Dzargon – Belakangan lagi sedang asik dibahas mengenai Beauty Privilege yang mungkin kamu sudah pernah denganr sebelumnya hanya dalam bentuk candaan. Candaanya mungkin seperti ini “Kalau kamu gak pintar, minim prestasi tapi kalau kamu cantik, maka kesalahanmu bisa dimaafkan“. Ini adalah candaan antitesis dari “kalau kamu jelek tapi kaya, maka tampangmu bisa dimaafkan“.
Beauty Privilege berasal dari dua kata yakni Beauty yang berarti wajah yang cantik. Privilege sendiri adalah hak istimewa. Jadi mungkin arti dari Beauty Privilege adalah
Hak istimewa yang dimiliki oleh cewek-cewek yang wajahnya cantik dari lahir. Hak istimewa ini bisa dalam bentuk kemudahan dalam berbagai urusan, terutama di era sosial media ini yang erat hubungannya dengan karir dan profesi.
Beauty ini sebenarnya adalah kata feminim yang merujuk pada wanita tapi Beauty Privilege ini tidak hanya merujuk pada wanita saja tapi juga kaum pria yang tampan dan rupawan. Hanya saja Pria Tampan itu hanya menarik bagi sedikit wanita tapi wanita cantik itu menarik bagi banyak pria dan juga wanita lain. Hal ini membuat Beauty Privilege lebih erat dihubungkan dengan kecantikan wanita.
Wah emang beneran ada Beauty Privilege? Bukannya itu cuman ada di dunia dongeng atau sinetron?
Wah Beauty Privilege itu bukan mitos loh, Kamu mungkin salah satu jadi pendukung Beauty Privilege ini tetap eksis tanpa sadar. Misalnya saja nih saat kamu di kelas nah ada dua cewek yang ingin diantar pulang sama kamu yang satunya canitk yang satunya biasa-biasa saja cenderung jelek. Dalam kasus ini kemungkinan besar kamu bakalan mengatar cewek yang cantik dibandingkan dengan cewek yang jelek.
Tapi itu cuman contoh sederhana loh.
Nilai yang kamu terapkan di dalam kasus sederhana tadi ini diakumulasi dalam tataran kehidupan sosial dan membuat banyak dampak yang sangat mudah diamatai di era sosial media.
Anya Geraldine dan Aura Kasih
Misalnya saja kamu pasti sudah punya banyak catatan mengenai selebgram dan influencer yang karya-nya gak seberapa malah nyaris gak ada tapi followernya banyak. Nah kalau kamu daftar nama-nama yang masuk kategori tersebut yakin deh mereka semua punya kecantikan wajah dan keindahan tubuh yang sering diumbar.
Tapi sadar ada tidak sebenarnya Beauty Privilege ini juga bisa membuat bias pada kesan kamu terhadap seseorang loh. Misalnya saja, mungkin saja ada beberapa pembaca artikel ini yang tidak sadar mengatakan bahwa Anya Geraldine sebagai salah satu wanita yang memanfaatkan Beauty Privilege-nya. Karena kamu lebih tahu Anya dari postingan foto-foto-nya di sosial media tapi tidak tahu karyanya apa.
Padahal nih yah, Anya Geraldine itu pernah main dalam beberapa film Seperti Yo Wes Ben, Tusuk Jelangkung 2, Rembulan Tenggelam Diwajahmu, Sabar ini Ujian dan masih banyak lagi. Memang sih film-film yang ia buat tidak sekelas dengan Bunga Citra Lestari atau Aura Kasih tapi at least dia punya karya loh.
Kamu-nya saja yang mungkin hanya follow akun instgaramnya dan melirik Anya setiap foto-foto pemersatu bangsa-nya saja.
Padahal Aura Kasih juga cantik kan? Tapi kok kamu bisa lebih tahu karyanya dibandingkan karya Anya geraldine?
Apakah karena Aura Kasih memang lebih memporsir karyanya dibandingkan Beauty Privilege atau kamunya memang yang suka dengan film-film Aura Kasih. itu dua hal yang harus dicari tahu terlebih dahulu secara mendalam sebelum memberikan Justifikasi bahwa Anya Geraldine lebih menjual kecantikan dan keindahan tubuh dibandingkan Aura Kasih.
Daftar Isi
The Real Privilege
Mari kita bahas sesuatu yang nilainya lebih tipis antara memang berbakat atau memanfaatkan Beauty Privilege. Untuk saya ingin mengambil contoh misalnya saja Maria Vania.
Nah kita munkin sama-sama sepakat jika Maria Vania adalah salah satu wanita yang sangat beruntung memiliki Beauty Privilege yang sanga jarang dimiliki kebanyakan wanita. Tapi tidak hanya Beauty Privilege saja kok, Mojang bandung memang sering terlihat menjadi instruktur senam dan sudah malang melingtang di berbagai Gym sebagai Fitness Influencer.
Yah sampai batas ini kita sama-sama sepakah jika Maria Vania adalah wanita yang bekerja keras untuk menempati posisinya saat ini.
Tapi mari kita sedikit mengubah sudut pandang sedikit saja. Misalnya saja Fitness Instruktur.
Fitness instruktur itu tidak sembarangan loh karena didalamnya ada ilmu kinestetik, psikomotorik dan ilmu gizi. Semuanay diperhitunagn dengan baik dan bahkan perguruan tinggi sengaja membuat program studi untuk bidang kehalian masing-masing. Intinya ada ilmunya dan ilmunya tidak gampang loh.
Nah sekarang kalau Maria Vania terjun di bidang senam, apakah doi memang paham ilmunya atau pernah kuliah di jurusan tersebut? Atau apakah memang tidak ada orang yang lebih layak di follow para penggemar Fitness dan Gym baik dari segi kelimuwan dan praktisi?
Kok harus Maria Vania sih? Misalnya saja kenapa tidak Follow Aderai atau yang laiinya?
Kenapa sih Instagram Maria Vania di Follow 3,6 juta orang? apakah mereka memang ingin belajar senam, fitness, body bulding atau cardio kegek?
Kita pasti sama-sama sudah punya dugaan jawaban mengenai hal ini. Tapi yang pasti Beauty Privilege itu real bekerja pada Maria Vania. Ditambah doi memang pekerja keras jadi Combonya mantap-lah. Jadi bisalah Maria Vania di ajak yang mantap-mantap.
Nah ini juga sebenarnya sudah banyak didasadari ooleh banyak wanita, bahwa mereka punya hal yang tidak dimiliki pria dalam hal menarik perhatian. Perhatian dalam hal ini bisa saja bernilai komersial seperti follower dan fans.
Yah jadi jangan heran jika ada banyak orang di Tik Tok yang bisa mengeluarkan kata-kata indah meskipun kita tidak kenal, atau joget-joget yang kearah provokatif vulgar hanya untuk mendulang rupiah.
Alasannya?
Karena mereka pikir diri mereka cantik dan pantas saja joget-joget segitu bahenolnya demi cuan.
Sama-sama jual diri tapi yang ini tidak tukaran lendir, cukup bentuk fisik saja yang diobral.
Dampak Beauty Privilege Bagi orang Lain
Standar kecantikan bagi setiap orang itu beda-beda sehingga sangat sulit menentukan seorang memang benar-benar cantik. Misalnya saja ada orang yang cantik ketiak hidungnya mancung seperti orang arab, kulit putih mulus seperti orang korea, alisnya tebal seperti orang kebanyakan orang Indonesia dan atau malah Curve seperti wanita-wanita Latino di Amerika Selatan.
Standar Kecantikan ini menjadi nilai yang lebih universal lagi setelah sosial media bisa menghubungkan kita di seluruh dunia sampai akhirnya muncul sebuah istilah Instagram Photogenic.
Instagram Photogenic foto genik sangat identik dengan Beauty Privilege tapi hanya berlaku di dunia maya. Hal ini muncul dari Algoritma Instagram yang menunjukkan jenis wajah yang paling banyak disukai dan dikomentari positif di feed instagram.
Jenis wajah tersebut selanjutnya menjadi sebuah standar kecantikan yang dianggap nilainya universal. Al hasil ada banyak wanita yang berupaya memiliki kecantikan dengan standar tersebut. Semakin dekat dengan standar Instagram Photogenic maka semakin dianggap memiliki Beauty Privilege.
Jika sudah demikian, maka kamu cukup sering-sering selfie dan joget-joget di Instagram agar follower kamu bertambah. Setelah itu maka Endrosan, popularitas dan cuan akan mengalir. Sekalipun kamu tidak tahu apa-apa selain Joget dan jago selfie menggoda di Instagram.
Andrew Pearson misalnya, seorang Hipnoterapis dari National College of Hypnosis & Psychotherapy menemukan bahwa beberapa puluh tahun belakangan ini, dunia terutama media massa seperti televisi, majalah, advertising dan media sosial telah mengucilkan sekelompok orang tertentu berdasarkan stereotipe mereka seperti kasta yang rendah, warna kulit gelap, lingkar pingang lebar, wajah tidak simetris, kelainan pada kulit dan segala bentuk ketidak indahan dengan nilai-nilai kecantika universal.
Padahal setiap orang lahir tidak sama dan bagi mereka yang tidak memiliki hal-hal yang dianggap cantik dan diterima akan mendapatkan diskriminasi. Hanya karena kencatikan yang distandarisasi.
Lebih jauh lagi, Pearson mengusukan agar Beauty Privilege ini dihapuskan. Hanya saja nilai-nilai sosial yang sama-sama kita anggap tidak benar ini justru kita terima dan membuat waniat-wanita dengan kecantikan lahiriah semakin menonjol.
Leave a Reply