Daftar Isi
Menyusuri Wisata dan Aroma Mistis Gunung Lawu
Dzargon – Tidak dapat dipungkiri bahwa wilayah pegunungan menjadi salah satu alternatif bagi wisatawan untuk menikmati panorama alam yang eksotis. Bagi orang yang masih awam mengenai pendakian gunung, mendaki gunung kerap kali menjadi satu hal yang ingin dirasakan dalam kehidupannya. Tidur beralaskan rerumputan dan beratapkan kemerlap bintang di langit, pemandangan terbit dan tenggelamnya matahari, menjadi beberapa hal yang menjadi alasan kuat bagi wisatawan untuk memiliki pengalaman mendaki gunung.
Namun, bagi sebagian orang yang memang memiliki minat kuat terhadap aktivitas pendakian, mencapai berbagai puncak gunung adalah sebuah tujuan yang harus diwujudkan. Karena memang mendaki puncak gunung, walaupun terasa melelahkan, namun nyatanya mampu menjadi candu untuk terus dan terus melakukannya.
Baca Juga : 10 Puncak Gunung Tertinggi di Indonesia
Di Indonesia sendiri, terutama wilayah Jawa, wilayah pegunungan tidak hanya menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Sebagian masyarakat menyimpan kepercayaan bahwa wilayah pegunungan memiliki kekuatan magis yang berpengaruh terhadap suka dan duka kehidupan manusia. Kepercayaan ini umumnya muncul karena sejarah yang pernah terjadi di gunung tersebut atau karena adanya benda yang dikeramatkan yang ada di area gunung tersebut. Salah satu pegunungan di wilayah Jawa yang menjadi tantangan bagi para pendaki, sekaligus menjadi sesuatu yang disakralkan adalah Gunung Lawu. Gunung Lawu menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi para pendaki, dengan alasan Gunung Lawu merupakan salah satu gunung tertinggi di Jawa yang memiliki bentang alam yang indah. Sedangkan, gunung Lawu disakralkan oleh masyarakat, karena Gunung Lawu memiliki kaitan yang kuat dengan kerajaan yang pernah berjaya di Nusantara, yakni kerajaan Majapahit.
Lokasi dan Akses Menuju Gunung Lawu
Secara geografis, Gunung Lawu terletak di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung Lawu diketahui terbentang di antara tiga kabupaten, yaitu kabupaten Karanganyar yang ada di Jawa Tengah, Kabupaten Ngawi Jawa Timur dan kabupaten Magetan Jawa Timur. Dengan lokasi yang demikian, gunung Lawu dapat diakses melalui berbagai alternatif jalan.
Jika Anda berasal dari kawasan Jakarta dan sekitarnya, Anda dapat menggunakan kereta api dan turun di stasiun Solo. Dari stasiun Solo, perjalanan Anda dilanjutkan menuju terminal Palur menuju terminal Tawangmangu dengan menggunakan bus umum, tarif bus menuju Tawangmangu ini adalah Rp 20.000. Kemudian, dari terminal Tawangmangu, Anda dapat menggunakan kendaraan umum menuju basecamp pendakian Cemoro kandang maupun Cemoro Sewu. Tarif angkutan menuju basecamp ini adalah sekitar Rp 10.000.
Namun, jika Anda berasal dari silayah sekitar Solo dan menggunakan transportasi berupa bus, Anda dapat turun di terminal Tirtonadi. Dari terminal ini, perjalanan dilanjutkan menuju terminal Tawangmangu, dengan lama perjalanan sekitar 45 menit, dengan tarif sebesar Rp 10.000. Dari terminal Tawangmangu, gunakanlah angkutan umum sekitar menuju basecamp pendakian Gunung Lawu, dengan lama perjalanan sekitar 30 menit dan dengan tarif sebesar Rp 10.000.
Sedangkan, jika Anda menggunakan pesawat, Anda dapat turun di bandara Adi Sucipto Yogyakarta, yang kemudian dilanjutkan perjalanan dengan menggunakan kereta api lokal menuju stasiun Solo. Harga kereta lokal ini adalah Rp 8.000. dari stasiun Solo, Anda dapat melanjutkan perjalanan menggunakan bus menuju terminal Tawangmangu dan basecamp pendakian Gunung Lawu. Jika Anda menginginkan kenyamanan dan keleluasaan, di stasiun Solo, Anda dapat menyewa kendaraan pribadi berupa motor ataupun mobil. Penyewaan motor berkisar Rp 50.000-Rp 75.000 per-harinya, sedangkan penyewaan mobil berkisar Rp 300.000-Rp 500.000 per harinya. Jika Anda pergi bersama sejumlah orang, Anda disarankan untuk menyewa mobil, selain nyaman, harganya pun akan menjadi lebih murah jika ditaggung bersama.
