Jalan-Jalan ke Tempat Wisata Tersembunyi Di Kabupaten Gowa: Air Terjun Parang Loe Part I
Dzargon. Ini adalah kali Pertama menginjakkan Kaki di Air Terjun Parang Elo yang terletak di Desa Bella Punranga, Kecamatan Parang Loe. Kabupaten Gowa pada tanggal 6 Juni 2007. Ekpedisi dimulai oleh Tim yang terbentuk dari gabungan anggota organisasi SMA negeri 1 Sungguminasa angkatan 2005. Yang Beranggotakan:
- Saldi Arlyn (Ketua Osis)
- Muhlis (Paskibra)
- Ahmad Dahlan (Pramuka)
- Sayiful (Warga Sipil IPA 1)
- Andi Abdul Malik (Ransum Cadangan IPA 2)
- Muhammad Akhsan (Osis)
- Farul Rozi (Warga Sipil Ipa 1)
Air Terjun Misteri.
Ini adalah ekspedisi pertama yang dilakukan oleh Tim gabungan organisasi SMA Negeri 1 Sungguminasa. Perjalanan yang tidak memiliki tujuan bergerak berdasarkan informasi bahwa adanya air terjun di kabupaten Gowa yang menyerupai bentuk Air Terjun Bantimurung di Kabupaten Maros. Tidak satu pun dari anggota tim yang mengetahui letak pasti dari air terjun tersebut. Tim hanya beregrak bergerak berdasarkan informasi bahwa air terjun tersebut berada di daerah hutan lindung Parang Loe. Tidak seperti saat ini, air terjun sudah terkenal dan banyak kedantangan Pengunjung.
Perjalanan dimulai dengan dengan meeting point di Gerbang SMA negeri 1 Sungguminasa, Tanggal 6 Juni 2007 pagi. Tim berangkat dengan menggunakan 4 Motor bebek yakni 2 unit Shogun 125 cc generasi awal, Honda Supra 100 cc, Jupiter 110 cc X generasi ke dua. Berangkat dari Salis (Singkatan yang familiar untuk SMA Negeri 1 Sungguminasa)
Sekitar 40 menit mengendarai motor melewati Pakkatto asrma pelatihan militer terbesar di Gowa akhirnya tiba di daerah Parang Loe. Laju sepeda motor diperlambat untuk mencari setiap tanda-tanda yang mengindikasikan air terjun. Setelah Tim Berjalan selam kurang lebih 20 menit tidak mendapatkan tanda, akhirnya tim berinisiatif untuk bertanya kepada penduduk lokal dan akhirnya tim mendapatkan informasi bahwa air terjun tersebut berada di sekitar Manggal Aggni Daops Gowa. Air terjun tersebut berada di sekitar kawansan hutan yang dibawa PT Inhutani Gowa.
Di Daerah Parang Loe sebelum Ibu kota kecamatan terdapat Kantor pemadam Kebakaran Manggala Agni ada belokan ke kanan sedikit menanjak. Jalan inilah jalan menuju tempat wisata air terjun parang loe. Memasuki jalanan ini hanya beraspal kurang lebih 500 meter akhirnya tim dihadapkan dengan masalah jalan berlumpur. Motor bebek dipaksa sekuat tenaga untuk melewati jalan berlumpur dengan ketebalan 10 samapi 15 cm. Motor dengan tapak ban yang sudah mulai gundul di dorong agar bisa maju. Perjuangan ini berkahir setelah jalanan berbatu didapatkan setelah menghabiskan waktu 15 menit.
Di ujung jalan berlumpur jalan terbagi dua cabang sama besarnya. Tidak satupun manusia yang bisa ditanya di tempat karena sudah memasuki kawasan hutan. Tim mengambil keputusan untuk mengikuti jalan yang agak manusia dengan bekas tapak ban mobil jelajah dengan harapan ini pernah pernah dilalui kendaraan. Namun ternyata jalan yang benar adalah jalur kanan yang terdapat batang pohong tumban yang menutupi akses ke air terjun.
Jalan ke Air terjun adalah sebelah kiri yang dimulai dengan tanjkan yang sangat tinggi. Jalan yang selebar 3 meter dengan batu besar yang lebih cocok dilalui dengan motor trail ini sangat menyiksa motor. Motor terpaksa di dorong sambil menaiki jalan menanjak
Pekikan dari Muhammad Akhsan “Kanzen” mengikuti iklan motor paling ekstreem saat itu membuat konsentrasi buyar, karena produk yang dimaksud tidak sekarang iklannya.
Setelah bergelut dengan beratnya medan batu besar selam kurang lebih 45 menit akhirnya jalan kembali bisa dilalui dengan mengendarai motor meskipun demikian tidak jarang mesin terbentur batu besar atau harus mengambil jalan lain karena batang pohon tumbang. Ternyata di kawasan hutan ini adalah hutan pinus. Berjalan terus sampai akhirnya mendapatkan lapangan yang luas dengan bekas pembakaran mengindikasikan bahwa di tempat ini ditempati pecinta alam untuk sekedar camping. Ini adalah bukti yang sangat menggembirakan mengingat bahwa desas-desus mengenai air terjun tersebut ternyata benar.
Tim kemudian melanjutkan perjalanan menyusuri jalan dengan mengikuti suara gemuruh air. Sampai akhirnya tim berhenti di sebuah sungai berbatu yang sangat jernih dan sebuah jembatan darurat yang terbuat dari tali dan kayu yang disusun seperti jembatan kera milik Pramuka. Pada bagian atas sungai sejauh mata memandang tidak ditemukan adanya tanda-tanda air terjun hanya sungai dengan kondisi berbatu dengan kedalaman bervariasi.
Berdasarkan pertimbangan apa yang dilihat oleh mata, Kami berinisiatif untuk meninggalkan kendarann kemudian menyusuri bagian bawah sungai mengikuti air yang mengalir. Berjalan mengikuti aliran sungi yang semakin lama terdengar gemuruh air. Berjalan sekitar 30 menit akhirnya tim tiba di tempat yang dimaksud, Sayangnya air terjun yang dituju tidak tampak dengan jelas karena tim tepat berdiri di bagian atas air terjun. Ketinggian air terjun kurang lebih 30 meter membuat bulu kudung merinding karena jurang yang begitu dekat di depan mata.
Selanjutnya tim kebali ketempat motor diparkirkan dan kembali ke lokasi terdapat kayu bekas api unggun. Ternyata di sebelah kanan lapangan terdapat bekas jalan yang terbentuk oleh pejalan kaki. Kami kembali dipaksa turun dari motor dan menyusuri medan tersebut. Medan yang lebih susah menghalau kami lebih berat dari pertama beberapa ekor monyet berwarna abu-abu dengan pantat plontos sempat kami temui. Kami menyusuri medan yang penuh dengan tanaman rotan berduru dan jejak tapak kaki mulai hilang. Hanya suara gemuruh air yang menjadi penuntun dari kami. BErjalan dengan jalanan menurut yang terjal dan lumpur akhirnya tim menemukan surga tersembunyi parang loe yang menjadi incaran.
Surga air terjun tersebut bernama Air Terjun Parang Loe. Jujur kami hanya biasa menemui air terjun dengan kondisi tinggi dan ramai dengan jumlah air terjun satu, di sini kami menemukan air terjun dengan kondisi yang sangat berbeda. Lelah setelah menyusuri medan yang sangat susah akhirnya terbayarkan.
Di tempat ini kami sempat mengabadikan beberapa gambar dengan kamera digital saya sebagai kenang-kenangan. Kondisi pada saat datang di sana, tidak terdapat satu orang pun yang ada selain kami. Air terjun serasa milik pribadi dengan kondisi alam yang masih hijau dan bersih dari sampah. Ingin rasanya berlama-lama di tempat ini namun kami harus segera pulang karena ini adalah ekspedisi awal sebelum akhirnya kami menyusun rencana untuk menghabiskan malam di tempat ini.
Leave a Reply