Daftar Isi
Sejarah Kekhalifahan Kesultanan Fatimiyyah Syiah
Dzargon – Fatimiyyah atau al Fathimiyyun adalah seorang raja Syiah yang berkuasa pada beberapa di Mesir, Magrheb dan Syam pada sejak tahun 5 Januari hingga 1171. Seluruh is negeri tersebut dikuasai oleh Ismaliyah yang merupakan salah satu cabang dari Syi’ah. Pemimpin dari negeri ini juga dipimpin oleh imam-imam Syiah sehingga sangat sulit membedakan urusan Agama dan juga kepentingan politik terhadap Ismailiyyun . Dinasti ini juga terkenal dengan nama Bani Ubaidillah yang diambil dari nama pendirinya yang perama kali pada tahun 900-an.
Kebangkitan Dinasti Fitimiyyah
Fatimiyyah merupakan sebuah kerajaan yang pada awalnya berkuasa di Tunisia (Ifriqiya” namun setelah berhasil menaklukkan Mesir, Ibu kota dari Dinasti ini dipindahkan ke Kairo. Ketika pusat pemerintahan berada di Mesir, kekuasaan dinasti Fatimiyyah mencakup sampai daerah Sisliam, Pesisir laut merah di Afrikam Palestina, Afrika Utara, Yama, Suriah dan Hijaz. Pada masa ini, kebudayaan kota Mesir termasuk berkembang dan menjadi pusang perdangan luas di daerah wilayah Laut Tengah dan Samudera Hindia. Pusat perdagangan bahkan berpengaruh pada arah perdagangan Eropa pada akhir abad pertengahan.
Fatimiyyah merupakan dinasti yang berdiri pada tahun 909 oleh Abullah al Mahdi Billa yang secara legitimasi merupakan ketuturanan Nabi Muhammad Saw dari garis keturuan Fathimah az-Zahra dan suaminya Ali Bin Abi Thalib. Hal inilah yang menjadi dasarnya penyebutan Dinasti sebagai dinasi Al Fatimiyyun atau Fatimiyyah. Kehandalan Abdullah al Mahdi dalam menyebarluaskan propaganda dan politik kerajaan membaut Fitimiyyah menjadi lebih cepat terbuka bahkan sampai ke daerah Maroko, Aljazair, Libya, Tunisia bahkan ke seluruh Maghreb. Ibu kita pertama Dinasti ini kemudian dibangun di tengah kota Tunisia.
Ekspansi Dinasti Fatimiyyah kemudian dilakukan ke wilayah Mesir pada tahun 972 dengan menaklukan dinasti Ikhshidiyyah kemudian mendirikan kota baru yang dikenal dengan nama Al-Qahirat (Kairo Modern). Al-Qahirat secara harfiah berarti “sang Penunduk”. Kekuasaan dinasti pasca penaklukkan, Fatimiyyah kemudian berhasil menaklukkan daera Sisilia dan Italia bagian selatan.
Fatimiyyah kemudian melakukan perombakan aturan dan tata Administrasi Negara, Jika pada masa lampau, Kekuasaan dan sistem pemerintahan di Mesir diatur berdasarkan sistem kekeluargaan, Fatimiyyah lebih mengutamakan Kecakapan di atas segalanya. Awal pemerintahan diatur dengan sistem baru ini dan sangat cepat tumbuh bahkan, sekte lain di luar Syiah, seperti Sunni yang cakap direkrut menjadi gubernur bahkan Dinasti ini sangat toleran dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Bagi Fatimiyyah, mereka dilaur sekte Syiah tapi memiliki kemampuan dalam bidang administrasi dan Sistem pemerintahan tetap akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi Gubernur dan pemimpin dalam bidang pemerintahan. Salah satu tokoh yang masuk dalam Kategori ini adalah “Mad Caliph” al-Hakim bin Amrillah yang dikenal dengan nama Chalib The Scorpio selama masa perang salib.
Kejatuhan Dinasti Fatimiyyah.
Ziriyyah menjadi kerajaan pertama menyatakan diri merdeka dari Dinasti Fatimiyyah pada tahun 1040 dan menyatakan diri bergabung masuk ke dalam golongan Sunni. Hal ini memicu peperangan di dalam tubuh Islam antara Sekte Sunni dan Syiah oleh Bani Hilal. Tahun 1070, Fatimiyyah kemudian mendapatkan serangan Bangsa Seljuk, Turki, disusul dengan serangan bergelombang dari Pasukan Salib yang berangkat dari Eropa sehingga wilayah kekuasaan Dinasti Fatimiyyah hanya sampai daerah Mesir saja.
Sistem Pemerintahan yang korup dan perubahan Sistem politik yang menjadi anti toleran, membuat Fatimiyyah jatuh pada tahun 1160-an di bawah serangan Zengid Sunni. Penguasa Zengid, Nur ad-Din memberikan perintah kepada Salahuddin Al Ayyubi untuk mengambil alih Mesir pada tahun 1169 kemudian menjadi cikal bakal dari Dinati Ayyubiah Sunni yang menguasai sebagian besar kawasan Asia Barat dan Afrika Utara selama perang salib.
Leave a Reply