Setelah sampai di basecamp pendakian, Anda akan diminta keterangan jika hendak mendaki gunung Lawu. Hal ini dilakukan untuk mendata informasi para pendaki yang hendak naik ke Gunung Lawu. Hal ini juga sangat penting bagi keselamatan pendaki, karena data diri ini akan digunakan sebagai informasi jika terjadi sesuatu pada pendaki ketika mendaki. Di basecamp ini selain di data, Anda juga akan dimintai dana restribusi yang jumlahnya tidak terlalu mahal, yakni Rp 10.000, yang digunakan untuk perawatan fasilitas yang ada di Gunung Lawu.
Jalur Pendakian dan Fasilitas di Jalur Pendakian Gunung Lawu
Karena termasuk ke dalam daftar gunung tertinggi di Pulau Jawa, dan juga merupakan gunung berapi yang sudah tidak aktif, Gunung Lawu menjadi salah satu favorit bagi para pendaki untuk dapat menaklukannya. Gunung Lawu sendiri diketahui memiliki ketinggian 3.265 mdpl. Untuk dapat mencapai puncak gunung Lawu, Anda dapat menggunakan dua jalur utama, yakni jalur Cemorokandang yang berada di kawasan Tawangmangu, Jawa Tengah dan Cemorosewu yang bearada di wilayah Sarangan, Jawa Timur. Sebenarnya kedua jalur ini hanya berjarak kurang lebih 200 meter. Namun, pemilihan jalur pendakian akan sangat berpengaruh terhadap medan dan pemandangan yang akan Anda temui.
Jika Anda mendaki melalui Cemorosewu, Anda akan melewati dua sumber mata air, yakni sendang (kolam) Panguripan yang terletak di dekat pos 1 dan sendang Drajat yang berada di antara pos 4 dan pos 5. Sedangkan, pendakian melalui Cemorokandang akan melewati 5 pos juga, namun medannya berbeda dengan Cemorosewu. Jalur Cemorosewu lebih terjal dibandingkan jalur Cemorokandang, namun melewati Cemorosewu akan lebih cepat sampai ke puncak gunung.
Di basecamp Cemorosewu, Anda akan disambut dengan batu bertuliskan Cemorosewu. Basecamp Cemorosewu berukuran lebih kecil, namun area parkirnya cukup luas sehingga dapat menampung banyak kendaraan pengunjung. Fasilitas yang ada di basecamp ini terbilang cukup lengkap, fasilitas yang ada di sini, diantaranya: mushola, kamar mandi, serta warung yang menjajakan makanan, minuman dan cenderamata. Dari area basecamp ini, keindahan Gunung Lawu sudah terlihat, udara segar pun lebih kental terasa di area basecamp ini.
Melalui basecamp ini, Anda akan menuju pos 1 dengan medan yang tidak terlalu menanjak. Perjalanan menuju pos 1 ini, lama perjalanan dari basecamp menuju pos 1 adalah sekitar 1,5 jam. Dalam perjalanan menuju pos 1 ini pemandangan yang dapat Anda nikmati adalah belantara cemara dengan udara yang amat sejuk. Sekitar 30 menit sebelum mencapai tempat bertuliskan pos 1, Anda akan melewati mata air sendang panguripan. Di mata air ini, Anda dapat merasakan dinginnya air pegunungan. Setelah itu, Anda akan sampai di pos 1. Di pos 1 ini Anda dapat beristirahat di sebuah warung yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman ringan.
Berlanjut menuju pos 2, medan yang akan Anda lalui akan lebih terjal dibandingkan medan menuju pos 1. Perjalanan yang ditempuh pun lebih lama dibandingkan dengan lama perjalanan menuju pos 1. Perjalanan menuju pos 2 ini diperkirakan memakan waktu sekitar 2-3 jam. Di perjalanan menuju pos 2 ini, Anda akan melihat suksesi hutan sisa peristiwa kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 2015. Selain menjadi pemandangan yang cukup unik, pemandangan ini cukup mengiris hati bagi yang melewatinya. Karena di lokasi inilah beberapa pendaki diketahui meninggal dunia karena terjebak api. Dua orang korban yang ditemukan meninggal di lokasi ini adalah pasangan muda mudi yang tengah melakukan pendakian bersama menuju puncak Lawu.
Setelah melalui pos 2, perjalanan berlanjut ke pos 3. Medan menuju pos 3 ini masih sama dengan perjalanan menuju pos 2. Jalan menanjak disertai dengan bebatuan, pohon-pohonan rimbun dan udara yang segar, masih mendominasi perjalanan menuju pos 3 ini. Namun, untuk dapat mencapai pos 3 ini, waktu yang diperlukan tidak terlalu lama seperti menuju pos 2. Waktu yang diperlukan untuk mencapai pos 3 ini kurang lebih memakan waktu 2 jam. Dari pos 3, perjalanan Anda masih berlanjut ke pos 4. Perjalanan menuju pos 4 ini lebih terjal dibanding perjalanan menuju pos 3. Jalannya pun mulai berliku-liku. Waktu yang diperlukan menuju pos 4 ini, memakan waktu kurang lebih 2 jam.
Perjalanan terakhir untuk mencapai puncak gunung Lawu adalah menuju pos 5. Perjalanan dari pos 4 menuju pos 5 tidak memakan waktu terlalu lama, yakni kurang lebih akan memakan waktu 30 menit. Di pos 5 ini, Anda dapat mendirikan tenda untuk beristirahat dan menyimpan tenaga menuju puncak gunung Lawu yang tentu sangat dinantikan. Selain mendirikan tenda, di pos 5 ini terdapat beberapa warung yang dapat dijadikan tempat beristirahat sekaligus membeli makanan dan minuman, seperti mie rebus dan air teh hangat, yang tentu saja akan menghangatkan tubuh Anda karena udara dingin khas pegunungan sudah mulai terasa.
Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan menuju puncak gunung Lawu. Pada perjalanan menuju puncak gunung Lawu, Anda akan melewati mata air sendang Drajat. Di Sendang Drajat ini pula, Anda akan menemukan sebuah tempat pemujaan yang masih digunakan hingga kini, tepatnya ketika upacara ritual dilaksanakan. Dari sendang Drajat ini, puncak gunung Lawu hanya berjarak sekitar 200 meter saja. Sehingga perjalanan menuju puncak gunung tidak terlalu melelahkan. Sesampainya di puncak gunung, seluruh kelelahan selama perjalanan, akan terbayarkan. Karena hamparan langit bersama dengan hamparan pepohonan hijau akan menyambut Anda ketika Anda berhasil menginjakan kaki di puncak gunung Lawu.
Sedangkan, untuk jalur pendakian melalui Cemarakandang, medan yang dilalui lebih landai dibandingkan medan Cemarasewu. Namun, waktu yang akan ditempuh untuk sampai ke puncanknya akan lebih memakan waktu yang lama. Jalur ini lebih sering digunakan para peziarah dibandingkan para pendaki. Dari basecamp Cemarakandang menuju pos 1 akan memakan waktu sekitar 2-3jam. Di pos 1 ini, Anda akan menemukan bangunan yang biasa digunakan sebagai tempat beristirahat para peziarah yang banyak berkunjung pada hari menjelang malam 1 suro.
Selanjutnya, perjalanan berlanjut menuju pos 2. Medan yang dilalui menuju pos 2 akan cukup landai jika dibandingkan dengan menuju pos 1. Waktu yang diperlukan menuju pos 2 ini adalah kurang lebih 2 jam. Di pos 2 ini, Anda akan menemukan beberapa pedagang yang menjajakan berbagai jenis makanan dan minuman ringan. Kemudian, dari pos 2 menuju pos 3, Anda akan melewati sumber air dan sungai. Pada perjalanan menuju pos 3 ini pula Anda akan melalui tebing batu yang sempit di lereng Cokro Suryo. Anda perlu berhati-hati untuk menyusuri jalan ini, karena jalur ini berupa tebing yang sangat rentan mengalami longsor.
Setelah melewati pos 3, perjalanan dilanjutkan menuju pos 4, dengan medan yang tidak berbeda jauh dengan medan perjalanan yang ditempuh sebelumnya. Di perjalanan menuju pos 4, Anda akan melalui sumber mata air sendang Panguripan, yang dikeramatkan oleh masyarakat yang mempercayainya. Selanjutnya, perjalanan menuju pos 5 akan memakan waktu kurang lebih 3 jam, medan menuju pos 5 ini tidak se ekstrem medan sebelumnya, namun jalannya cukup berliku dan Anda beberapa kali akan menemukan jalan menanjak. Perjalanan selanjutnya menuju puncak Lawu, tidak terlalu memakan banyak waktu karena jaraknya yang cukup dekat. Mendekati puncak gunung, Anda dapat langsung menuju ketiga puncak gunung Lawu, yakni Hargo Dumilah, Hargo Puruso maupun puncak Hargo Tulling. Ketiga puncak ini akan menghantarkan Anda pada pemandangan alam yang luar biasa indah.
Sejarah dan Mitos Gunung Lawu
Keberadaan gunung Lawu selain menjadi incaran pendaki, merupakan gunung yang dikenal memiliki kekuatan magis. Masyarakat sekitar beranggapan bahwa gunung ini memiliki hubungan yang kuat dengan kerajaan Majapahit, terutama Prabu Brawijaya V yang konon dimakamkan di area gunung Lawu. Sehingga, apabila Anda hendak mendaki gunung yang termasuk dalam Seven Summits of Java (tujuh puncak pulau Jawa) ini, Anda akan menemukan banyak orang yang naik ke gunung, namun tidak berpenampilan seperti pendaki gunung.
Mitos yang berkembang di Gunung Lawu bukan hanya dipercaya oleh sekelompok orang saja, karena jika menjelang malam 1 suro ratusan bahkan ribuan orang akan memadati lokasi gunung Lawu untuk berziarah dan melakukan ritual tertentu. Selain menggunakan jalur Cemarasewu dan Cemarakandang, untuk menapaki gunung Lawu, diketahui bahwa terdapat satu jalur lagi yang biasa digunakan para peziarah untuk naik ke gunung Lawu, mereka menyebut ini sebagai jalur tengah. Berbeda dengan kedua jalur lainnya, yang umum digunakan para pendaki dan beberapa peziarah, jalur tengah dapat dipastikan menjadi jalur bagi peziarah yang memiliki tujuan tertentu. Jalur ini tidak banyak diketahui, karena memang diperuntukan khusus bagi para peziarah.
Sebenarnya belum ada penelitian ilmiah yang mampu menjelaskan secara detail keterkaitan antara Gunung Lawu, kerajaan Majapahit dan ritual yang kerap dilakukan oleh masyarakat hingga saat ini. Namun, mitos yang berkembang di masyarakat diketahui berkaitan dengan masa akhir kerajaan Majapahit pada masa Prabu Bhrawijaya. Prabu Brahwijaya diketahui memiliki dua orang istri, yakni Dara Petak Putri dari daratan Tiongkok dan Dara Jingga. Dari Dara Petak lahir putra Raden Fatah, dari Dara Jingga lahir putra Pangeran Katong.
Setelah dewasa, Raden Fatah beragama islam, berbeda dengan ayahnya yang beragama Budha. Setelah Majapahit mengalami kemunduran, Raden Fatah mendirikan kerajaan islam, yakni kerajaan Demak. Menyadari hal tersebut, sang Prabu pun akhirnya memutuskan untuk bersemedi ke gunung Lawu untuk mendapatkan petunjuk. Dalam semedinya tersebut, Ia mendapatkan pesan tersirat bahwa kerajaan Majapahit memang sudah akan memudar dan kejayaan akan berpindah ke kerajaan Demak.
Setelah mendapat pesan tersirat ini, sang Prabu pun naik ke puncak Harga Dalem, Gunung Lawu. Sebelum naik ke puncak Gunung Lawu, sang Prabu bertemu dengan dua orang kepala dusun pada waktu itu, yakni Dipa Menggala dan Wangsa Menggala. Sebagai abdi dalem yang melihat kegelisahan tuannya, kedua orang ini turut serta mendampingi sang Prabu ke puncak Lawu. Sesampainya di puncak Lawu, sang Prabu berujar, bahwa era kemunduran sudah di depan mata dan Ia pun akan pergi dari dunia. Kemudian, Ia melanjutkan pernyataan yang menyatakan bahwa Ia mengangkat Dipa Menggala menjadi penguasa gunung Lawu yang manguasai seluruh makhluk gaib yang ada di wilayah barat hingga wilayah gunung Merapi, Merbabu, wilayah timur gunung Wilis, ke selatan hingga Pantai selatan, hingga ke utara hingga pantai utara. Dengan titah demikian, Dipa Menggala mendapat gelar Sunan Gunung Lawu. Sedangkan Wangsa Menggala, diangkat menjadi patih Sunan Gunung Lawu, yang bergelar Kyai Jalak.
Setelah peristiwa tersebut, keberadaan sang Prabu tidak diketahui. Sang Prabu dipercaya melebur dengan alam di puncak Harga Dalem. Sedangkan kedua orang yang baru saja mendapatkan mandat dari sang Prabu, melanjutkan perjalanan menuju puncak Harga Dumiling. Sama seperti keberadaan Sang Prabu, keberadaan Sunan Gunung Lawu dan Kyai Jalak pun tidak diketahui. Namun, masyarakat mempercayai bahwa keduanya melaksanakan perintah yang diberikan pada mereka, dalam bentuk kekuatan gaib. Salah satu peristiwa yang dipercaya masyarakat sebagai bentuk pelaksanaan perintah prabu adalah munculnya burung jalak yang menunjukkan jalan pada pendaki yang tersesat. Masyarakat mempercayai bahwa burung jalak yang kerap muncul di gunung Lawu adalah perwujudan Kyai Jalak yang menjaga gunung lawu dan membantu pendaki yang diseganinya.
Berdasarkan peristiwa tersebutlah yang kemudian dipercaya sebagai awal mula ritual yang dilaksanakan masyarakat. Terdapat beberapa tempat dan benda yang ada di Gunung Lawu ini yang dikeramatkan oleh masyarakat, karena tempat dan benda tersebut diyakini memiliki kekuatan dan keberkahan. Tempat-tempat yang diyakini memiliki kekuatan misterius adalah Harga Dalem yang diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling yang diyakini sebagai tempat pamoksan Sunan Gunung Lawu dan Kyai Jalak, Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani.
Suasana misterius yang ada di Gunung Lawu semakin bertambah mencekam, ketika diketahui banyak pendaki yang hilang dalam perjalanan mendaki gunung ini. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Selain itu, ada pula peristiwa yang menambah nuansa misterius gunung Lawu, yakni adanya peristiwa kebakaran hutan yang merenggut nyawa pendaki. Sebenarnya kebakaran hutan ini sendiri terjadi karena kesalahan para pendaki yang tidak memadamkan api unggun yang telah digunakannya. Sehingga api menjalar ke rerumputan kering hingga ke dahan pohon. Peristiwa ini cukup memberikan pelajaran bagi pendaki lain.
Wisata di Sekitar Gunung Lawu
Selain berwisata ke gunung Kawu, di lereng gunung Kawu terdapat sejumlah tempat yang menjadi favorit tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu yang terkenal dengan wisata air terjunnya, selain itu terdapat pula dua komplek percandian peninggalan kerajaan Majapahit, yakni Candi Sukuh dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran, Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Obyek wisata lainnya yang tersebar di lereng Gunung Lawu adalah Kawah Telaga Kuning, Kawah Telaga Lembung Selayur, Air Terjun Pundak Kiwo, Air Terjun Watu Ondo, Air Terjun Grojogan Sewu, Air Terjun Parang Ijo dan masih banyak lagi.
Tips Mendaki Gunung Lawu
- Carilah informasi selengkap mungkin mengenai Gunung Lawu. Pelajarilah setiap informasiyang diperoleh dengan seksama.
- Lakukanlah pemanasan, bagi Anda yang masih awam dengan kegiatan mendaki gunung. Karena mendaki gunung memerlukan kondisi fisik prima.
- Gunakanlah pakaian yang nyaman dan aman untuk melakukan pendakian.
- Bawalah perlengkapan yang Anda perlukan secukupnya saja.
- Pilihlah jalur yang umum digunakan oleh pendaki.
- Upayakan untuk mendaki dengan sekelompok orang dan didampingi oleh orang yang sudah biasa mendaki.
- Patuhilah seluruh peringatan yang ada di Gunung ini, karena sudah bukan rahasia umum lagijika banyak pendaki yang tak kembali setelah mendaki karena tersesat atau mengabaikan peringatan.
- Jagalah tutur, sikap dan perbuatan Anda selama mendaki. Upayakan tidak merusak fasilitas yang ada di gunung.
Leave a Reply