FEKUNDITAS DAN PRODUKSI LARVA PADA IKAN CUPANG (Betta splendens Regan) YANG BERBEDA UMUR DAN PAKAN ALAMINYA
Gema Wahyu Dewantoro
Alumnus Fakultas Biologi, Universitas Nasional Jakarta
Alumnus Fakultas Biologi, Universitas Nasional Jakarta
Dzargon. Ikan hias merupakan satu komoditas ekonomi dan sumber pemasukan non migas yang potensial, permintaan pasar yang semakin meningkat baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini mendorong perkembangan budidaya ikan hias di Indonesia. Salah satunya adalah ikan Betta splendens Regan atau yang lebih dikenal dengan nama ikan cupang. Ikan jantan sangat agresif dan memiliki kebiasaan saling menyerang apabila ditempatkan dalam satu wadah (Ostrow, 1989).
Habitat ikan cupang di perairan tawar seperti, danau dan rawa, tetapi saat ini sudah banyak dibudidayakan. Perkembangbiakan Betta splendens bersifat bubblenester, yaitu membuat sarang busa sebelum berpijah dan telur-telur dimasukkan ke dalamnya (Linke, 1994; Sanford,1995).
Beberapa petani ikan cupang di Jakarta, menyatakan bahwa induk ikan mulai bertelur pada umur 3-3,5 bulan dengan ukuran +4 cm dengan.iumlah telur berkisar 700 butir. Biasanya induk dikembangbiakkan umur 3-7 bulan, namun belum diketahui secara pasti umur yang optimal untuk menghasilkan telur. Selain itu pakan juga mempengaruhi keberhasilan dalam fekunditas dan produksi larva. Pakan yang biasa diberikan adalah cacing fubifeksp., Daphnia sp. dan jentik nyamuk.
Penelitian ini bertujuan mengetahui umur yang tepat bagi induk cupang dapat dipijahkan dan pengaruh pemberian berbagai jenis pakan alami (D ap hnia, Tu b fex d an j entik nyamu k) terhad ap ti ngkar fekunditas dan produksi larva.
BAHANDANCARAKERJA
Penelitian dilaksanakan di Instalasi Penelitian Perikanan Air Tawar, Depok dari bulan Agustus sampai Oktober 2000. Ikan uji yang digunakan ialah ikan cupang sebanyak 90 ekor jantan dan 90 ekor betina, dengan panjang total t 3,5 cm, umur 3 bulan, 3,5 bulan dan 4 bulan. Pakan ujinya ialah Daphnia sp’,Tubifeksp’ dan jentik nyamuk. Air sumur ditampung dalam bak selama t hari dan diaerasi sebagai media di dalam wadah percobaan berupa baskom berdiameter 92 cm dan ber.iumlah 63 baskom’ Peralatan yang digunakan yaitu penggaris, wadah persegi berukuran 20 x 30 cm, timbangan merek O-Hauss, sendok makan, counter, cawan peffi’ Parameter air yang diamati adalah suhu, pH, 0, terlarut’ CO, bebas, NH’ alkalinitas dan kesadahan, sedangkan alat yang digunakan adalah termometer batang, pHmeter, DO-meter, titri metrik N arCO,, spektrofotometer, titri metrik HCl, hardness meter.
Cara kerja:
Dipersiapkan 18 baskom, kemudian di pisahkan berdasarkan perlakuan umur dan pakan, masing – masing 3 taraf. Setelah itu 6 baskom dipisahkan jantan dan betina. Setiap baskom diisi 10 ekor induk dan diberi pakan secara acl libitumyailu % volume cawan petri: + 30 ml dilakukan 2 kali sehari, yaitu pukul 10.00 dan pukul 14’00’
Pemberian pakan selama 2 minggu. Panjang dan berat induk diukur sebelum dimasukkan. Kualitas air diukur pada awal dan akhir penelitian. Pemijahan dilakukan dengan cara memasukkan indukjantan dan betina secara acak sesuai perlakuan ke dalam satu baskom’ Fekunditas dihitung pada telur yang dihasilkan (Pemijahan I), demikian pula produksi larva (Pemijahan II)’ Ulangan setiap interaksi perlakuan umur dan pakan adalah 5 kali, artinya 5 kalipemijahan untuk penghitungan fekunditas dan 5 kali penghitungan produksi larva’
Percobaan ini mengamati 2 parameter, yaitu parameter fekunditas dan produksi larva yang dihasilkan tiap induk cupang’ Rancangan percobaannya adalah rancangan faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu perlakuan umur dengan 3 taraf (umur 3 bulan, 3,5 bulan dan 4 bulan) dan perlakuan pakan dengan 3 taraf (Daphnia sp., Tubifex sp’dan Jentik nyamuk). Parameter penunjang adalah laju pertambahan panjang dan bobot mutlak’ Perhitungan dilakukan dengan program SPSS ver’10’
Parameter utama Yang diamati:
Parameter utama Yang diamati:
- Fekunditas dihitung dengan cara menghitung jumlah telur secara langsung, cara ini merupakan cara paling baik dan tepat hasilnya (Effendie, 1979)’
- Produksi larva dengan cara menghitung langsung jumlah telur Yang menetas Parameter penunjang Yang diamati:
Laju Pertambahan Panjang lkan Rata-Rata lndividu Menggunakan Rumus Effendie (1979), yaitu
P=Pt-Po
Keterangan:
p : Pertambahan panjang mullak individu (cm)
Pt : Panlang rata – rata ikan pada akhir penelitian (cm)’
Po: Panjang rala- rata ikan pada awal penelitian (cm)
Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan Rata-Rata Individu
p : Pertambahan panjang mullak individu (cm)
Pt : Panlang rata – rata ikan pada akhir penelitian (cm)’
Po: Panjang rala- rata ikan pada awal penelitian (cm)
Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan Rata-Rata Individu
Menggunakan Rumus Weatherley ( I972), yaitu
W: Wt_WO
Keterangan:
W :Pertumbuhan bobotmutlak rata- rata individu (gram)
Wt: Bobot rata – rata ikan pada akhir penelitian (gram)
Wo : Bobot rata – rata ikan pada awal penelitian (gram)
W :Pertumbuhan bobotmutlak rata- rata individu (gram)
Wt: Bobot rata – rata ikan pada akhir penelitian (gram)
Wo : Bobot rata – rata ikan pada awal penelitian (gram)
Parameter kualitas air yang diamati selama penelitian adalah suhu, pH, kadar O, terlarut, kadar CO” bebas, kadar amoniak, alkalinitas dan kesadahan ‘HASILDAN PEMBAHASAN Pengaruh Umur Dan Pakan Alami Terhadap Tingkat Fekunditas
Data di atas menunjukkan induk umur 4 bulan menghasilkan telur paling banyak, diduga umur 4 bulan sudah cukup produktif. Jumlah telur semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Umur ikan menentukan tingkat kematangan gonad dan jumlah telurnya (Carlender, 1968 dalam Effendie, 1975)’
Berdasarkan perlakuan pakan, pemberian Daphnia juga menghasilkan fekunditas terbanyak’ Apabila dilihat kandungan nutrisinya, kandungan lemak Daphnia (8,0%) lebih rendah dibandingkan Tubifex ( I 3,30%) dan jentik nyamuk ( 14,60%). Kandungan lemak tinggi menurut Susanto (1992) dan Rusdi (2000) dapat mengakibatkan timbunan lemak yang menutupi saluran pengeluaran telur (oviduct), sehingga induk akan kesulitan dalam pengeluaran telur. Keberadaan pigmen diduga juga mempengaruhi fekunditas. Karoten berfungsi penting dalam fisiologis, yaitu dalam sisrem endokrin seperti perkembangan dan pematangan gonad.
Berdasarkan perlakuan pakan, pemberian Daphnia juga menghasilkan fekunditas terbanyak’ Apabila dilihat kandungan nutrisinya, kandungan lemak Daphnia (8,0%) lebih rendah dibandingkan Tubifex ( I 3,30%) dan jentik nyamuk ( 14,60%). Kandungan lemak tinggi menurut Susanto (1992) dan Rusdi (2000) dapat mengakibatkan timbunan lemak yang menutupi saluran pengeluaran telur (oviduct), sehingga induk akan kesulitan dalam pengeluaran telur. Keberadaan pigmen diduga juga mempengaruhi fekunditas. Karoten berfungsi penting dalam fisiologis, yaitu dalam sisrem endokrin seperti perkembangan dan pematangan gonad.
Daphnia dan Tubfex mengandung karoten yang mengakibatkan warna merah pada tubuhnya, sedangkan jentik nyamuk tidak (Latscha, 1990). Berdasarkan sidik ragam pengaruh perlakuan umur terhadap fekunditas menunjukkan perbedaan sangat nyata (P0,05), namun keduanya berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan umur 4 bulan. Sidik ragam pengaruh perlakuan pakan terhadap fekunditas menunjukkan perbedaan sangat nyata (P0,05 ) dengan Tu b ifex, tetapi keduanya berbeda sangat nyata (P<0,0 I ) dengan j entik nyamuk.
Sidik ragam pengaruh umur dan pakan didapatkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05), artinya dalam aplikasinya bahwa perbedaan umur dan pakan sama-sama menunj ang dalam peningkatan fekunditas.
Pengaruh Umur Dan Pakan Alami Terhadap Produksi Larva Induk umur4 bulan memiliki produksi larva lebih tinggi, hal ini dikarenakan kemampuan produksi larva didukung kuantitas dan kualitas dari telurnya, bilatelur yang dihasilkan sedikit dan mernpunyai kualitas kurang baik maka produksi larvanya juga rendah.
Menurut Sumandinata (1 98 1), fekunditas dapat menunjukkan kemampuan induk untuk menghasilkan anak ikan di dalam suatu pemijahan. Peningkatan umur ikan ternyata menentukan pu la tingkat produksi larvanya.
Berdasarkan sidik ragam pengaruh umur terhadap produksi larva didapatkan perbedaan sangat nyata (P0,05), tetapi keduanya berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan 4 bulan.
Sidik ragam pengaruh pakan terhadap produksi larva menunjukkan perbedaan sangat nyata (P0,05) dengan Tubifek, tetapi keduanya berbeda sangat nyata (P<0,0 I ) denganjentik nyamuk.
Sidik ragam pengaruh pakan terhadap produksi larva menunjukkan perbedaan sangat nyata (P0,05) dengan Tubifek, tetapi keduanya berbeda sangat nyata (P<0,0 I ) denganjentik nyamuk.
Berdasarkan sidik ragam pengaruh umur dan pakan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (p>0,05), artinya bahwa umur yang berbeda terhadap pakan yang berbeda sama-sama dalam mer.runjang tingkat produktivitas larva.(Carlender, Laju Pertambahan Panjang Dan Pertumbuhan Bobot Ikan
Data laju pertambahan panjang rata-rata akhir penelitian berkisar 0,5 cm – 0,96 cm untuk induk jantan dan 0,38 cm – 0,78 cm betina. Ikanjantan pakan yang dikonsumsi hampir sebagian besar untuk pertumbuhan, sedangkan betina selain pertumbuhan juga untuk aktivitas lainnya seperti reproduks i (Hardj amu I ia, I 97 8 ).
Data laju pertambahan panjang rata-rata akhir penelitian berkisar 0,5 cm – 0,96 cm untuk induk jantan dan 0,38 cm – 0,78 cm betina. Ikanjantan pakan yang dikonsumsi hampir sebagian besar untuk pertumbuhan, sedangkan betina selain pertumbuhan juga untuk aktivitas lainnya seperti reproduks i (Hardj amu I ia, I 97 8 ).
Rata-rata laju pertambahan panjang ketiga umur relative sama. Menurut Zonneveld dkk (1991) harnpir sernua kasus pertumbuhan (laju), ukuran dan umur saling berhubungan. Umumnya laju pertumbuhan menurun dengan bertambahnya ukuran tubuh dan umur, namun kemungkinan ketiga umur ikan cupang tersebut belum mencapai titik maksimal. Tubifek menghasilkan la.ju
pertambahan paling baik untuk-jantan maupun betina, karena Tubifek mengandung protein dan lemak yang baik untuk pertumbuhan (Subandiyah. dkk, I 990). Data pertumbuhan bobot mutlak rata-rata induk .iantan0,52 gr – 1,08 gr dan 0,52 gr – 1,0 gr induk betina. Untuk umur induk jantan maupun betina, didapatkan hasil umur 4 bulan mempunyai pertumbuhan bobot mutlak lebih tinggi, karena kemampuan memakannya lebih besar. Pertumbuhan bobot mutlak induk jantan dan betina dengan pakan Tubifex menunjukkan hasil paling tinggi (besar).
pertambahan paling baik untuk-jantan maupun betina, karena Tubifek mengandung protein dan lemak yang baik untuk pertumbuhan (Subandiyah. dkk, I 990). Data pertumbuhan bobot mutlak rata-rata induk .iantan0,52 gr – 1,08 gr dan 0,52 gr – 1,0 gr induk betina. Untuk umur induk jantan maupun betina, didapatkan hasil umur 4 bulan mempunyai pertumbuhan bobot mutlak lebih tinggi, karena kemampuan memakannya lebih besar. Pertumbuhan bobot mutlak induk jantan dan betina dengan pakan Tubifex menunjukkan hasil paling tinggi (besar).
Kualitas Air Suhu air media selama penelitian yaitu 25″C – 27’C. pH air berkisar 5,5 – 6,5. O, terlarut berkisar 6,6 – 7,3 ppm. CO, bebasnya 4,0 – 5,6 ppm. KadarNH, antara 0,5 – 0,7 ppm. Nilai alkalinitasnya 5,1 – 10,5 ppm. Kesadahannya 10,0″ – 12,5″ HD. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas air media pemeliharaan selama penelitian berlangsung cukup baik dan dapat mendukung kehidupan ikan uji.
KESIMPULANDANSARAN
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa umur dan pakan alami yang memberikan hasil paling tinggi terhadap fekunditas dan produksi larva adalah umur 4 bulan dengan pakan Daphnia. Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan umur induk cupang yang lebih tua dengan pakan Daphnia dan pakan alami lain atau pakan buatan sehingga diharapkan dapat memberikan fekunditas dan produksi larva yang Iebih baik.
DAFTARPUSTAKA
Effendie, M.l. 1975. Metode Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. h. 92.Effendie, M.l. 1979. Metode Biologi Perikanan.Yayasan DewiSri. Bogor. h. 55.
Hardjamulia, A. 1978. Budidaya lkan. Departemen Pertanian. Badan Pendidikan Latihan dan
Penyuluhan Pertanian, Sekolah Usaha Perikanan Menengah Budidaya. Bogor. h. 19.
LATSCHA, T. 1990. ‘B Carotenoids’ Their Nature and Significance in Animal Feeds. Departrnent of Anirnal Nutritions and Health. F. Hoffrnan – La Roche. Ltd. Basel. Su,itzerland. h. I 10.
Linke, H . 1994. Eksplorasi Ikan Cupang di Kalirnantan. Trubus. No.297. Agustus. h. 86-89.
Ostrow, M.E. 1989. Betta’s.T. F..H Pub. Inc. Canada. Ii. 91.
Rusdi, T. 2000. Kiat Bisnis lkan Hias. PT. Bina Rena Pariwara. Jakarta. h. 163.
Sanford, G. 1995. An Illustrated Encylopedia of Aquarium fish. Apple Press. London. h.68.
Subandiyah, S., Subagdja, J. dan Tarupay, E. 1990. Pengaruh Suhu dan Pemberian Pakan Alami (Tubifek sp. dan Daphnia.sp.) terhadap Pertumbuhan dan Daya Kelangsungan Hidup Ikan Botia (Botia macracantha Bleeker). Buletin Penelitian Perikanan Darat.9 ( 1) : 68.
Sumandinata, K. l98l . Pengembangbiakkan lkan – Ikan Peliharaan di lndonesia. Sastra Hudaya. h.I 18.
Susanto, H. 1992. Memelihara Cupang. Penerbit KanisiLrs. Yogyakarta. h. 80.
Weatherlay, A.H. 1972. Growth and Ecology of Fish Population. Academic Press. London. h. 293.
Zonneveld, N., Huisman, E.A. dan Bonn, J.H. 199 1. Prinsip – Prinsip Budidaya lkan. PT. Cramedia
Pustaka Utama. Jakarta. h 3 18. 1969 dalam Effendie, (1975). Berdasarkan perlakuan pakan, pemberian Daphnia mernpunyai produksi larva lebih baik.
Latscha ( I 990) berpendapat bahwa karotenjuga berfungsi dalam sistem endokrin seperti daya tetas yang berhubungan dengan produksi larva.
Leave a Reply