3. Pengaruh Darwinisme Sosial
George Wilhelm Friedrich Hegel (27 Agustus 1770-14 November 1831) adalah seorang filsuf idealis Jerman yang lahir di Stuttgart, Württemberg. Pengaruhnya sangat luas terhadap para penulis dari berbagai posisi, termasuk para pengagumnya (F. H. Bradley, Sartre, Hans Küng, Bruno Bauer, Max Stirner, Karl Marx) dan mereka yang menentangnya (Kierkegaard, Schopenhauer, Nietzsche, Heidegger, Schelling). Dapat dikatakan bahwa dialah yang pertama kali memperkenalkan dalam filsafat, gagasan bahwa Sejarah dan hal yang konkret adalah penting untuk bisa keluar dari lingkaran philosophia perennis, yakni, masalah-masalah abadi dalam filsafat. Ia juga menekankan pentingnya Yang Lain dalam proses pencapaian kesadaran diri (filsafat dialektika tuan-hamba).
Pemikiran utama Hegel adalah Negara merupakan penjelmaan “Roh Absolut” (Great Spirit atau Absolute Idea). Negara bersifat absolute melampaui hak individu, berbeda dengan J.J Roaseau dan John Locke, Hegel berpendapat Negara bukan sebagai alat kekuasaan melainkan tujuan itu sendiri. Karena itu dalam pribadi Hegel bukan Negara yang harus mengabdi terhadap Rakyat namun sebaliknya lah yang seharusnya demi kebaikan Negara dan rakyat itu sendiri.
Dari pemikiran Hegel inilah mulai muncul Ludwig Feurbach (1804-1872), Karl Marx (1818-1883) dan Soren Kierkegand (1813-1855), meskipun terdapat perbedaan namun semuanya masih searah dengan Hegel dan memiliki keyakinan hanya Fenomena alamlah yang berada. Fenomena selalu dapat dilihat dan dirasa, manusia adalah makhluk alamiah yang didorong nafsu alamiah. Yang terpenting dari manusia bukan akalnya tapi usaha, sebab pengetahuan adalah alat untuk keberhasilan usaha. Kebahagiaan manusia dapat dicapai di Dunia ini, oleh karena itu agama dan metafisika harus ditolak.
Meskipun ide Hegel yang dikenal Idealisme dan ide Ludwig Feurbach, Karl Marx dan Soren Kirkegand yang dikenal Sosialisme dan Materialisme berbeda prinsipnya namun pada dasarnya prinsip Negara dan kebahagiaan serta metafisika memiliki aliran yang sama. Ide mereka ini dirubah menjadi karya nyata yang sangat dikagumi pada masanya oleh Charles Robert Darwin (12 Februari 1809-19 April 1882).[8] Darwin adalah seorang naturalis Inggris yang teori revolusionernya meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama (common descent) dengan mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya. Teori ini kini dianggap sebagai komponen integral dari biologi (ilmu hayat).
Ia mengembangkan minatnya dalam sejarah alam ketika ia mula-mula belajar ilmu kedokteran, dan kemudian teologi, di universitas. Perjalanan lautnya ke seluruh dunia selama lima tahun di atas kapal HMS Beagle tulisan-tulisannya yang berikutnya menjadikannya seorang geologis terkemuka dan penulis yang terkenal. Pengamatan biologisnya membawanya kepada kajian tentang transmutasi spesies dan ia mengembangkan teorinya tentang seleksi alam pada 1838. Karena sadar sepenuhnya bahwa orang-orang lain yang mengemukakan gagasan-gagasan yang dianggap sesat seperti itu mengalami hukuman yang hebat, ia hanya menyampaikan penelitiannya ini kepada teman-teman terdekatnya. Namun ia meneruskan penelitiannya dengan menyadari akan munculnya berbagai keberatan terhadap hasilnya. Namun pada 1858 informasi bahwa Alfred Russel Wallace juga menemukan teori serupa mendorongnya melakukan penerbitan bersama tentang teori Darwin.
Bukunya On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life (biasanya disingkat menjadi The Origin of Species) (1859) merupakan karyanya yang paling terkenal sampai sekarang. Buku ini menjelaskan evolusi melalui garis keturunan yang sama sebagai penjelasan ilmiah yang dominan mengenai keanekaragaman di dalam alam.
Darwin inilah yang mencetuskan Darwinisme Sosial, Darwinisme Sosial ini banyak menginspirasi para pemimpin di Eropa agar tidak ragu mengganggap benar teori Hegel ide-ide Sosialisme dan Materialisme. Bukti mengenai hal ini dapat ditemukan dari catatan harian para pemimpin dalam Perang Dunia Pertama. [9]
Leave a Reply