Lukisan Suasana Perang Gowa 1667 Maccini Sombala

Sejarah Terbentuknya Kerajaan Gowa – Tallo dan Masa Emas Kesultanan Gowa

Dzargon. Kerajaan Gowa-Tallo adalah sebuah kerajaan yang terletak di Pulau Sulawesi Selatan dan menjadi slaah stau kerjaan yang sangat gigi berjuang melawan penjajahan yang dilakukan oleh VOC dan pemeirntah Belanda ke Nusatara.

Kerajaan Gowa-Tallo adalah kerajaan berbentuk kesultanan yang teridir dari beberapa kerajaan kecil yang disebut Kasuwiyang. Kerajaan ini menerapkan sistem Demokrasi dalam pemilihan raja utama yang disebut Sombayya. Kandidatnya adalah raja yang diutus masing-masing Kasuwiyang di depan dewan majelis penasehat yang disebut Paccalayya.

Selain sistem Demokratis, Kesultanan Gowa-Tallo ini membuat sistem adminisrasi dan pemerinatahn yang sangat detail. Pusat pelaksanan pemerintahan dilakasanan di Balla Lompoa atau Istana Tamalate di Gowa sedangkan pusat perkembangan militer dan hubungan dagang dilakukan di Istana Tallo.

Sistem pemerintahan ini yang membuat Kesultanan Gowa Tallo menjadi cepat berkembang dan sulit ditaklukkan. Bahkan Belanda harus menghasut Domba Kerajaan Bone, Buton dan Ambon untuk melawan Kesultanan Gowa agar bisa menang di perang di bagian wilayah Laut Indonesia Timur.

Bentuk Pemerintahan Kesultanan Gowa

Nama : Kesultanan Gowa Tallo
Ibukota : Sungguminasa
Istana Negara : Istana Tamalatea , Balla Lompoa ri Gowa.
Agama Resmi : Islam
Berdiri : Awal Abdan 13

Kerajaan Gowa menyatakan bergabung dengan Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui raja terakhir Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng La Lolang Sultan Muhammad Abdul Kadwi Aiduddin. Penyerahan ini juga menjadi pertanda Gowa tidak lagi dipimpin oleh seorang raja dan menjadi daerah setingkat Kabupaten dan Kota. Pecahan Kerajaan ini berada di Wilayah Kota Makassar, Kabutapan Gowa dan Takalar.

Istana Balla Lompoa di Kabupaten Gowa
Istana Balla Lompoa – Istana Negara Kerajaan Gowa

Serajah Berdirinya Kerajaan Gowa

Sebelum membentuk Kerajaan, Kesultanan Gowa adalah sekumpulan kerajaan-kerajaan yang membentuk komunitas di daerah pesisir selatan Sulawesi Selatan. Komunitas ini terdiri dari sembilan kerajaan kecil yang disebut Kasuwiyang. Kehidupan mereka selalu perang untuk memperabutkan banyak hal mulai dari harga diri sampai wilayah kekuasaan.

Hal ini membuat Paccalayya, kumpulan cendikiawan dari sembilan Kasuwiyang ini mengupayakan agar kasuwiyang mereka hidup damai. Paccalaya ini lantas berdoa kepada sanga pencipta atau Batara agar negeri mereka tidak lagi kacau dengan perang.

Batara pun mengabulkan doa mereka dengan mengutus seorang wanita yang menjadi raja Pertama Gowa. Wanita ini disebut sebagai Tu Manurung yang berarti orang yang turun dari langit. Keberadaan Tu Manurung ini diduga berasal dari abad ke 13.

Pada masa awal kerajaan, Wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa dibawah pimpinan Sombayya terdiri dari sembilan Kasuwiyang yakni :

  1. Tombolo
  2. Lakiung
  3. Parang-Parang
  4. Data
  5. Agang Je’ne
  6. Saumata
  7. Bissei
  8. Sero’
  9. Kaili.

Seiring dengan kehidupan kerajaan yang semakin damai, mereka pun melakukan ekspansi kekuasan sampai ke Wilayah Siam di Thailand.

Raja yang mennginisiasi ekspasi ini adalah Sombayya IX yakni Karaeng Tu Mapakrisik Kallona sekitar abad 16. Langkah pertama yang dilakukan oleh Sombayya Karaeng Tu Mapakrisik Kallona adalah merombak besar-besaran sistem pemerintahan. Sistem Konfederasi diadopsi agar kerajaan lain tetap bisa bergabung dengan Kerajaan Gowa tanpa ada penaklukan terlebih dahulu.

Sistem Konfederasi ini memiliki satu prinsip yakni kesamaan nasib dimana satu terluka akan membuat yang lain merasakan luka yang sama. Hal ini membuat banyak kerajaan yang senang karena wilayah mereka semakin kuat dengan adanya dukungan dari Kesultanan Gowa.

Hal ini membuat Kerajaan Gowa membentuk kerja sama dengan kerajaan Tallo di Makassar. Sebagai jaminan dari Persatuan mereka, hubungan keduanya diikat oleh Sumpah atas nama Batara. Adapun sumpahnya adalah :

“Kerajaan ini bersumpah untuk saling terikat satu sama lain dan barang siapa yang memulai kributan terlebih dahulu akan mendapatkan kutuan dari Batara Guru”

Hal ini membuat Kerajaan Gowa semakin kuat dengan berubah menjadi kerajaan Kembar Gowa-Tallo yang menganut prinsip Satu Tubuh untuk dua kerajaan. Langkah ini sangat efektif dan terlihat dari perkembangan kerajaan yang sangat pesat. Hasilnya Karaeng Tu Mapakrisik Kallona kemudian berinisasi mengekspansi wilayah kerajan Gowa melalui sistem Imperealisme dengan wilayah penaklukan paling jauh adalah Kerajaan Siang.

Cita-cita dari Karaeng Tu Mapakrisik Kallona ini kemudian dilanjutkan oleh suksesornya yakni Karaeng Tunipallangga Bulaeng. I Manriwagau daeng Bonto Karaeng Lakiyung Tunipallangga Bulaeng ini membawa banyak perubahan seperti :

  1. Menalkukkan kerajaan Bone, Bajeng, Lengkese, Polongbangkeng, Lamuru, Soppeng, Maros, Suppa, Sawitto, Alitta, Duri, Panaikang, Bulukumba serta kerajaan-kerajaan kecil di selatan
  2. Seluruh daerah Taklukkan kemudian dijadikan sebagai Daerah Saudara dimana rakyat dari semua wilayah tetap bebas menjalan pemerintahn mereka sendiri setelah berikrar setia terhadap Kerajaan Gowa.
  3. Memberikan jaminan pendidikan kepada rakyat dari seluruh wilayah yang telah bersumpah untuk mendapatkan pendidikan di pusat pendidikan Gowa di Kerajaan Tallo.
  4. Menganggkat Gallarang Tumakkajanngang
  5. Melantik dan Mengangkat Gallarang Tumailalang (setara dengan Perdana Menteri) yang berperan dalam urusan Administrasi, Kerja sama, dan Pembuatan Syahbandar. Pada masa Karaeng Tunipallangga Bulaeng, Galarang Tumailalang berhasil membentuk kerja sama dengan banyak kerajaan di Eropa seperti Denmark dan Portugis.
  6. Menentapkan Satuan ukuran dalam perdagangan
  7. Membangun sistem pengaman dalam bentuk kastil-kastil di beberapa wilayah staretgis termasuk benteng Pannyua yang saat ini dikenal sebagai Benteng Rotterdam.
  8. Menginisasi pembuatan peluru, pembuatan mata uang dari emas yang dicampur dengan logam dan pembuatan batu bata.
  9. Membuat Benteng Somba Opu sebagai Pusat Administasi
  10. Membuat Kerajaan Tallo menjadi pusat pendidikan dan pelatihan militer kerajaan.

Sistem yang dibangun oleh Karaeng Tunipallangga Bulaeng ini kemudian stabil dan bertahan sampai akhirnya membuat Kerajaan Gowa menjadi kerajaan besar di wilayah Indonesia Bagian Timur

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *