Jenis Parasait pada Ikan Hias Air Tawar pada Ikan Cupang, Guppi dan Rainbow

Jenis Parasait pada Ikan Hias Air Tawar pada Ikan Cupang, Guppi dan Rainbow

M. Alifuddin, Y. Hadiroseyani & I. Ohoiulun1) 1) Laboratorium Kesehatan Ikan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga Bogor (16680), Indonesia
PENDAHULUAN 
Dzargon. Budidaya ikan hias air tawar merupakan salah satu usaha agribisnis dengan prospek yang cerah, karena potensi pasarnya masih sangat terbuka, baik pasar domestik, regional maupun internasional. Hal ini dapat ditunjukkan oleh peningkatan ekspor ikan hias dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, pada tahun 1994-1999 tejadi kenaikan nilai ekspor sebesar 30,35% dan volume meningkat sebesar 40,92% (Anonim 2000). Dengan keterbatasan lahan, intensifikasi merupakan pilihan untuk mengembangkan kegiatan usaha budidaya dalam rangka meningkatkan produksi dan produktivitas. Dalam intensifikasi budidaya, kepadatan ikan dalam wadah budidaya ditingkatkan seberapa kali lipat, sehingga sangat berpotensi munculnya penyakit. Penyakit infeksi parasit merupakan salah satu kendala dalam pengembangan usaha budidaya ikan termasuk ikan hias air tawar. Penyakit parasiter menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas produk yang berimplikasi pada kerugian ekonomi bagi pembudidayanya. Pengendalian penyakit perlu dilakukan secara dini. Berkaitan dengan upaya penanggulangan dan pemberantasan penyakit diperlukan informasi mengenai jenis patogen, jenis ikan yang terserang dan waktu kejadiaannya (Hoffman 1987). 
memeliharan Jenis Parasait pada Ikan Hias Air Tawar pada Ikan Cupang, Guppu dan Rainbow
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis parasit, habitat, prevalensi dan intensitasnya pada ikan hias air tawar : ikan cupang (Betta splendens Regan), ikan gapi (Poecilia reticulata Peters) dan ikan rainbow (Melanotaenia macculochi Ogilby). BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2001-Februari 2002. Penelitian dilakukan terhadap ikan hias yang dibudidayakan petani ikan hias di Jakarta Barat. Pemeriksaan ikan dan identifikai parasit dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Jurusan Budidaya Perairan, FPIK-IPB. Pengawetan parasit dilakukan melalui tahap pengambilan sampel, pemeriksaan dan identifikasi parasit yang ditemukan. Sampling dilakukan dengan metode survei pada petani ikan hias. Total sampel setiap jenis ikan hias adalah 60 ekor, sehingga keseluruhan ikan yang diperiksa adalah 180 ekor. Sampel ikan hias diambil secara acak dengan menggunakan serok dari populasi ikan yang ada di lokasi usaha ikan hias. 
Sampel dibawa dalam keadaan hidup dengan menggunakan kantong plastik secara tertutup ke Laboratorium Kesehatan Ikan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor di Kampus Darmaga, Bogor. Organ yang diperiksa meliputi bagian tubuh eksternal dan internal. Bagian eksternal yang diperiksa adalah permukaan tubuh, filamen insang, sedangkan bagian internal yang diperiksa adalah usus dan otot daging. Prosedur pemeriksaan parasit dilakukan mengikuti Fernando et al. (1972) & Kabata (1985). Preparasi dan preservasi parasit dalam bentuk sediaan awetan dilakukan mengikuti Alifuddin (1999). Parasit yang ditemukan diidentifikasi mengikuti petunjuk Kabata (1985), Hoffman (1967) & Fryer (1982). Data yang diperoleh meliputi jenis parasit, habitat, prevalensi dan intensitas parasit dianalisa secara deskriptif. Prevalensi parasit dihitung.
HASIL DAN PEMBAHASAN 
Hasil Identitas Parasit Parasit yang ditemukan adalah Trichodinid, Dacty-logyrus sp., Gyrodactylus sp., Acanthocephala, Lerneae sp. dan kista. Hasil seleng-kapnya parasit yang ditemukan disajikan pada Tabel 1 di bawah ini. Dari pemeriksaan makroskopik, ikan sampel tidak memperlihatkan kelainan patologis meskipun ditemu-kan parasit pada tubuhnya. Prevalensi dan Intensitas a. Ikan Cupang Hubungan antara prevalensi parasit terhadap ukuran ikan cupang dapat dilihat pada Gambar 1. Dari gambar tersebut, terlihat bahwa prevalensi parasit cenderung menurun dengan bertambahnya ukuran panjang ikan cupang. Prevalensi tertinggi terdapat pada ukuran ikan 2,6 – 3,8 cm, yaitu sebesar 51,9%, prevalensi terkecil terdapat pada ukuran 5,2 – 6,4 cm, yakni sebesar 37,5%.
Pembahasan Parasit yang ditemukan pada ketiga jenis ikan uji meliputi ektoparasit, mesoparasit dan endoparasit. Ektoparasit yang ditemukan pada ikan hias air tawar tersebut adalah Trichodnid (Ciliophora), Gyrodactylus sp, Dactylogyrus sp (Platyhelminthes), Lernaea sp (Krustase) dan endoparasit (Acanthocephala dan kista). Semua jenis parasit yang ditemukan tidak tergolong parasit ikan karantina seperti tecantum dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 841/Kpts/IK.220/8/ 1999. Ketiga kelompok parasit ini menyerang organ yang berbeda pada ikan inang. Hal ini disebabkan karena setiap jenis parasit mempunyai cara adaptasi yang berbeda terhadap kondisi inangnya. Namun, pada beberapa kasus, parasit juga dapat menginfeksi organ yang berbeda, yang tidak sesuai dengan organ spesifik inangnya (Bauer 1970). Dari kelompok ektoparasit, trichodinid mem-punyai penyebaran yang luas. 
Trichodinid menginfeksi insang dan permukaan tubuh dari semua jenis ikan uji, baik ikan cupang, gapi maupun rainbow. Trichodinid juga menginfeksi organ mata pada ikan cupang dan ikan gapi. Parasit Gyrodactylus sp. dan Dactylogyrus sp. ditemukan dapat menginfeksi permukaan tubuh maupun insang ikan uji. Lerneae sp. tergolong unik dalam pengelompokan parasit; bisa disebutkan sebagai ektoparasit, meso maupun endoparasit. Parasit ini mempunyai cara adaptasi yang unik. Sebagian tubuh, bagian anterior, tertanam ke dalam tubuh inang, sedangkan bagian tubuh lainnya berada di luar tubuh inang dengan peran fisologis yang berbeda. Bagian tubuh yang berada di dalam tubuh inang berperan untuk mengambil nutrien, sedangkan bagian tubuh yang berada di luar, termasuk kantung telur berperan untuk salah satunya berreproduksi. Kantung yang berada di luar tubuh tersebut memudahkan parasit ini melepaskan telurnya ke air. Endoparasit yang ditemukan pada ikan hias yang diperiksa adalah cacing Acanthocephala dan kista cacing yang tergolong heteroksen. Kedua jenis parasit ini ditemukan pada saluran pencernaan ikan. 
Keberadaan endoparasit ini berkaitan dengan jenis pakan alami yang digunakan dalam kegiatan budidaya. Kutu air dan ca-cing yang diberikan sebagai pakan alami dapat menjadi inang antara dari parasit ini. Dari pengamatan hubungan prevalensi parasit terhadap ukuran inang, terdapat dua pola hubungan. Pada ikan cupang dan ikan gapi, prevalensi parasit cenderung menurun dengan semakin bertambahnya ukuran panjang ikan. Pada ikan rainbow, prevalensi cenderung meningkat, kemudian mengalami sedikit penurunan. 
Pola hubungan yang berbeda ini disebabkan oleh perubahan ukuran ikan. Perubahan ukuran ikan berkaitan dengan perubahan umur morfologi, fisiologi dan perubahan ekologi ikan. Perubahan ini juga berkaitan erat dengan perubahan jenis makanan setiap umur/ukuran ikan (Bauer 1970). Pola hubungan prevalensi dan ukuran ikan ini berbeda-beda untuk setiap jenis ikan dan kelompok ukuran ikan. Selain hal di atas, nilai prevalensi (dan juga intensitas) parasit dapat juga dipengaruhi oleh perubahan musim. Namun hal ini tidak terlalu memberi pengaruh terhadap kemunculan parasit pada ikan uji. Hal ini disebabkan selama proses sampling, diperkirakan perbedaan musim tidak terlalu nyata. Frekuensi kejadian parasit yang paling dominan pada setiap jenis ikan uji adalah parasit Trichodinid. 
Hal ini disebabkan karena ukurannya yang relatif kecil dan gerakannya yang cenderung lebih aktif jika diban-dingkan dengan jenis parasit lain. Selain itu parasit ini mempunyai siklus hidup yang langsung dan cara repro-duksi yang sederhana. Reproduksi trichodinid dilakukan melalui pembelahan biner, di mana satu individu membelah diri menjadi dua individu yang kemudian berkembang menjadi individu dewasa. Hal ini menye-babkan kemudahan dalam penyebaran parasit ini. Nilai intensitas dari setiap jenis parasit pada ikan uji bervariasi. Nilai intensitas ini penting diketahui untuk menduga kondisi kesehatan ikan, karena gangguan pada ikan inang akibat infeksi parasit umumnya disebabkan kepadatan parasit yang tinggi. Intensitas parasit yang ukurannya relatif besar, seperti Lernaea lophiara dan cacing Acanthocephala mempunyai arti yang penting. Hal ini disebabkan karena walaupun dengan intensitas yang relatif rendah, parasit ini dapat menyebabkan akibat yang signifikan bagi ikan inang. Hasil ini penelitian juga memperlihatkan adanya hubungan panjang tubuh ikan hias yang diperiksa dengan prevalensi dan intensitas parasit. 
Dari Tabel 1 dan Gambar 1-6 memperlihatkan jelas hubungan tersebut. Kennedy (1975) mengemuka-kan, bahwa ada perbedaan infestasi parasit antara inang tua dan muda, karena perbe-daan diet keduanya atau karena resistensi. Dogiel et al. (1970) menambahkan, bahwa dalam banyak kasus, nilai intensitas dan prevalensi parasit berfluktuasi bersamaan dengan umur ikan. Kennedy (1975) menyatakan bahwa semakin tua ikan, berarti semakin lama waktu yang dimiliki ikan untuk kontak dengan parasit, sehingga prevalensi dan intensitas parasit meningkat sesuai dengan umur ikan. Tubuh inang merupakan tempat untuk kolonisasi parasit. Semakin luas permukaan tubuh ikan, maka koloni parasit juga bertambah, sehingga nilai intensitas dan prevalensi parasit meningkat. 
Menurut Noble et al. (1989), ikan yang menghabiskan seluruh siklus hidupnya hanya di satu tipe perairan akan memiliki parasit lebih sedikit daripada ikan yang berpindah-pindah. Ikan-ikan yang dipelihara terutama dalam akuarium, intensitas dan prevalensi parasitnya cenderung berfluktuasi sesuai dengan manaje-men kesehatan yang diterapkan dalam kegiatan budidaya. Dogiel et al. (1970) menyatakan, bahwa meningkatnya keberadaan beberapa parasit misalnya Trichodinid tidak ditentukan oleh umur ikan. Sementara Nobel et al. (1989), menyatakan bahwa beberapa spesies ikan; semakin meningkat umur ikan, maka ada kecendrungan intensitas parasitnya semakin berkurang. Beberapa parasit memiliki inang spesifik tertentu. Hal ini dapat ditunjukan dengan adanya beberapa jenis ikan yang hanya terinfeksi oleh satu jenis parasit saja (species spesifik), atau hanya satu organ saja yang terinfeksi oleh parasit tersebut (organ spesifik), selain itu masih ada beberapa spesifitas lainnya seperti spesifitas geografi dan spesifitas ekologi (Grabda 1981). Hubungan spesifik antara inang dengan parasit tersebut ditentukan oleh keberhasilan parasit dalam menginfeksi, menempati dan berkembangbiak pada habitat tertentu pada bagian tubuh inang (Olsen 1974). 
KESIMPULAN 
Parasit yang ditemukan pada ketiga jenis ikan uji meliputi ektoparasit, yakni Trichodina (Ciliophora), Gyrodactylus sp, Dactylogyrus sp (Platyhelminthes), Lernaea sp. (Krustase) dan endoparasit (Acantho-cephala dan kista). Parasit yang ditemukan tidak termasuk Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina. Keberadaam jenis parasit dipengaruhi oleh jenis ikan. Prevalensi ikan yang terinfeksi sebesar 33,3-76.7% dengan intensitas berkisar 1-84; kelimpahan parasit dipengaruhi oleh panjang tubuh ikan hias yang diperiksa.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *