Daftar Isi
Hikayat Asal-Usul Kehidupan Suku-Suku di Sulawesi Selatan dan Barat (Mandar, Makassar, Bugis dan Toraja)
Cikal Bakal Kerajan dan Empat Suku dan Etnik Di Sulawesi Selatan
Era Kedatangan To Manurung
A. To Riaja atau Toraja
Seperti yang telah dijelaskan, bahwasanya setelah se-peninggalan keturunan Sawerigading kembali ke dinasti Langit, kekosongan pemimpin di negeri Tompo Tikka yakni Ware’ daerah di mana Matahari pertama kali menampakkan dirinya, telah mengakibatkan kekacauan dalam kehidupan masyarakat. Pertikaian dan perang saudara terjadi sampai pada 7 generasi yang telah mengakibatkan perpindahan besar-besaran dari kampung halaman Ware’.
Gelombang perpindahan pertama melarikan diri ke sebelah barat untuk mencari tempat yang lebih aman. Golongan ini mencari daerah aman di daerah ketinggian yaitu pegunungan yang menjulang tinggi. Mereka yang berpindah dan bermukim di daerah dataran tinggi disebut To Riaja atau To Raja cikal bakal suku Toraja.
Budaya dibentuk oleh masyarakat itu sendiri dan bersifat dinamis, kehidupan di atas gunung memengaruhi tatanan hidup masyarakat awal Toraja. Perbedaan muncul dari bahasa komunikasi, alat musik dan lambang-lambang yang kebanyakan diambil dari representasi kehidupan yang ada di alam. Dari sebuah kelompok kemudian berkembang menjadi 40 kelompok yang disebut Arruan Patampula yang juga Aruuan Ampu Lembang, setiap kelompok memiliki lambang tongkonan Layuk atau rumah adat Toraja yang menyerupai tanduk kerbau, hewan Sakral Etnik toraja. Gabungan dari 40 lembang kemudian disebut Tana Tolepongan Bulan, Padang Tomari Allo yang kemudian menjadi populer sebagai etnik Toraja.
B. Mandar
Di lain pihak, ada sekelompok orang yang bergerak meninggalkan Ware’ kemudian bergerak ke Utara sampai ke bagian pantai di tepian barat, kehidupan yang yang jauh dari Ware’ dan sengaja mengisolasikan diri membuat kelompok membentuk tatanan kehidupan sendiri. Kelompok kemudian terpisha karena bentuk topologi alam dan bermukim di hulu-hulu sungai Pitu Ulunna Salu dan Pitu Ba’bana Binanga. Kedua kelompok ini kemudian membentuk suatu etnik yang dikenal dengan Lita Mandar. Orang Makassar menyebut etnik tersebut sebagai To Mandara sedangkan orang bugis menyebutnya To Menre yang saat ini dikenal sebagai etnik Mandar.
C. Bugis
Selain bergerak ke dua daerah Mandar dan Toraja, beberpa orangmembentuk kelompok kemudian bergerak ke daerah Selatan dan hidup di sepanjang teluk Bone. Kehidupan yang keras kemudian membuat kelompok membentuk tujuh kelompok dimana setiap kelompok menguasai suatu wilayah yang disebut Wanua. Setiap Wanua dipimpin oleh oleh Matoa Ulu Anang dna karena berasal dari adarah yang sama kemudian ke tujung kelompok kemudian membentuk persatuan yang disebut Kawerreng yang terinspirasi dari sekumpulan padi yang baru dituai dan dihimpun dengan cara diikat. Para tetua dari Ulu Anang kemudian menjdai dewan adat yang mewakili rakyat masing-masing wanua dan disebut sabag Ade’ Pitu’e. Kelompok ini selanjutnya berkembang dan membentuk cikal bakal kerajaan Bone.
D. Makassar
di sisi lain ada sebagian kelompok yang bergerak meninggal Ware’ di Luwu di daerah yang nan jauh di Selatan. Kehidupan disepnajang pantai selat Makassar kelompok ini kemudian berkembang menjadi kelompok yang hidup terpisah-pisah dan dikenal sebagai Kasuwiang Salapang. Setiap kelompok mengusai pula suatu wilayah yang dikenal dengan nama Bori’ yang dipimpin oleh Anrong Guru atau Gallarang.
Perkembangan masing-masing Bori’ sangat dinamis sehingga memunculkan ciri khas yang berbeda antar satu Kasuwiang dan hasilnya terbentuk seperti negara kecil dengan bendera yang berbeda pula. Perbedaan ini dikenal dengan nama Bate’ (Jejak, Lambang Pembeda) dan karena jumlahnya yang terdiri dari sembilan Kasuwiang selanjutnya diberi nama Bate’ Salapang. Dalam perkumpulan Bate’ Salapang, setiap kasuwiang diwakili oleh Anrong Guru selanjutnya memilih seorang pemimpin yang tidak memiliki kekuatan militer yang yang sebut Paccalla yang secara harfiah berarti orang yang memberikan koreksi atau menunjukkan kesalahan. Paccalla selanjutnya dijadikan penasehat dari Bate Salapang dan berperang dalam terbentuk Kerajaan Gowa pada awal abad 14.
Sawerigading dan Luwu
Sejak tokoh legendaris Sawerigading yang tertulis dalam hikayat I La Galigo kembali ke Batara (Langit atau Kayangan), kehidupan di bumi menjadi kacau Balau tidak seperti yang dibayangkan oleh Dewata Sewae. Ware’ yang menjadi tempat pertama kali-nya Matahari terbit di Luwu kehilangan sosok pemimpin yakni Opunna Ware’ yang memberikan perintah dan gaya kepemimpinan dari dinasti Langit. Kuturuan terkahir yang menjaga dinasti langit seperti yang terteal dalam Hikayat tersebut adalah keturunan La Tenri Tata, maka orang-orang yang tidak kuat dengan kekacuan akhirnya bergerak dan mengungsi di tempat yang jauh dan aman, Sementara mereka yang masih bertahan di pesisir pantai dikenal dengan nama To Luwu. Kekosongan pemimpin pada masa Makkalewangen membawa banyak perubahan dan akhirnya menghasilkan 4 etnis yang tidka hanya terkenal di Sulawesi Selatan tapi Juga dunia.
Sebuah yang berjudul The Lost City Of Antlantis memberikan petunjuk bahwa mereka (Orang Toraja dari Luwu) tidak memiliki nenek moyang yang berasal dari perahu sebagai mana kisah-kisah yang ada di seluruh dunia, melainkan turun dari Langit. Hal ini membuat penulis menarik kesimpulan bahwa negeri yang diceritakan Plato dalam Kisahnya kemungkinan besar berasal dari Keturunan Sawerigading, namun hal ini masih bersifat hipotesis yang belum terbukti.
Dari langit kembali ke langit, To Manurung yang turun di Luwu menjadi seorang pemimpin yang dapat mempersatukan masyarakat yang memiliki kemuliaan berupa kerajaan dari Langit. To Manurung lainya adalah bernama Simpu Ri Siang yang dipadang sebagai Payunga Ri Luwu datau Datu Ri Luwu yang diperkirakan turun memerintah sampai tahun 1300 M. Simpu Ri Siang kemudian digantikan menikah dengan Patiyang Jala yang bergela Toppo’e ri Busa Empong dan mengahsilkan seorang anak yang menjadi penerus kerajaan yakni Anakaji atau Datu Luwu ke II. Anakaji selanjutnya mempersunting We Tappacina putri dari kerajaan Majapahit di Jawa.
Terima Kasih Yang Sebesar-Besarnya Untuk:
- Ayahanda SAS Al Makassari
- Makassar Tana Karaeng Community.
Leave a Reply