8 Fakta Menarik Seputa VOC

8 Fakta menarik Seputar VOC yang jarang orang ketahui.

  1. Gold, Glory and Gospel

Tak seperti Portugis dan Spanyol yang mengemban misi gold, glory dan gospel (kekayaan, kejayaan, dan penyebaran agama), VOC hanya berminat pada gold dan glory. VOC mengekang ketat para pendeta protestan yang berjumlah kurang dari seribu pendeta di seluruh wilayah VOC di Asia. Dengan memperlihatkan sikap masa bodoh, menurut sejarawan Denys Lombard, para pedagang Belanda sekadar mengikuti kebiasaan para pedagang Asia, yang sejak berabad-abad melakukan perdagangan sama sekali tidak bermaksud menyiarkan agama mereka. “Selain tidak terpikir untuk mengekspor agama mereka,” tulis Lombard, “orang-orang Belanda juga sama sekali tidak berusaha menyebarluaskan bahasa meraka.”

  1. Hak Octrooi

VOC menjadi “negara dalam negara” karena mendapat hak-hak istimewa (octrooi) dari Kerajaan Belanda. Hak-hak tersebut yaitu monopoli perdagangan, memiliki mata uang, mewakili pemerintah Belanda di Asia, mengadakan pemerintahan sendiri, mengadakan perjanjian dengan penguasa-penguasa lokal, menjalankan kekuasaan kehakiman, memungut pajak, memiliki angkatan perang, dan menyatakan perang.

  1. Tujuh Belas Kunci Heereen Seventien

Menurut sejarawan Mona Lohanda, di dalam ruang sidang Heereen Seventien di Amsterdam, terdapat lemari besar untuk menyimpan seluruh dokumen dan surat-surat VOC. Lemari tersebut hanya bisa dibuka dengan 17 kunci yang dipegang oleh 17 anggota Heereen Seventien. Hal ini memperlihatkan dewan tertinggi sangat menjaga kerahasiaan bisnis dagang VOC.

  1. Pegawai VOC Internasional

Menurut Denys Lombard, penerimaan pegawai VOC pada kenyataannya bersifat “internasional.” Kompeni menjadi semacam “legiun asing.” Pada 1622, di garnisun Batavia terdapat 143 tentara: 17 orang Vlaams atau Wallon, 60 Jerman, Swiss, Inggris, Skotlandia, Irlandia, atau Denmark; 9 orang tak jelas asal usulnya; dan hanya 57 orang yang betul-betul kelahiran Belanda. Pegawai dari Jerman pada setiap waktu jumlahnya selalu besar. Banyak yang menjadi tentara, tetapi ada juga yang bekerja sebagai tenaga ahli, misalnya ahli bedah atau insinyur pertambangan.

  1. Monopoli Ketat VOC

VOC melakukan monopoli perdagangan dengan sangat ketat. Ia tidak pernah memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk melakukan perdagangan rempah-rempah dan hasil bumi lainnya secara perorangan, baik dengan Eropa maupun negeri-negeri Asia lainnya. Perdagangan gelap hanya dapat dilakukan hanya dengan risiko yang sangat besar. Orang-orang Eropa yang tidak lagi menjadi pegawai VOC (compagniesdienaren) dan menjadi warga bebas (vrijburgers), hanya punya peluang berusaha di sector-sektor yang kurang menguntungkan, seperti pertanian, perdagangan bahan pangan, rumah makan, dan rentenir. Tetapi di sektor ini mereka harus bersaing dengan para pedagang Tionghoa.

  1. Pembentukan Kampung

Untuk membangun Batavia yang dikuasai sejak 1691, VOC mendatangkan orang-orang dari berbagai daerah di Nusantara. Menurut Parakitri T. Simbolon, selama VOC berkuasa telah menghimpun lebih dari 40 kelompok masyarakat yang berasal dari berbagai wilayah di Nusantara dan dunia. Jumlahnya sekira 128.000 jiwa dan hanya sekira 600 orang Eropa.

VOC menyediakan lahan untuk mereka membangun perkampungan berdasarkan latar belakang suku masing-masing. Kampung tertua adalah Kampung Banda hasil migrasi yang dilakukan gubernur jenderal Jan Pieterszoon Coen pada 1621. Hingga kini, jejak kampung-kampung di Batavia dan sekitarnya masih bisa ditemukan sesuai nama etnisnya: Kampung Melayu, Kampung Bali, dan Kampung Ambon, dan lain-lain.

  1. Larangan Membawa Wanita

Meski Hindia dikenal sebagai sorga, kebijakan VOC yang keras nyaris tak mengizinkan perempuan turut serta dalam pelayaran. Ini menjadi alasan kuat sehingga seorang perempuan harus menyaru laki-laki (transvestisme). Di sisi lain pemerintah Belanda tak permisif kepada para perempuan yang ketahuan menyamar menjadi laki-laki.

Hukum Belanda, yang antara lain bersumber pada hukum adat dan Injil, melarang transvestisme. Perempuan tak diperkenankan berpenampilan seperti laki-laki, juga sebaliknya. Transvestisme adalah tindakan kriminal. Namun biasanya tuduhan itu dikenakan untuk memperberat tindakan kriminal lainnya. Menurut Rudolf M. Dekker dan Lotte C.van de Pol, ada berbagai motif perempuan menyaru laki-laki: cinta, patriotisme, lari dari tuduhan kriminal, serta perbaikan kondisi ekonomi.

Oleh karena itu, menurut Denys Lombard, orang-orang Belanda yang baru tiba di Hindia bersedia mengawini gadis-gadis Indo yang berayah Portugis. Sebagian besar dari perempuannya, berasal dari Makassar dan Bali, tapi mereka adalah keturunan dari perkawinan campuran terdahulu. Makassar dan Bali, melalui perempuannya, member sumbangan besar kepada perkembangan penduduk Batavia.

  1. Budak

Budak adalah komoditas perdagangan. Dalam abad ke-17, Heereen Seventien sampai kewalahan menangani soal budak yang dibawa orang Belanda yang pulang dari Nusantara. Markas VOC di Amsterdam direpotkan mengurusi perawatan budak yang ditinggalkan pemiliknya dan disibukan pula oleh para budak yang minta dipulangkan ke negeri asalnya.

Oleh karena itu, menurut Harry A. Poeze, VOC akhirnya mengeluarkan aturan untuk membatasi budak yang boleh dibawa ke negeri Belanda. Budak-budak itu banyak didatangkan dari Sulawesi dan Bali. Bukan hanya dibutuhkan sebagai tenaga kerja, budak pun dibutuhkan sebagai simbol status sosial. Tak heran jika budak akan dirawat sebaik mungkin, meski nyatanya banyak terjadi penindasan. Setelah VOC runtuh pun perbudakan masih terjadi di Hindia Belanda.

Yang agak menarik nubi temukan, sebuah Iklan surat kabar tentang penjualan budah di Nusantara oleh VOC

Ditjari Boedak Inlander.
Pengoemoeman

Dag Inlander,…..Hajoo Oerang Melajoe,…Kowe Mahu Kerdja? Governement Nederlandsch Idie Perlu Kowe Oentoek Djadi Boedak ataoe Tjentenk di Perkeboenan-Perkeboenan Onderneming Kepoenjaan
Governemnet Nederlandsch Indie

Djika Kowe Poenya Sjarat dan Njali Berikoet:

  1. Kowe poenja tangan koeat dan beroerat
  2. Kowe poenja njali gede
  3. Kowe poenja moeka kasar
  4. Kowe poenja tinggal di wilajah Nederlandsch Indie
  5. Kowe boekan kerabat dekat pemberontak-pemberontak ataoepoen maling ataoepoen mereka jang soedah diberantas liwat actie politioneel.
  6. Kowe beloem djadi boedak nederlander ataoepoen ondernemer ataoe toean tanah ataoe baron eropah.
  7. Kowe maoe bekerdja radjin dan netjes.

Kowe Inlander Perloe Datang Ke Rawa Senajan, Disana Kowe Haroes Dipilih Liwat Djoeri-Djoeri Jang Bertoegas :

  1. Keliling rawa Senajan 3 kali
  2. Angkat badan liwat 30 kali
  3. Angkat peroet liwat 30 kali

Kowe mesti ketemoe Mevrouw Shanti, Meneer Tomo en Meneer Atmadjaja
Kowe Nanti akan didjadikan tjentenk oentoek di Toba, Buleleng, Borneo, Tanamera, Batam, Soerabaja, Batavia en Riaoeeiland.

Governement Nederlandsch Indie memberi oepah :

  1. Makan 3 kali perhari dengan beras poetih dari Bangil
  2. Istirahat siang 1 uur.
  3. Oepah dipotong padjak Governement 40 percent oentoek wang djago.

Haastig kalaoe kowe mahoe..
Pertanggal 31 Maart 1889
Niet Laat te Zijn Hoor..
Batavia 1889
Onder de naam van Nederlandsch Indie Governor
Generaal
H.M.S Van den Bergh S.J.J de Gooij

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *