KKN di Desa Penari I – Selalu ada Pesan yang disampaikan dari mereka yang tak bisa berkata

Remake kisah Mistis dan Horor – KKN di Desa Penari 

Dzargon – Penghujung Kuartil ke II, tahun 2019 sedang banyak dibahas dan viral yakni : Cerita Horor KKN Desa Penari. Trending #KKNDesaPenari di Twitter ini pertama kali di gaungkan oleh akun Twitter @simpleman yang juga anonimus.

Dalam cerita yang dibagikan oleh akun dengan Avatar pria botak ini, dibuat dalam dua versi yakni Versi Widya dan Versi Nur.

Latar belakang cerita sebenarnya terjadi di kota berinisial B dan hutan dengan Inisial Alas P, namun siapa saja yang membaca cerita ini sepertinya hanya tertuju pada satu kabupaten di bagian timur Jawa, apalagi kalau bukan Kabupaten Banyuwangi dengan hutan Alas Purwo yang konon sisa satu-satunya hutan perawan yang masih ada di Pulau Jawa.

Tulisan berikut merupakan remake dari tulisan KKN Desa Penari dengan mengubah beberapa aspek yakni bahasa Jawa yang penulis anggap terkadang menghilangkan esensi horor bagi mereka yang tidak menggunakan bahasa Jawa karena harus mentranslate terlebih dahulu.

Namun sebagai pertimbangan, beberapa kalimat yang mungkin sederhana dan sudah diketahui secara meluas tetap akan disampaikan dalam dialog Jawa.

KKN Desa Penari (Sudut Pandang Nur) I

Nur, Widya dan Ayu

Nur segera merapikan tempat tidurnya, sebagai seorang mahasiswi berstatus anak rantau, tentu saja mendapatkan gelar sarjana adalah sebuah impian yang dibawa dari kampungnya.

Menempuh pendidikan di salah satu kampus negeri di Jawa Timur, kini Nur sudah beranjak pada semester akhir, dimana sisa tugas akhir dari tridarma perguruan tinggi yang harus diselesaikan, yakni pengabdian kepada masyarakat.

Sebagai seorang mahasiswa tentu saja tugas pengabdian pada masyarakat akan dilakukan dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata atau KKN. Masa KKN menjadi salah satu masa paling indah dalam kehidupan mahasiswa karena mereka akan jauh lebih dekat dengan nasib yang sama di desa pengabdian.

Malam itu, Nur terlihat berbicara dengan Ayu mengenai rencana desa KKN yang cocok untuk program-program kerja mereka. Namun sebelum turun ke lapangan tentu saja Nur dan kawan-kawan harus memastikan desa tersebut sudah sesuai dengan Program kerja mereka nantinya selama menjalani masa KKN.

Malam sebelum keberangkatan Nur dan Ayu melakukan observasi lapangan, Ayu teringat kepada Widya yang tidak lain adalah teman sahabatnya.

Widya tidak lain adalah sahabat Nur yang sudah berjanji menyelesaikan studi pendidikan sarjana mereka sama-sama, termasuk agar bisa KKN bersama-sama.

Nur Terlihat menelfon temannya yang berada di kejauhan melalui telfon seluler.

“Wid, Nang ndi?”

“Nang omah, gimana? Kamu sdah dapat lokasi KKN-nya?”

“Nanti malam, aku berangkat sama Ayu untuk observasi, doakan saya semoga lancar yah!”

“Inggih, semoga cepat di ACC ya”

“aamiin” balas Nur di balik telefon sambil mematikan telefon.

Remake : KKN di Desa Penari I - Selalu ada Pesan yang disampaikan dari mereka yang tak bisa berkata kondisi hutan seram

Hari Observasi – Berkenalan dengan Hutan Dadapan

Jam-pun berputar terasa lama ketika seseorang menunggu waktu sampai akhirnay malam-pun tiba. Dari kejauhan, Ayu terlihat berada dalam sebuah mobil minibus dengan seorang pria yang mengendari mobil tersebut.

“Mungkin itu mas Ilham” pikir Nur dalam hati.

Ilham memang kakak dari dari Ayu yang sayang pada adik perempuannya.

“Ayu, berangkat!” seru Ayu kepada Nur sambil menggandeng tangan naik ke atas mobil.

Mas Ilham tampak membawakan barang bawaan Nur ke atas mobil, lalu mereka berangkat memcah keheningan malam dari sebuah kota, tempat dimana Universitas mereka barada.

Terang benderang lampu perkotaan perlahan-lahan menghilang searah dengan laju mobil menuju lokasi Observasi.

Di tengah perjalanan yang terasa dingin, Nur memecah keheningan malam.

“Yu, lokasi-nya jauh nggak?” tanya Nur

“Paling 4 sampai 6 jam, tergantung berangkatnya ngebut atau tidak”

“Yang pasti itu, desanya bagus, saya jamin kondisinya masih alami, sangat cocok dengan program kerja KKN yang telah kita susun kemarin” jawab Ayu Bersemangat dan mencoba meyakinkan Nur.

Ayu memang terlihat begitu antusias selama di perjalanan, hanya saja sampai detik ini, Nur belum juga mengetahui dimana lokasi desa tersebut.

Pantas saja jika wajah Nur terlihat tidak nyaman selama perjalanan.

Banyak hal sebenarnya yang membuat Nur Bimbang. Salah satunya adalah lokasi KKN yang mereka rencanakan berada di daerah Timur Jawa. Sebagai wanita yang lahir dari daerah barat Jawa, tentu saja ada banyak rumor yang beredar mengenai mistisnya daerah Timur.

Memang sih, Mistis bukan hal yang baru bagi Nur.

Nur sendiri sudah kenyang dengan hal-hal berbau mistis selama berada di Pondok pesantren, namun hanya saja selalu ada firasat yang datang ketika berbicara mengenai daerah Timur Jawa yang memang terkenal dengan ilmu-ilmu yang tidak bakalan mereka dapatkan di tataran kampus.

Perasaan Nur selama di perjalanan, memang tidak pernah seenak ini.

Seolah membenarkan firasat buruk dari dalam hatinya, Nur diberikan banyak tanda-tanda yang tidak menyenangkan, sebut saja ketika memasuki kota Jember, salah satu kota yang harus dilewati sebelum sampai ke kota B.

Ditengah malam di salah satu sudut kota Jember, seorang pengemis berperawakan kakek tua melihatnya dengan penuh tatapan prihatin, bukan sebaliknya ketika seseorang melihat pengemis.

Sebelum mengalihkan pandangan dan berangkat lagi, Kakek itu menggeleng ke arah Nur seolah memberikan isyarat agar tidak melanjutkan perjalanan mereka ke Timur.

Namun tentu saja Nur tidak bisa mengambil kendali atas perjalanan mereka malam itu. Ada banyak teman lain yang kini tertidur lelap di kamar mereka menunggu kabar dari perjalanan Nur ke timur menuju desa lokasi KKN mereka.

Langit pun membuat suasana semakin sendu saja dengan hujan yang diturunkan dari langit. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 subuh.

Kelelahan tentu saja akan menyergapi siapa saja yang telah berkendara sejauh itu, Mas Ilham tampak menepikan mobilnya di rest area yang berada di tengah hutan gelap. Hanya lalu lalang mobil antar daerah yang sesekali memecah suara binatang malam yang bersaut-suatan dari dalam hutan.

“Hutan, Desa itu adalah tengah hutan” kata mas Ilham mencoba menjelaskan ke Nur yang terlihat tidak nyaman. Wajah tidak nyaman Nur mungkin tergambar dengan jelas cermin yang ada di kaca depan mobil.

Nur tampak cuek dengan penjelasan kakak Ayu, bukan tanpa alasan.

Tatapan Nur, kosong mengarah ke pepohonan yang berada di tengah hutan Dadapan. Hutan yang memang sudah terkenal sangat kental dengan Aroma mistis di Jawa Timur.

Bukan tanpa Alasan, Nur tidak mengindahkan penjelasan mas Ilham, namun telinga Nur seperti mendengar suara dari kejauhan memanggil namanya. Suara tersebut berasal dari dalam hutan yang gelap gulita.

Sekonyong-konyong, terlihat cahaya dari beberapa sepeda motor tanpa suara. Naik turun cahaya lampu motor menunjukkan jika jalan yang dilalui motor dari kejauhan tersebut tidak-lah mulus, mungkin ini alasan mengapa mas Ilham tidak melanjutkan perjalanan menggunakan mobil menuju desa tersebut.

Tidak beberapa lama kemudian suara dari motor-motor tersebut pun terdengar dan menghampiri mereka.

“ini loh orang desa yang mau mengantar kita masuk ke desa, soalnya jalanan tidak bisa dilalui menggunakan mobil,” jelas Ilham kepada Ayu dan Nur.

Nur dan Ayu pun tampak mengangguk pertanda mengerti kepada penjelasan kakanya, atau jangan-jangan di pikiran mereka terisi sesuatu yang lebih menarik sehingga membuat mereka hanya perlu menggangguk kepada hal lain.

Tanpa banyak tanya, Nur sudah terlihat duduk di belakang Jok Motor salah satu pria yang berasal dari desa.

Di tengah jalan, Nur merasa di goncang oleh laju motor yang menyusurui jalan setapak yang tak rata. Nur-pun harus memegang erat Jaket pria yang ia tidak kenal dan kini tengah membawanya lebih jauh ke dalam hutan.

Tanah terlihat masih lembab kala Fajar mulai tampak muncul tipis di ufuk timur. Embun mulai turun entah dari mana ke pepohonan menyusupi hutan yang rimbun, membuat jarak pandang semakin berkurang, namun memang saat itu pagi masih gelap dan sang surya pun belum ada pertanda muncul dalam waktu dekat.

Di tengah kabut pagi, Nut melihat pandangan mata yang berasal dari seorang wanita di tengah hutan menatap ke arah-nya.

Sesosok wanita berparas cantik menatap ke arah sambil tersenyum elok, seolah-olah sudah lama menunggunya. Padahal Nur sendiri belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di tempat ini, namun tatapan mata tersebut seolah sudah sangat mengenal dirinya.

Menengok ke arah lain dari jalan, Nur yang kembali melihat ke arah wanita tersebut sudah tidak lagi menemukan sosok yang telah “menyambut”-nya.

Wanita itu telah menghilang di tengah hutan, rasa penasaran Nur mengenai wanita tersebut membuatnya tidak sadar jika motor yang ia kendarai telah berhenti di sebuah desa yang entah berada di titik mana di tengah hutan Dadapan.

Ketika tersadar ke aktivitas awalnya, Nur sudah melihat Mas Ilham memeluk seorang pria paruh baya yang mungkin seumuran dengan Ayah-nya di rumah.

Bapak tersebut ramah, seperti layaknya penduduk desa yang selalu menyambut tamunya dengan hangat. Sambil menyambut salaman dengan Nur, si bapak memperkenalkan dirinya.

“Kulo, Prabu” dengan aksen jawa-nya yang sangat kental.

“Mohon maaf, Ham. Aku tahu kita sudah lama kenal, tapi masalah ini lain. Belum ada orang yang pernah pakai desa ini sebagai lokasi KKN!” jelas Pak Prabu kepada Ilham.

“Tolonglah mas, Bantu Adikku ini” mohon Ilham kepada Pak Prabu sambil mengandalakan hubungan persahabatan mereka.

Suasana saat itu tiba-tiba menjadi tegang.

“GAK ISOK HAM” kata pak Prabu kepada mas Ilham dengan nada yang agak tinggi.

“Begini loh pak, mohon maaf sebesar-besarnya sebelumnya, saya minta tolong sekali. Saya akan jaga sikap disini,” Ayu tiba-tiba memecah suasana tegang antara Pak Prabu dan Mas Ilham.

“Saya tidak akan berbuat aneh-aneh di sini pak, tolong lah pak” mohon Ayu sambil berlinang air mata.

Sebagai kakak, Tentu saja Ilham pernah melihat adiknya menangis, namun belum pernah melihat adiknya menangis seperti ini.

Sangkin sedihnya, Wajah pak Prabu yang awalnya terlihat tegas sekeras kini tampak melihat adik dari sahabatnya begitu memelas mendapatkan izin KKN di desa tempat tinggalnya.

“Piro sing KKN Dek?”

Dengan semangat ayu langsung menjawab 6 orang pak.

Hari itupun berakhir dengan persetujuan pak Prabu. Ayu memang tampak senang dengan keputusan pak Prabu yang memberikan izin menyelesaikan pengabdian kepada Masyarakat di sana.

Namun lain halnya dengan Nur yang kini masih penasaran dengan sosok wanita cantik yang telah “menyambut” di tengah hutan tadi.

Selanjutnya : KKN Desa Penari Bagian II : Tanda Dari Mereka yang Berbeda Dunia

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *