Sejarah Perang Salib Kelima : Pimpinan Gereja Terkahir pada sejarah Tentara salib dan Cardinal pelagius

Sejarah Perang Salib Kelima : Pimpinan Gereja Terkahir pada sejarah Tentara salib dan Cardinal pelagius

Dzargon. Perang salib V adalah perang salib terakhir yang melibatkan konstitusi dari pihak gereja sebagai lembaga agama yang membentuk Tentara Salib. Perang ini ditandai dengan keputusan yang diambil oleh Paus Innocius III, Konsilius Ekumenis XII dan Lateran OV yang bersepakat menyerang Mesir yang kala itu merupakan basis dari tentara Islam.

Tujuan dari penyerangan ini adalah merebut kota yang ingin dijadikan oleh para Tentara Salib sebagai tanah yang akan tukar dengan tanah di Palestina dan Yerussalem yang telah lama diduduki oleh tentara Islam dari Dinasty Ayyubiyah, sebuah Dinasti yang telah menaklukkan Yerussalem sejak Perang Salib II terjadi.

Menurut Konsili XII, Mesir merupakan kota besar prajurit Muslim yang kala itu memiliki nilau yang setara dengan Yerusalem. Hal ini dilakukan karena pada dua perang sebelmunya, Tentara Salib tidak berhasil melakukan infiltrasi ke benteng di Yerussalem yang berada di tangan Tentara Islam.

Perang Salib V berbeda dengan perang salib sebelumnya dimana para Tentara Salib dipimpin oleh panlima perang yang awam dengan perang terbuka di padang tandus. Pada perang Salib V, Tentara Kristen dipimpin langsung oleh Cardinal Pelagius yang dipilih berdasarakan otoritas Gereja Katolik di bawah kepemimpinan Paus Innocent II.

Pemilihan Pelagius dilatar-belakangi pengetahuan dan kecakapan perannya yang sudah teruji di banyak medan tempur di Eropa. Pihak Katolik Roma berharap Mesir dapat dikuasai melalui pundak Cardinal Pelagius.

Pelagius berhasil membawa Tentara Salib masuk menekan pasukan Muslim yang ada di Mesir sehingga pasukan Muslim harus mengajukan genjatan senjata dan syarat damai. Cardinal Pelagius yang merasa berada di atas awam menolak permintaan damai tersebut lalu terus melakukan penyerangan, namun ternyata keputsan tersebut salah besar.

Kurangnya dukungan dari pasukan Reinformsent yang diharapkan datang dari Eropa membuat kondisi berbalik, dimana Pelagius dan pasukannya harus rela kehilangan Damietta.

Tahun 1221, pasukan Salib V kemudian mendapatkan tawaran perjanjian untuk gencatan senajata namun dengan syarat yang tidak menguntungkan. Dampaknya, ada banyak kelompok yang menyalahkan Pelagius, salin itu Paus yang membela Pelagius berbalik menyalakakan Friedrick II dari German yang tidak ikut ambil bagian dari perang salib V. 
Langkah awal yang dilakukan oleh Tentara Salib V adalah menaklukkan Yerusalem dan Seluruh Wilayah di Tanah suci dimulai dari penaklukkan Dinasti ayyubiyyah di Mesir. Paus Innosensius III dan penggantinya, Paus Honorius III melakukan koordinasi dengan pasuka Salib V yang dipimpin oleh king andras dari Hongaria dan Luitpold VI dari Austria melakukan sebuah seranga yang tidak berarti terhadap Yerusalem. Kota masih tetap berada dibawha kendali Tentara Muslim. Pada tahun 1218 tentara Jerman yang berada dibawah pimpinan Oliver dair Koln berserat persatuan dari pasukan Flandria, Belanda, Frisia yang berada dibawah pimpimnan Willem bergabung dengan pasukan salib V. Pada proses penyerangan Damasku, Pasukan Salib bekerja sama dengan Kesultana Rum Seljuk di Anatolia. Tujuannya bekerja sama adalah adanya musuh bersama yakni dinasti ayyubiyah di suriah.
Pada saat Pelabuhan Damietta berhasil ditaklukkan, Pasukkan salib kemudian bergerak menuju Kairo pada bulan juli tahun 1221 akan tetapi mereka pulang karena kekurangan perbekalan. Memanfaatkan situasi, Serangan yang dilakukan oleh Sultan Al-Kamil menyebabkan kerugian besar pada pihak tentara Salib. Tentar asalib yang menyerah kemudian menyepakatai perjanjian Damai dengan Eropa selama delapan Tahun.

Persaipan Paus Innosensius III untuk Perang Salib V

Paus Innosensius III telah mengatur rencan apembentukan pasukan salib V sejak 1208 dengan tujuan merebut Yerusalem. Barulah pada tahun 1213, Paus mengeluarkan Bulla Kepausan dengan Quia Minor yang menyerukan kepada seluruh Dunia Kristen terutama di Eropa untuk ikut ambil bagian dalam peran salib. Seruan ini kemudian disusul dengan Bulla lainnya yang Ad Liberandam pada tahun 1215.

Kabar Perang salib di Perancis

Pesan perang Salib dari Paus tiba di Perancis melaluo Robert dari Courcon. Tidak seperti dengan perang salib sebelumnya, Para Panggilan perang Salib V tidak begitu banyak diikuti oleh Kstaria dari Perancis karena mereka sedang berada dalam perang melawan Sekte Kathar, di Albigensia yang dianggap sesat dari ajaran Kristen. Pada tahun 1215 sebuah Konsili Lateran yang diselenggerakan oleh Paus Paus Innosensius III bersama seorang Patriak dari Yerusalem, Raoul dari Mérencourt mebahas sebuah strategi untuk mengembalikan Yerusalem ke Tangan Kristen, lalu hasilnya Paus Innosensius III menginginkan Tentara salib dipimpin langsung oleh wakil paus agar kesalahan yang terjadi pada perang Salib IV tidak dilakukan lagi oleh tentara Salib V. Pasu melarang perdagangan dengan umat Muslim dan memastikan kapal serta persenjataan yang cukup pada proses penyerangan. Seluruh pasukan akan mendapatkan Indulgensi bahkan mereka yang tidak ikut berperang harus membayar biaya perang salib.
penampakan PAsukan slaib berkuda Putih
Ilustrasi dalam FIlm Perang Salib V: Pasukan Salib Gabungan

Berita Perang Salib V di Jerman dan Hongaria

Khotbah yang dilakukan oleh Oliver dari Koln membuat Kaisar Friendrick II menyatakan diri bergabung dalam perang Salib V pada tahun 1215. Friedrich adalah seorang penguasan Mornaki yang sangat diinginkan bergabung oleh Paus Innosensius III. Paus Innosensius III kemudian meninggal pada tahun 1216 dan digantikan oleh Paus Honorius III yang sebaliknya melarang Friedrick ikut ambil bagian dalam perang Salib di bawah pimpinan Raja andra II dari Honggaria. Pasukan Andras terdiri dari 20.000 Kstaria dan 12.000 Granisun Kastil berangkat ke Yerusalem.

^ Christopher Tyerman (2006), God’s war: a new history of the Crusades, Harvard University Press, ISBN 0-674-02387-0

R. L. Wolff/H. W. Hazard (Hrsg.): The later Crusades, 1189–1311 (A History of the Crusades, volume II). University of Wisconsin Press, Madison/Wisconsin 1969, S. 377 dyb., Here online.
Jonathan Riley-Smith (Hrsg.): Illustrierte Geschichte der Kreuzzüge. Frankfurt/New York 1999, S. 478 (Index, s.v. Damiette).
Barbara Watterson. The Egyptians. Blackwell Publishing, 1998, hlm. 260.
Heinrich von Zeißberg. Allgemeine Deutsche Biographie (ADB). Einzelband Nr. 18: Lassus – Litschower. 1. Auflage. Leipzig, Verlag von Dunder & Humblot, 1883, hlm. 389.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *