Dzargon – Jika kamu pernah bertandang ke kampus Bugis khusunya yang jauh di daerah pegunung nan sunyi atau daerah dataran nan luas, mungkin tidak hanya sekedar keindahan yang kamu dapatkan. Ada beberapa kisah mistis yang sifatnya menjadi legenda berdarah di Sulawesi Selatan yang dikenal dengan sebutan Poppo.
Poppo atau Peppo’ adalah legenda hidup yang berada di tanah bugis. Bisa dikatakan Poppo adalah manusia siluman yang kebanyakan perempuan. Fisiknya layaknhya manisia biasa namun bisa terbang dalam keadaan tidak memiliki tubuh.
Kebanyakan orang di daerah Sulawesi Selatan usia 50 sampai dengan 70 pernah mendengar suara Poppo ketika melewati rumah mereka namun hanya sedikit dari mereka yang pernah melihat fisiknya. Bagi mereka yang pernah melihat fisik Poppo, mereka hanya bercerita jika mereka adalah manusia yang bisa terbang namun hanya kepala dan dan badan tanpa isi perut.
Siluman Poppo menjadi salah satu pembahasan populer di Indonesia setelah Novel besitan Dul Abdul Rahma yang berjudul Perempuan Poppo laris dipasaran. Banyak yang berasumsi jika cerita yang dikisahkan Dul Abdul Rahman dalam novelnya adalah pengalaman pribadinya karena unsur cerita yang begitu dekat dengan kehidupan orang-orang di Sulawesi Selatan dan sangat nyata.
Daftar Isi
A. Manusia Poppo
Poppo adalah manusia yang berubah menjadi siluman karena beberapa faktor. Kebanyakan orang-orang di Sulawesi Selatan percaya bahwa sebagian besar Poppo adalah ilmu warisan yang harus diturunkan orang tua ke salah satu anaknya sebelum meninggal dan sisanya adalah perempuan yang tamak akan harta sehingga berburu ilmu pesugihan yang justru membuat mereka berubah menjadi Poppo ataupun Parakang.
Pada seseorang menjadi Poppo mereka harus menuntaskan hawa nafsu ke silumanan mereka yakni meminum darah baik itu hewan maupun manusia. Dalam Novel Dul Abdul Rahman, ia mengisahkan seorang mahasiswi yang berubah menjadi Poppo dan harus mengabdi di tiga kerajaan Poppo sampai semua hajatnya dituntaskan.
Wanita tersebut menjadi Poppo karena warisan sehingga ia diberikan hak oleh tiga kerajaan Poppo di Sulawesi Selatan untuk memakan darah yang tidak berasal dari manusia. Sebagai gantinya, ia harus berburu hewan ternak untuk dihisap darahnya ketika sedang melayani kerajaan Poppo. Namun manusia yang berubah jadi Poppo karena ketamakan akan memilik tabiat yang ganas dan hanya bisa memakan darah manusia untuk menuntaskan nafsu Poppo mereka.
Di Sulawesi Selatan sendiri sangat percaya dengan keberadaan Manusia Poppo dan Parakang yang meskipun jarang terlihat namun sering kali seseorang yang sedang sakit keras dan akan menunggu ajal dalam kesendirian akan menjadi mangsa dari Poppo atau Parakang. Biasanya hal ini diindentifikasi dari seluruh organ dalam perut mayat yang hilang namun tidak ada bekas luka robek.
Orang-orang Bugis dan Makasssar menyebutnya Ni iso parakang yang secara harfiah diartikan sebagai Dihisap parakang. Diispa karena seolah-oleh isi perutnya mereka diisap dari lubang pantat karena bisa hilang meskipun tidak bekas luka. Ciri lain dari mayat yang dihisap Poppo dan parakang adalah bau busuk yang sangat menyengat dari perut mereka ketika dimandikan.
Selain menghisap rektum manusia, Poppo’ juga dikenal sebagai mahluk yang suka dengan buah-buahan. Sehingga konon pada musim-musim buah-buahan dipegunungan bunyi Poppo’ akan terdengar saling sahut-sahutan meskipun tidak intens namun bisa terdengar sepanjang malam.
Kata Poppo sendiri diambil dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan mahluk ini saat terbang di udara. Pok-Pok mungkin bentuk penulisannya yang diambil dari bunyi menyerupai dua tempurung kelapa kering dan kosong yang saling berbenturan di udara.
JIka suara terdengar jauh maka lokasinya dekat namun jika terdengar dekat maka lokasi jauh. Jika suara terdengar lambat maka dia tidak sedang berburu namun jika suara terndengar intens dan cepat maka ia sedang berburu dan konon sasarannya adalah mereka yang mendengar suara tersebut.
B. Jasad Asli Poppo
Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, Poppo akan berburu hanya dengan kepala dan badan tanpa isi perut. Hal ini membuat Popo semakin ringan sehingga ia bisa melompat dari satu pohon ke pohon lain yang sangat jauh. Orang yang melihatnya menganggap terbang.
Isi perut sang Poppo akan ia simpan di atas loteng rumah mereka, karena bentuk rumah khas suku bugis makasar adalah rumah tingkat dengan atap berbentuk segitiga. Bagian dalam ata ini disebut timpa laja yang digunakan untuk menaruh bibit tanaman. Bagi Poppo, isi tubuh mereka akan disimpan di Timpa laja dan jasadnya akan terbang kemana-mana mencari mangsa.
Karena disimpan di Timpa Laja, maka pintu keluar masuk Poppo melalui timpa laja. Sebelum dan setelah memangsa ia akan berdiam diri terlebih dahulu di depan rumah mereka namun agar tidak terlihat maka kebanyakan rumah yang dihuni Poppo akan memiliki pohon besar depan rumah mereka.
Pengalaman KKN di Desa Poppo
Saya sendiri sebagai penulis pernah memiliki pengalaman KKN di Desa yang orang-orang Sulawesi Selatan percaya sebagau pusanya Poppo. Sebegai penjelas, Poppo itu tersebar di Sulawesi Selatan namun ada satu daerah yang diangga sebagai pusat Poppo karena banyak dari warga desa mereka yang memiliki ilmu ini.
Memang selama KKN di sana ada beberapa kejadian berbau mistis yang dialami teman-teman dan saya seperti kemasukan, tersesat, bahkan saya sendiri pernah diikuti oleh daun kepala yang saat naik motor ke dalam desa. Daun Kelapa tersebut mengikuti jalannya motornya padahal tidak ada tali yang terikat dengan daun kelapa sampai akhirnya kamu samapi di sebuah jembatan yang memisahkan desa barulah daun kelapa tersebut tinggal di jalan.
Namun jauh dari kejadian tersebut hal yang sangat menarik dari kami adalah ketika kami memaparkan salah satu program KKN untuk mendata warga desa agar diketahui pelatihan jenis apa yang akan dijadikan program KKN, kepala desa setempat hanya memberi kami arahan jika menemukan rumah dengan posisi timpa laja terbuka atau memiliki lubang yang kira-kira bisa dilewati orang, maka lewati saja rumah tersebut, silahkan data warga yang lain.
Tidak jelas apa tujuan dari Kepala Desa meminta kami melakukan hal tersebut namun setelah melaksanakn kegiatan kami menemukan beberapa rumah dengan kondisi yang dimaksuk Kepala Desa. Uniknya setiap rumah yang Timpa Laja-nya berbulang selalu ada pohon mangga besar di depan rumah mereka tepat di depan Timpa Laja tersebut. Mengenai kebenarannya kami tidak pernah mencari tahu dan tidak berani bertanya karena sebelum berangkat orang tua kami di kampung nun jauh dari desa tersebut sudah mengingatkan untuk tidak mencoba mencari tahu legenda yang sudah beredar luas di kalangan Masyarakat Sulawesi Selatan.
Kisah dari Saksi
Salah satu kisah yang menceritakan jika dirinya pernah mendengar Poppo ada di kolom komentar Kisah Sang Baco, seorang blogger Makassar yang gandrung mengisahkan kisah misteri yang menyelimuti suku bugis dan makassar. Pada artikel yang berkisah mengenai Poppo seorang perempaun Anonymous berusia 17 mengisahkan jika dirinya memiliki pengalam tersebut.
Dia adalah seorang yang pindah dari Jakarta ke Palopo karena tugas dari orang tua mereka. Setelah satu tahun tingal disana ia pernah mendengar suara Pok.. Pok.. Pok… dini hari sebelum azan subuh. Waktu ia sedang haid hari pertama dan dia sedang berada di dalam kamar mandi. Meskipun tidak melihat sosoknya namun pengalaman tersebut cukup membuat ia sendiri ketakutan dan meminta saran cara menghindari dari gangguan atau bahkan Serangan Poppo.
Leave a Reply