Mengapa Langit Berwarna Biru?

Dzargon – Hari yang cerah di musim panas memang waktu yang tepat untuk menikmati buah Semangka atau es buah tropis, namun jika kamu sudah memiliki anak, lalu tiba-tiba ia bertanya “Ayah mengapa langit berwarna biru?”

Kira-kira apa jawaban tepat yang anda akan berikan dengan pertanyaan yang kreatif ini. Tentu saja saya tidak berharap anda melarang anak anda bertanya hal-hal yang aneh seperti kebanyakan orang tua Indonesia yang masih berfikiran primitif.

Misalnya jawaban “Itu bukan urusanmu” atau mungkin memberikan jawaban Religius yang justru membuat anak menjadi tidak tertarik dengan sains misalnya “Karena itu sudah kehendak tuhan”.

Sebagai orang tua yang sigap tentu saja memberikan jawaban berbau sains akan membantu anak anda memiliki motivasi yang tinggi tentang dunia sains. Hanya saja, jawaban yang diberikan terkadang ngasal.

Misalnya saja jawaban paling default yang diberikan oleh orang tua tentang pertanyaan tersebut adalah “Birunya langit itu adalah pantulan dari air laut yang juga warnanya biru”

Jawaban ini tentu saja tersebut bisa membuat Einstein bangkit dari kuburnya dan tertawa terbahak-bahak. Jika memang benar demikian, harusnya di langit, kita bisa melihat warna lain selain biru, karena tidak semua laut berwarna biru.

Sebagian besar laut bewarna biru gelap jika kedalamanya lebih dari 500 meter, sedangkan laut dengan kedalaman kurang dari 30 meter biasanya berwarna hijau toska atau bahkan coklat jika pantai di sekitar laut tersebut sudah tercemar.

Selain itu harusnya di langit China dan Australia kita bisa melihat warna kuning dari di langit akibat pantulan pasir dari gurun yang maha luas atau di Brazil, Afrika Selatan dan Indonesia, langitnya sejuk berwarna hijau dari pantulan hutan hujan tropis yang padat.

Apa penyeba langit berwarna biru

Mengapa Langit Berwarna Biru

Lantas mengapa langit berwarna biru? Sebelum membahas hal tersebut,  ada baiknya menjelaskan apa itu warna biru.

Warna biru merupakan salah satu bentuk gelombang elektromagnetik dari golongan visible light atau cahaya tampak. Mata manusia memiliki selaput yang disebut iris dan reseptor warna yang membantu manusia melihat warna.

Biru sendiri merupakan deretan warna dengan panjang gelombang paling pendek sekitar (450 sampai dengan 495 nm) atau frekuensi paling tingi dari deretan cahaya tampak yang disingkat MeJiKuHiNiU. Newton sendiri berbual dengan warna ungu agar spektrum yang ia dapatkan memiliki tujuh warna sama seperti dengan tanda nada yang kala itu populer.

“MeJiKuHiNiU itu adalah singkatan dari warna Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Nila, dan Ungu. Panjang cahaya ini juga disebut sebagai cahaya primer yang bisa muncul dari satu panjang gelombang saja”

Langit itu sendiri adalah jarak terjauh dari penglihatan manusia ketika memandangi atsmosphere di siang hari. Sedangkan spektrum warna birunya berasal molekul udara di atsmohspere bumi yang kebanyakan diisi dengan gas Nitrogen sekitar 79 % dan juga oksigen sekitar 20 %.

Cahaya matahari yang mengenai Nitrogen dan Oksigen kemudian terserap. Partikel-partikel Nitrogen dan Oksigen yang ada di udara kemudian menyerap semua panjang gelombang dan menyebarkan cahaya tampak dengan panjang gelombang biru lebih dominan dibandingkan dengan warna merah.

Hal ini terjadi jika lapisan atmospher yang dilalui cahaya tidak begitu tebal, namun jika ketebalan meningkat maka panjang gelombang yang dipancarkanpun berbeda. Panjang Gelombang merah akan lebih dominan disebarkan oleh udara di langit ketika sinar datang mendekati sumbu tegak lurus.

Jika kondisi ini terjadi maka cahaya merah yang akan lebih banyak disebarkan, hal ini bisa dilihat pada langit sore hari yang jingga-nya mampu membuat suasan menjadi romantis.

Selain dari sudut jatuhnya matahari relatif terhadap mata manusia, suhu udara juga mempengaruhi karakteristik cahaya yang disebarkan oleh partikel udara di atmosfer, sebut saja subuh hari yang dingin lebih ‘memilih’ menyebarkan cahaya kuning sedangkan sore hari yang masih hangat karena terik matahari siang lebih memilih warna Jingga atau orange.

landscpa foto langit indah tidak berwarna biru

Langit Tidak Selamanya Biru

Seperti yang sudah disampaikan di atas, langit memang tidak selamanya berwarna biru, hanya saja moment dari langit berwarna selain biru sangatlah pendek sehingga orang-orang lebih mengindentikan biru sebagai warna langit.

Durasi munculnya langit berwarna biru bagi mereka yang tinggal di kathulistiwa kira-kira sekitar 11 jam 30 menit sampai dengan 12 jam 30 menit sesuai dengan posisi semu matahari terhadap bumi.

“Mohon jangan disampaikan hal ini ke penganut teori Bumi datar, karena mereka tidak begitu paham dengan gerak dan bentuk bumi berdasarkan prinsip jatuhnya cahaya. Alih-alih mengerti, sebaliknya anda mungkin dikatakan sesat dan pemuja NASA”

Sedangkan langit tidak berwarna biru durasi harinya paling lama 30 menit total dari keseluruhan senja dan subuh, kalaupun sedang terjadi gerhana matahari total dan sebagaian barulah langit berwarna tidak biru dalam waktu yang cukup lama di siang hari.

Namun jika anda masih memiliki berwarna biru, patutlah bersyukur, karena sudah banyak kota industri di dunai yang tidak lagi memiliki langit berwarna biru akibta dari keadaan dan polusi udara yang sudah sangat parah.

Kebakaran hutan di Riau juga membuat efek tindal dari cahaya yang menembus kabut asap dari udara berjenis padatan terbang (Fly Ash). Kondisi ini bahkan mampu membuat langit berwarna merah seperti darah karena sulitnya cahaya menmbus partikel udara yang berisi padatan-padatan asap yang terbang bebas di udara.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *