Dzargon – Artikel ini merupakan Postingan Re-Write dari Curhatan Seseorang dalam sebuah Treath di Forum Kaskus. Tidak ada unsur menjelekkan yang ada dalam Postingan ini, hanya untuk berbagi pengalaman penulis dan betapa sulitnya mencari pekerjaan saat ini. Semoga memberikan inspirasi dan kita bisa mengambil hikmahnya.
Saya seorang pria berusia 22 tahun, dan merupakan lulusan PTN ternama dan besar di Pulau Jawa, (Nama Universitas dirahasiakan, karena tidak enak menyebutkan besarnya almamater saya yang ironi dengan sulitnya saya mencari pekerjaan). Saya tinggal di kota kecil di jawa, saya sendiri adalah anak tunggal yang berasal dari keluarga PNS, Bapak saya seorang guru jadi otomatis kehidupan lumayan sejahtera.
Daftar Isi
Awal dari Salah Jurusan
Menurutku ini semua berawal pada saat saya berusia 17 tahun pada tahun 2009. Saat itu saya lulus dengan nilai lumayan baik, lebih baik dari teman saya yang jelek nilainya bahkan yang dari teman yang bagus nilainya. Singkat cerita, saya lalu mendaftar di PTN ternama di kota tetangga, di Pulau Jawa, namun karena kurangnya informasi, saya jadi kebingungan untuk memilih kuliah di jurusan apa.
Saya sendiri bingung dan karena terlalu termakan informasi yang main stream di tivi-tivi, dalam pikiran saya, kuliah itu bebas milih jurusan apa saja. Hal ini juga bertambah buruk karena keluarga saya belum ada yang pernah kuliah di PTN, orang tua saya Kuliah untuk penyetaraan saja. Hasilnya saya sangat gelap dalam memilih jurusan. Karena kebingungan, akhirnya bapak saya memilihkan jurusan untuk saya.
Pilihan bapak saya akhirnya jatuh ke Jurusan Pendidikan, mungkin karena bapak saya juga seorang Guru PNS. Akhirnysa saya lulus di PTN X berakreditasi A dengan jurusan Pendidikan. Setibanya di bangku kuliah, ternyata di kampus ada dua aliran jurusan, yakni pendidikan dan jurusan murni. Mahasiswa di jurusan Murni terlihat lebih keren, namun yang jadi masalah adalah bukan di jurusan, masalahnya ada sama diri saya. Saya merasa tidak cocok menjadi guru, ditambah lagi dengan kuliah saya yang tidak jelas karuan, saya tidak bisa mengikuti ritme teman dalam mengerjakan tugas kahirnya saya lulus dengan IPK sangat mepet yakni 3,04 dan selesai dalam waktu 9 semester.
Titik Terendah dalam Hidup Saya
Dahulu, saya pernah berfikir apakah setelah lulus nanti saya bisa langsung mengajar (Kerja) secara bapak saya sudah menjadi guru PNS, jadi saya bisa ikut-ikutan jadi guru, namun kenyataan dan jalan hidup seseorang tidaklah selalu sama dengan rencana, bapak saya meninggal pada tahun 2010, saat orang tua saya pulang dari Haji, dan yang paling sakit adalah karena bapak saya meninggal di bandara.
Bapak saya adalah panutan saya, sehingga kehilangan bapak membuat saya kehilangan arah, saya merasa ini adalah titik paling rendah dalam hidup saya dan merasa ini seperti akhir dari dunia, namun saya bisa bangkit dan menyelesaikan kuliah saya sampai 9 semester. Saya akhirnya lulus kuliah meskipun agak sedikit memaksa karena takut bayar jadi IPK 3,04 bukan jadi masalah lagi buat saya.
Setelah lulus akhirnya saya jadi pengangguran berijazah, pengangguran akut aka Pengacara atau pengangguran kagak ada acara, selama 8 bulan. Saya sudah coba melamar pekerjaan kesana kemari, baik di kota saya ataupun diluar kota, emskipun saya utamakan yang di dalam kota karena kasihan dengan ibu saya sendiri. Lamaran saya rata-rata dapat panggilan hanya saja pas Tes selalu gagal, apalagi jika sudah sampai tahapan Interview.
Saya sendiri sangat kesal dengan diri saya sendiri, saya merasa juga lumayan pintar, IPK saya tidka jelek-jelek amat, penampilan juga lumayan, tinggi saya 170 cm dan berat badan ideal. Satu hal yang lihat adalah teman-teman lain sudah pada dapat kerja, rata-rata mereka dapat kerja karen memilih chanel baik dari bokap ataupun saudara mereka, tapi saya tidak punya. Mungkin ini karena saya salah jurusan, seandainya dulu saya memilih jurusan murni seperti hukum, akuntansi, teknik dan lain-lain, soalnya pekerjaan untuk jurusan murni sangat banyak dan untuk pendidikan sangat miris.
Kegiatan yang Monoton
Pekerjaan saya sehari-hari diisi dengan kegiatan mencari lowongan pekerjaan setiap hari. Setiap hari beli koran sampai punya koran sangat banyak seperti penjual gorengan, mending tukang gorengan bisa untung, lah saya malah minus saja. Saya merasa tidak bisa usaha karena terbentur modal, untuk makan sehari-hari saja mengdalkan gaji pensiunan orang tua jadi saya kudu kerja.
Tiap hari saya bangun pagi bahkan subuh karena kata orang kalau bangun kesiangan rejeki bis adi patok ayam, saya saja sebelum subuh sudah bangun, pagi-pagi saya cuman bisa ngopi dan dengerin mamah dedeh biar hati saya adem, habis itu kembali ke rutinitas utama yakni nganggur sambil tidur sambil membayangkan kelak jadi bos besar. Lalu setelah tidur bangun makan, karena saya menganggap kebersihan itu kewajiban hasilnya saya nganggur sambil nyuci juga sampai baju bersih terus di pakai lagi, terus kotor di cuci lagi. Gitu mulu tiap hari semoga kegagalan saya saat ini menghabiskan semua jatah kegagalan saya jadi nanti saya tidak gagal lagi dan masih tetap optimis.
Tetap Optimis, meskipun pengangguran, saya merasa ada beberapa tips dari saya yang sama-sama pengangguran yakni:
- Sekarang Sarjana sudah bejibunm jadi cari kerjaan susah
- Sarjana Pendidikan jauh lebih susah cari kerjaan, mau mengajar di sekolah, sekolah juga belum tentu buka lowongan pekerjaan.
- Mau kerja di perusahaan, mereka lebih suka dengan pendidikan murni dan membatasi jurusan tertentu.
- Jangan bangga dengan Fresh Graduate, siap-siaplah bersaing dengan banyak Fresh Graduate lain, sayangnya banyak perusahaan yang menerima mereka yang berpengalaman.
- Lulus PTN bukan jaminan kamu dapat kerjaan.
- Apakah IPK mepet menghambat saya dalam mencari Pekerjaan?
Leave a Reply