Daftar Isi
Liburan ke Pantai Ngrenehan, Candi Ijo dan Embung Ngelanggeran Bersama Annisa Karima
Dzargon – Berikut ini adalah Repost dari Jalan-Jalan yang dilakukan oleh Hijaber cantik dan Manis Annisa Karima ketika Sedang jalan-jalan di Kata Pelajar Yogyakarta. Artikel asli dapat dilihat di anskarima.blogspot.com.
Baca Juga : Pantai Indrayanti
1. Hari Pertama – Pantai Ngrenehan (Gunung Kidul)
Perjalanan kali ini adalah perjalanan yang cukup panjang dan telah direncanakan jauh hari sebelumnya, paling tidak sudah berbulan-bulan. Waktu yang dipilih terbilang cukup berani karena dilakukan di High Season yakni pada tanggal 27 Desember dimana orang-orang tentu saja akan melakukan liburan ke tempat-tempat wisata, apalagi Yogyakarta yang terkenal memiliki banyak tempat wisata.
Rencana kali ini adalah mengunjungi pantai indah Jogja, paling 3 sampai empat pantai indah Yogyakarta namun apa daya kenyataannya kami hanya mampu menelusuri indahnya 2 pantai Jogja saja. Namun dua pantai indah di Gunung Kidul ini sudah cukup indah menemani akhir tahun kami.
Tujuan pertama kali ini akhirnya ditentukan ke Pantai Ngrenehan, Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. For our Information, Gunung Kidul juha sering disebut oleh warga Jogja sebagai “Jogja Bagian Atas”, entah apa alasannya mungkin karena jalan ke Kabupaten yang satu ini menanjak terus.
Pantai Ngrenehan bukanlah sebuah pantai yang memiliki garis pantai yang panjang dan juga bukan pantai yang ramai dengan pengunjung yang datang. Mungkin karena popularitas pantai ini belum begitu terkenal, hasilnya kami bisa berfoto ria di pantai ini dan serasa pantai pribadi.
Karakteristik ombak di pantai lebih tenang jadi realtif aman untuk mereka yang ingin berenang atau sekedar bermain air di pantai ini. Di sekitar pantai juga terdapat jasa penyewaan banana Boat atau penyewaaan kapal untuk sekedar keliling laut. Biayanya cukup murah yakni 20.000 setiap orang.
Di sekitar pantai juga terdapat beberapa warung yang menyediakan cindera mata khas Jogjakarta serat makan fresh form the sea yang belum dimasak, jadi para pengunjung bisa memilih sendiri lauk apa yang akan dicicipi. Tentu saja semuanya adalah hasil tangkapan nelayan setempat yang masih segar, seperti udang dan ikan, namun bagi anda yang sudah lapar gak ketulungan disini juga sudah disediakan ikan yang sudah mateng alias sisa diembat saja.
Tidak jauh dari pantai Ngrenehan ada pantai Ngobaran. Pada dasarnya daerah pesisir selatan dari Gunung Kidul memiliki banyak sekali pantai yang indah dan eksotis untuk dikunjungi. Seperti pantai Indrayanti yang terkenal dan juga Pantai Baron, namun karena ke dua pantai tersebut sudah sangat ramai, maka kami dan teman-teman memutuskan untuk ke tempat yang masih sunyi dan belum terlalu terkenal.
Meskipun berdekatan, karakter pantai Ngobaran dan Pantai Ngrenehan sangat berbeda. Ombak di pantai Ngobaran lebih besar jadi tidak disarankan untuk melakukan aktifitas air di sekitar pantai ini. Pantai ini juga dikelilingi oleh tebing karang yang sangat tinggi.
Nah setelah berjalan-jalan di kedua pantai tersebut kami memutuskan untuk pulang, berhubung hari sudah malam dan kami akan menginap di rumah saudara di Kabupaten Sleman yang berjarak sekitar 70 km dari Gunung Kidul. Nah setelah itu langsung balik karena sudah mengantuk dan menyisihkan sedikit tenaga lagi untuk perjalanan hari esok.
2. Hari Kedua -Tebing Breksit, Candi Ijo
NaAh sekarang kita tiba di hari ke Dua di Kota Gudeg, hari ke dua tentu saja rencana sudah berbeda. Pada hari ke dua rencana kami akan mengelilingi kota Jogja dengan Sepeda motor. Orang-orang Jogja menyebut motor dengan sebutan Honda. Tentu saja pertimbangan adalah karena mengendarai motor jauh lebih efektif dan cepat kalau ingin kemana-mana, jadinya hari ke dua diputuskan untuk keliling menggunakan motor.
Setelah Sholat Subuh dan sarapan tentu saja kami langsung ingin cabut, namun karena hujan mengguyur kota Jogja hasilnya kami tidak bisa pergi di pagi hari. Hasilnya waktu digunakan hanya untuk menunggu hujan reda sambil curhat colongan.
Jam Sudah menunjukkan pukul 11 siang, barulah hujan mulai bersahabat. Tujuan pertama kami putuskan untuk ke Tebing Breksit karena lokasinya tidak jauh dari rumah saudara yang kami singgahi untuk menginap. Jaraknya tidak sampai 30 menit dan dengan bermodal GPS dan tanya kiri kanan ke penduduk. Karena ramahnya penduduk Jogja, kami berhasil menemukan Tebing Breksit sebelum Dzuhur.
Untuk masuk ke Tebing Breksit, pengunjung harus bayar parkir motor 2.000 dan biaya masuk yang belum dipungut HTM hasilnya pembayaran seihlasnya. Bagi yang lapar, kami sudah mencoba beberapa makanan di warung sekitar Tebing, cukup murah, harga dipatok dari 1.000 sampai 10.000. Wajar saja jika kota ini disebut kota Pelajar, karena harga makannya sangat sesuai dengan kanton mahasiswa.
Setelah dari Tebing Breksit, kami lalu bergerak ke arah Candi Ijo yang juga masih satu kawasan dengan Tebing Breksit. Candi ini hanya sekitar 10 menit di atas candi Ijo dengan mengenedarai motor. Lagi dan lagi, biaya wisata di Jogja memang murah, kami hanya perlu membayar parkir motor sebesar 2.000 rupiah dan HTM 5.000 . orang untuk dapat menikmati warisan budaya Nenek Moyang yang masih berdiri hingga hari ini.
Oh iya, nama Candi Ijo dimabil bukan karena warna batu candinya Hijau. Batunya sama seperti dengan batu di candi besar yang hitam belang-belang. Nama Ijo diambil dari Bukit dimana candi ini ditemukan yakni Perbukitan Ijo, Dusun Groyokan, Kelurahan Sambrejo, Pecamatan Prambanan, Slaman, Yogyakarta.
Pada saat pukul 3 sore, kami langsung cabut dan menuju satu lagi lokasi wisata Jogja, yakni Embung Nglanggeran yang ada di daerah Gunung Kidul agar waktunya tidak terbuang sia-siang. Jalanan yang agak menanjak tentu saja akan membutuhkan waktu yang lumayan lama. Jalan berliku-liku dan beberapa pesimis karena hampir tidak nyampe namun rasa lelah langsung lunas ketika menikmati indahnya embung Ngelanggeran.
Sampai akhirnya Magribnya, kami bergeser kemabli ke daerah Kota, Tepatnya di jalan Malioboro. Tujuannya tidka lain adalah untuk mencicipi kopi legendaris, Kopi Jos. Perjalanan turun dari Embung Ngealnggeran tentu saja sebaliknya, lumayan ngeri dan curam, saat turun malam sudah gelap, rumah penduduk yang masih jaran dan sepi. Di Sepanjang jalan hanya ada satu dua motor yang lalu lalang, beda banget dengan jalanan di Jakarta yang meski sudah jam 2 malam, masih tetap saja hiruk pikuk ramai. Dan akhirnya perjalanan hari ini ditutup dengan wedang jahe susu dan jajanan Khas Angkringan
Leave a Reply