Optimalisasi Budaya Lele Model Bioflog

Budidaya Lele Bioflog

Budidaya lele dengan sistem bioflok mampu meningkatkan produktivitas dan menghemat biaya produksi

Budidaya ikan lele di lahan sempit kini kian mudah dilakukan dengan penggunaan teknologi bioflok Dengan bantuan bakteri menguntungkan ( probiotik) budidaya ikan air tawar ini berhasil dilakukan pada kolam ukuran kecil dengan hasil maksimal. Hal ini sudah dibuktikan hasilnya oleh Legisan Sugimin Samtafsir, seorang pembudidaya lele di Depok Jawa Barat. Legisan mengaku, dengan kolam fiber berbentuk bulat berdiameter 2,5 m sudah dapat berbudidaya lele. “Satu kolam diameter 2,5 m saya bisa tebar 5.000 ekor lele,” ungkap Legisan.

Menurutnya, untuk memulai budidaya lele bioflok ini bisa dilakukan di pekarangan rumah cukup dengan luasan lahan 15 m2. Pria yang memulai budidaya lele dengan sistem bioflok pada 2012 ini menggambarakan hitungan analisa usahanya. Menurutnya,untuk 1 kolam sampai panen dari mulai benih, pakan, dan bak budidaya hanya butuh investasi Rp 6,5 juta (lihat tabel). Dari modal investasi tersebut bisa diperoleh keuntungan Rp 1,5 – 2 juta per siklus dari hasil panen sekitar 450 kg. Satu siklus panen 2,5 – 3 bulan untuk panen ukuran ukuran 1 kg isi 10 atau 8.

Peran dan Manfaat Bioflok

Menurut Legisan yang dimaksud bioflok adalah partikel yang teraduk oleh aerasi dan sirkulasi, yang terdiri dari kumpulan organisme autotrof dan heterotrof. Itu kenapa dalam sistem ini penggunaan probiotik sangat penting sebagai pakan alami untuk lele. Dengan demikian jika flok sudah terbentuk maka pemberian pakan pelet bisa dikurangi. Selama masa budidaya, lanjut Legisan, endapan flok juga harus dikontrol jika sudah terlalu banyak, harus membuang air sebagian dan mengganti dengan yang baru. Disarankan pada budidaya bioflok dilakukan pemberian probiotik secara rutin dari awal paling tidak 1 minggu sekali. Dikombinasi molase/tetes/tepung terigu dari awal juga secara rutin. Fungsi pemberian probiotik dan molase untuk mengatur keseimbangan unsur C (Carbon) dan N (Nitrogen) pada media pemeliharaan. Keseimbangan C dan N ini akan berpengaruh pada kualitas air media pemeliharaan.

Lele juga sebaiknya secara berkala dipuasakan 1 hari. “Puasa meningkatkan metabolisme penyerapan nutrisi lele,” ujar Legisan. Ia lanjut memaparkan, berbeda dengan budidaya konvensional yang FCR (konversi pakan) mencapai 1,1 kg pakan, dengan menggunakan teknologi bioflok FCR bisa lebih rendah hingga 0,8 kg pakan. “Bahkan pembudidaya yang sudah mahir menerapkan bioflok, FCR-nya bisa sampai 0,7 kg pakan,” ungkap Legisan. Semakin kecil FCR tentunya akan semakin menguntungkan bagi pembudidaya, karena biaya pakan yang dikeluarkan semakin kecil.

Teknis Budidaya

Dijelaskan Suprapto konsultan/ahli bioflok udang dan ikan, sistem bioflok pada budidaya lele sebelumnya telah diterapkan pembudidaya di daerah Pekalongan Jawa Tengah sejak 2010. “Awalnya sistem ini diterapkan karena kesulitan memperoleh air, lalu saya bersama Amir (pembudidaya lele di Pekalongan) coba menerapkan teknologi ini sebelumnya saya diaplikasikan pada udang,” kata Suprapto.

Menurutnya sistem ini menitikberatkan pada kualitas air budidaya “Intinya bagai-mana kita memanfaatkan amonia atau kotoran ikan yang di dalam kolam menjadi protein sel dan makanan untuk lele,” tutur lelaki yang berbudidaya udang sejak 1990-an. Berbeda dengan budidaya lele konvensional yang memiliki kepadatan hanya 100- 200 ekor/m2, budidaya lele bioflok dengan kepadatan tinggi perlu persiapan media budidaya yang lebih kompleks.

Dijelaskan Suprapto, budidaya bioflok harus ada pemberian probiotik, penambahan aerator dan sirkulator, juga tidak boleh dilakukan di kolam tanah. “Perlu persiapan media pemeliharaan 5 – 7 hari sebelum tebar benih,” ungkap Suprapto. Secara rinci ia menjelaskan langkah persiapan kolam yang perlu dilakukan pada sistem bioflok. Pertama isi kolam dengan ketinggian air 80 hingga 100 cm, kemudian lakukan sterilisasi air. Sterilisasi dilakukan dengan pemberian kaporit 20 – 30 gram/m3 air, lalu aerasi hingga 3 hari sampai bau kaporit hilang. Kemudian tambahkan garam 1 – 3 kg/m3 air kemudian lakukan aerasi kembali.

Esok harinya berikan dolomite/kapur 100 gram/m3 air. Esok harinya lagi berikan molase (tetes) 100 ml/m3 dan probitik misalnya Bacillus sp dan tambahkan pupuk. Pupuk digunakan guna menumbuhkan plankton atau bakteri baik di kolam, tunggu sekitar 4 hari baru kemudian benih siap ditebar. “Benih yang digunakan harus jenis yang unggul supaya memiliki daya tahan yang baik pasalnya kepadatannya sangat tinggi,” ujar Suprapto.Ia lanjut menjelaskan, pemberian pakan juga harus sangat diperhatikan. Pemberian pakan dilakukan hanya 2 kali sehari, dan selama budidaya 100 % lele diberikan pakan pelet, tidak boleh dicampur dengan yang lain. “Pemberian pakan cukup 80 % dari tingkat kekenyangan lele,” ungkap Suprapto. Ia menambahkan, untuk meningkatkan dayaserap nutrisi pakan perlu dilakukan fermentasi pakan selama dua hari dengan mencampur probiotik 5 cc/kg

Tabel. Analisa Usaha Lele Bioflok Padat tebar 5.000 ekor

Biaya InvestasiHarga (Rp)
Bak ukuran 2,5 m21.500.000
Biaya Operasional
Benih 5.000 ekor@Rp 2501.250.000
Pakan 400 kg@Rp 8.500/kg3.400.000
Probiotik, kapur, tepung350.000
Total Operasional5.000.000
Total biaya Investasi+Operasional6.500.000
Pendapatan
Panen SR (tingkat hidup) 90 %
4.500 ekor/450 kg@ Rp 15.000/kg6.750.000
Keuntungan di luar investasi kolam1.750.000

*Rata-rata SR diatas 90 % , harga lele Rp 15.000/kg

Sumber : Majalah Infomina – Mei 2014

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *