Dzragon – Silakku adalah sosok hantu yang anak kecil yang berasal dari tana toraja, namun legenda mengenai hantu Silakku sangat berbeda dengan Tuyul yang digambarkan di film-film misteri dimana bentuknya pendek, kepalanya botak dan suka mencuri uang.
Silakku dipercaya oleh orang-orang Toraja sebagai hantu yang berasal dari jiwa anak-anak yang meninggal di usia yang masih muda. Anak-anak yang meninggal pada saat belum bisa berjalan dan giginya belum tumbuh mungkin usia kurang dari 1 tahun.
Jiwa yang meninggal ini kemudian menjelma menjadi sosok menyerupai binatang seperti anjing, burung, babi, kuda atau kerbau, namun sebagai besar orang-orang Toraja percaya jika Silakku lebih banyak dalam rupa Burung yang akan terdengar bunyi Kauk, Kauk, Kauk pada malam hari. Bunyinya terdengar seperti burung gagak, namun seolah ada rasa sedih yang terdengar dan ancaman dari bunyi tersebut.
Hal yang unik dari Silakku ini adalah kebiasannya yang berjalan di atas tanah, namun suaranya terdengar seperti berasal dari langit. Kehadiran Silakku atau ketika mendengar suara Silakku konon sebagi pertanda akan ada seseorang yang mati yang disekitar kampung.
Konon jika muncul pada malam hari, maka Silakku berubah menjadi roh yang sangat jahat dan akan memakan orang-orang yang dalam keadaan sekarat. Hal ini membuat banyak orang Toraja yang memanjatkan doa setiap kali mendengar Silakku di malam hari.
Orang Toraja dan Kematian Bayi
Orang-orang Toraja adalah suku yang memiliki nilai penghargaan yang sangat tinggi dengan alam dan dunia Anjaya’ atau dunia selain dunia manusia, mereka memperlakukan orang-orang yang sudah sangat detail sama dan tidak pernah menganggap mereka sebagai mayat. Termasuk ketika ada anak bayi dan masih usia menyusi lalu meninggal dunia.
Seorang Bayi yang meninggal dalam usia menyusui dipercaya oleh orang-orang Toraja hanay berpindah dunia, bukan meninggal dalam artian tidak memiliki hubungan dengan manusia. Oleh karena itu mereka akan tetap diupayakan kebutuhannya seperti susu dan makanan.
Salah satu ritual yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan mayat bayi ini adalah dengan cara menguburnya di batang pohon Tarra. Batang pohon berkayu besar dengan getah putih yang menyerupai air susu, getah pohon dipercaya oleh orang-orang Toraja sebagai makanan dari Bayi tersebut selama di dunia sana.
Kuburan tersebut berbentuk lubang yang ukurannya sesuai dengan ukuran Bayi, lalu mayat bayi dimasukkan tanpa pembungkus sama sekali ke dalam batang pohon Sebagi penutup atau segel, orang-orang toraja membuat seperti pintu yang dibuat dari serat ijuk dari pohon Enau yang getah buahnya dijadikan dasar pembuatan gula Aren. Makam ini dikenal dengan sebutan Passilirang.
Leave a Reply