Permanian Populer Anak Tahun 1990-an di Makassar yang sudah tidak Pernah Terlihat Lagi

Dzargon. Mungkin beberapa diantara kita yang pernah bermaian Permainan Anak Makassar kelahiran tahun 1990-an yang sekarang sudah jarang terdengar atau bahkan tidak terdengar lagi. Keberadaan Gedjed yang menggerus permainan tradisional bahkan membuat anak jaman sekarang apatis dan kurang menggerakkan tubuhnya. Kurang merasakan setia kawan karena di kejar anjing bareng, memanggil teman yang bapaknya killer tidak akan pernah dirasakan anak zaman sekarang.

Permanian Tradisional Anak Makassar Anti Egois dan Individualis

Ciri-ciri permanian anak makassar kelahiran tahun 1990-an atau bermain sekitar tahun 1998 hingga 2004 sangat berbeda dengan permaiann anak jaman sekarang. Anak-anak seusia saya memiliki kebiasaan bermain yang mengandalkan teman sehingga sangat sulit untuk membentuk individu yang egois.
Melempar Kerikil ke atas Seng rumah Teman
Saya teringat kebiasaan yang paling sering saya lakukan dan kawan-kawan menjelang tahun 2000 adalah berteriak di depan rumah teman memanggil nama teman. Sebagain teman yang orang tuanya ramah, dipanggil dengan teriakan sekencang-kencangnya, sedangkan teman yang orang tuanya sedikit kejam atau killer, biasanya dipanggil di dekat jendela kamar atau paling tidak lempar seng (atap rumah) 2 kali (sesuai dengan kesepakatan sebelumnya) terus kabur dengan langkah seribu. Lemparan dua kali bisa jadi isyarat yang sedikit lucu, karena setelah melempar kami akan lahir secara bersamaan sambil ketawa untuk hal yang tidak jelas.
Permainan anak pada masa itu hampir semua membutuhkan kerja sama, paling tidak membutuhkan lawan bertanding, tidka seperti anak jaman sekarang hanya dengan duduk diepan Laptop, di Kamar dengan Tablet terbaru kemudian memiliki teman di dunia maya entah seusia atau tidak. Perbedaan pola pikir akan terus terbentuk dimasa ini dan anak-anak akan menjadi terbiasa bersifat individu. Kemudahan memiliki teman baru akan berbuah pada gampangnya menghilangkan teman lama di dunia maya. Rasa setia kawan yang dimiliki anak di tahun 1990 tentu sangat berbeda.
Anak-anak tahun 1990 yang bermain asing-asing, Bong-bong paling tidak harus dilakukan oleh dua tim yang saling berwalanan dengan jumlah pemain minimal 8 orang. Jumlah orang akan berpengaruh pada permainan sehingga mau tidak mau kami harus memanggil teman kami mulai dari cara berteriak sekencang-kencangnya sampai yah cara unik tadi, melempar batu ke atap seng rumah teman.
Pengalaman di Kejar Anjing Bersama.
Bagi anak Makassar kelahiran tahun 1990-an Tinggal di lorong yang penduduk heterogen pasti pernah mengalami cerita di kejar anjing berjamaah. Agar tetap dapat bermain, kami terpaksa memanggil teman kami meskipun kami tahu jalan menuju rumah teman tersebut ada bahaya anjing galak yang harus dilalui. Percakapan mengenai jangan lari ketika anjing terlihat yang awalnya di konsep dengan matang, akhirnya bubar setelah mendengar lonlongan anjing. dan tentu saja sensasi setelah dikejar anjing tersebut tidak lain adalah saling menertawakan satu sama lain apalagi kalau sampai ada yang jatuh di Got, Sendalnya cappi karena larinya kencang, intinnya ada saja yang bisa dijadikan bahan tertawaan. Kejadian menjadi tidak menyeramkan karena kebersaamaan.

Beberapa permainan yang mungkin pernah anda mainkan di pada saat masih muda

Pandende,- Meskipun permaian ini termasuk permainan individu, tapi memainkannya sendrian tentu saja tidak asik. Butuh beberapa orang teman dengan kayu ditangan atau tanpa kayu, mencari ban bekas sampai harus ke tukan tambal ban yang masa itu susahnya minta ampun dan yang paling penting  mencarinya pasti dilakukan bersama-sama dengan jalan kaki. Pengalaman Saya ketika tinggal di Jl. Regge lorong 3 harus berjalan bersama teman sampai ke Jalan Pontingku hanya untuk menyusur tukang tambal ban yang bersedia memebrikan ban bekasnya secara gratis ke kami. Tapi seninya sampai sekarang masih berbekas.
Permaianan edikatif untuk anak
Asing-Asing,- Permainan ini bisa dibilang adalah permainan nasional namun di Makassar juga pernah terkenal. Permaian biasanya dimainkan pada saat keluar main karena hanya akan seru jika dilakukan dilapangan bulu tangkis. mengingat lapangan ini sudah membagi daerahnya empat bagian dan proporsional untuk tangan kecil kami sehingga untuk menyentuh lawan dibutuhkan teknik tinggi ala sinhobi. Biasanya yang anggota tim ditentukan dengan suit yang tentunya orang yang pertama dipilih orang yang gesit, larinya kencang dan bertugas sebagai “Buccu”.
Temba’-temba’ Bulo,- Meskipun sakit namun bisa dikatakan temba’ bulo bukanlah permaian yang mengandung kekerasan. Permainan dari sebatang bambu ini kemudian di isi dengan peluru kertas koran yang basah bisa menjadi menarik ketika dilakukan dalam bentuk perang-perangan.korang  Hal seru bukan hanya pada saat bermain, seni meminta koran bekas yang pada masa itu orang yang di tinggal dilorong masih sangat jarang berlangganan koran membutuhkan teknik meminta tersendiri. Biasanya embel-embel di suruh ibu untuk pelapis kaleng yang berisi makanan adalah kebohongan yang ikut melekat pada saat meminta koran bekas. belum lagi kalau di lorong itu hanya ada satu orang yang berlangganan koran itupun orangnya pelit, membuat anak-anak sesuai saya pada saat harus berfikir lebih kreatif lagi.
Bong-bong,- Hampir sama dengan asing-asing, permainan ini membutuhkan anak-anak sekitar 8 orang semakin banyak semakin baik. Anak yang larinya kencang pasti akan terpilih, idenya adalah bagaiaman cara menyentuh markas lawan dengan tangan. Aturannya siapa yang lebih dulu meninggalkan tiang (base) akan dimatikan oleh lawan dengan cara di sentuh oleh lawan dan tidak bisa bermain sampai ronde pertama selesai. Semua unsur pasti mendapat bagian, teman yang larinya paling lambat pasti akan menjadi pertahanan terakhir ketika rekan setimnya sudah dite’. sehingga seluruh teman pasti memiliki bagian.

Dende’, Beklan dan Lompat Karet Sampai Merdeka.

Bagi kaum wanita juga tidak kalah serunya. Karena saya pria dan tidak begitu mengerti permainan intinya pembicaraan yang saya ingat dari teman teman cewek waktu SD adalah lompat karet sampai merdeka paling berkesan, apalagi kalau mereka main pas masih mengenakan seragam sekolah. Pria sejati tentu tau maksudnya hahah, kami akan menjadi penonton setia kala itu.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *