Ekspolitasi Tubuh Wanita dan Sisi Sensualitas

Eksploitasi Tubuh Wanita Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Tubuh wanita menjadi salah satu “komiditas” yang paling banyak diperdagangkan baik secara tersirat maupun harfiah. Suka tidak suka, eksploitasi tubuh wanita dalam kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

Eksploitasi Tubuh Wanita

Saat mata kita benar-benar memandang dan meperhatikan secara seksama yang ada di sekitar kita, akan selalu ada tubuh wanita. Baik itu di gambar, video bahkan Reel yang kita nonton. Bahkan saat artikel ini dibuat, saya didatangi oleh seorang sales rokok yang dijajakan oleh Wanita Seksi dengan Pakaian Ketat.

Padahal Rokok ada produk yang ditujukan oleh pria, sehingga pakaian ketat yang digunakan oleh si wanita sama sekali tidak ada hubungan dengan produk yang dijual.

CEwek manis dan seksi SPG Rokok
CEwek Chindo SPG Petite

Dan kalau kita lihat perusahaan mobil, telepon, kamera, dan banyak lagi, yang juga memakai—atau dalam kata lain meminjam tubuh perempuan sebagai alat dagang—pertanyaannya tetap sama: sejak kapan keinginan membeli barang bergantung pada panjang rok seseorang?

Ini bukan isu baru. Dunia pemasaran memang sudah lama bernafas dengan slogan tak-terucap: “sex sells.” Dari billboard besar di jalan raya sampai iklan paling mahal di televisi, tubuh perempuan terus dijadikan lokomotif untuk menarik perhatian, bahkan ketika produk yang dijual tidak ada hubungannya sama sekali dengan tubuh itu.

Yang lucu, di meja kami—para sutradara, penari, dan orang teater yang konon lebih “peka”—semua sempat terdiam ketika para gadis itu muncul. Bukan karena malu. Lebih karena… yah, kami terjebak dalam ironi.

Kami ini orang seni, yang sering bicara tentang tubuh sebagai medium ekspresi, ruang, politik identitas, estetika. Tapi dalam sekejap, tubuh yang sama berubah menjadi alat konsumsi paling dangkal. Bukan salah para gadis itu—mereka hanya bekerja. Yang salah adalah struktur yang membuat tubuh perempuan selalu jadi poster bergerak, alat pemikat tanpa suara.

Sambil menyeruput minuman yang esnya mulai mencair, aku berpikir:

Kenapa tubuh perempuan selalu dianggap jalan pintas untuk menjual apa pun?
Kenapa laki-laki tidak dipakai sebagai alat pemasaran dalam skala yang sama?
Dan kenapa kita semua diam dan menganggap itu hal biasa?

Jujur saja, aku tidak tahu.

Yang jelas, di ruangan ber-AC yang dinginnya sampai ke tulang itu, para gadis berskirt pendek yang menjual rokok itu bukan hanya menawarkan produk. Mereka sedang mengingatkan kita bahwa industri pemasaran ternyata sangat miskin imajinasi dalam melihat perempuan—dan bahwa kita, manusia biasa yang katanya kritis, tetap saja mudah terpikat oleh hal yang sama.

mengeksploitasikan wanita.

Kalau kita berjalan di mana – mana, katakan di Midvalley dan sedang berlangsungnya promosi menjual kereta-bapak-mahal, pastinya lebih mahal harga kereta itu, lebih pendek skirt dan lebih terlopong dada gadis penjual kereta itu.

Begitu juga bila kita berjalan di PC Fair. Yang memegang kamera, printer dan barang – barang elektronik lain, pasti perempuan/gadis/wanita. Lelaki hanya duduk di belakang kaunter mengira keuntungan. Berapa sangat je gaji gadis – gadis itu?

Bukan. Aku tidak ada masalah dengan perempuan/gadis/wanita seksi. Tidak sama sekali, itu hak mereka berpakaian. Baguslah jika mereka nak tunjukkan yang mereka menjaga kulit. Aku faham.

Tapi aku cuma bermasalah dengan para kapitalis yang mengeksploitasikan mereka untuk keuntungan.

Bila hari ini, aku berjalan membeli rokok di sebuah kedai majalah, aku lihat ramai juga perempuan/gadis/wanita yang dieksploitasikan untuk meningkatkan penjualan majalah.

Biar orang kata, “Wah! Cantiknya covergirl majalah ni, aku kata, “Wah! Semakin banyak wanita dieksploitasikan!”. Malangnya, yang dieksploitasikan ini tidak sedar, malah lebih teruja.

Adakah mereka ini sedar bahawa mereka sedang dieksploitasikan? Kalau betul mereka setuju untuk dieksploitasikan, baguslah kerana mereka sendiri yang mahu. Sekurang – kurangnya mereka tahu apa yang mereka buat. Kalau begitu, andaikata mereka sedang berjalan di pasar malam, ada tangan yang menggenggam punggung mereka, mereka mahu marah? Separuh badan sudah dipertontonkan, mesti ada yang mahu merasa pula, kan?

Aku tidak ada masalah dengan sesiapa yang pernah menjadi covergirl/boy, kerana aku sendiri pernah muncul di muka depan majalah. Tapi isinya dibualkan mengenai hasil kerja aku. Bukan isu covergirl/boy yang aku tekankan disini. Harap maklum.

Tun Mahathir, Anwar Ibrahim pun pernah banyak kali keluar mukasurat depan majalah TIME. Aku tidak ada masalah.

Walau bagaimanapun, isu ini sebenarnya sudah lama dibualkan, dibincangkan. Namun tiada penghujungnya, malah semakin hebat. Agak basi sebenarnya. Cuma aku terdetik untuk menulis kerana aku terfikir,

Apakah kemodenan hari ini harus berjalan seiring dengan buah dada wanita?

Kalau ya, aku mungkin ketinggalan zaman.. Haha!

Bukti yang aku tidak ada masalah dengan covergirl (Kiera Knightley) Haha!

p/s: Tapi tetap tidak cukup kuat untuk aku membeli mana – mana majalah yang ada mukanya, yang pada aku, majalah tidak ada isi. 80% hanya lah iklan. Aku maki hamun sorang – sorang.

Ouh ya, aku ada seorang rakan lelaki yang takdahal untuk dieksploitasikan. Malangnya tidak ada sesiapa yang mahu menggenggam punggungnya pun? Haha..

Ouh, dunia sudah gila.. Aku juga!