 1095. Warisan suriah kemudian jatuh kepada Fahrülmülk Rıdvan kemudian Dukak yang meawrisi Aleppo dan Damaskus. Dalam kesultanan di suriah sendiri terjadi perang saudara karena kekuasaan yakni anatar Kürboğa, atabeg dari Mosul.

Palestina dan Mesir pada saat perang salib I berada dalam kendali Kekhalifahan Fatimiyah sebagai penganut Syi’ah Arab. Kekuasaan Fatimiyah menjadi semakin kecil dengan bertambah besarnya orang-orang Seljuk. Peperangan yang terjadi antara Seljuk dan Fatimiyah memberikan dampak buruk bagi peziarah Kristen dari Barat. Jumlah Fatimiyah yang sangat sedikit dan banyak beralih ke Sunni menyebabkan kemunduran dan kekalahan dari Fatiiyah. Fatimah dibawah Pimpinan al—Musta’li kehilangan Yerusalem yang berhasil direbut oleh Sultan Seljuk pada tahun 1073, (pada beberapa sumber menyebutnya tahun 1076).

Bahan Bacaan dan Referensi lain Mengenai Perang Salib

H .E. J. Cowdrey (1977), “The Mahdia campaign of 1087” The English Historical Review 92, pp. 1–29.

Hindley, Geoffrey (2004). The Crusades: Islam and Christianity in the Struggle for World Supremacy. Carrol & Graf. ISBN 0-7867-1344-5.

Runciman, Steven (1952). A History of the Crusades, vol. II: The Kingdom of Jerusalem and the Frankish East, 1100–1187 (repr. Folio Society, 1994 ed.). Cambridge University Press.

Harris, Jonathan (2006), “Byzantium and the Crusades“, London: Hambledon Continuum, pp. 53–55. ISBN 1-85285-501-0

R. A. Fletcher (1987), “Reconquest and Crusade in Spain c. 1050–1150,” Transactions of the Royal Historical Society, Fifth Series, 37, p. 34.

a b Lynn H. Nelson (1979), “The Foundation of Jaca (1077): Urban Growth in Early Aragon,” Speculum, 53 p. 697 note 27.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *