Daftar Isi
Demi Sang Merah Putih, Jelajah Gunung Everest Dilakukan oleh Srikandi Indonesia
Dzargon – Namanya Clara Sumarwati, lahir di Jogjakarta pada tanggal 6 Juli tahun 1967 yang kini terdaftar sebagai salah satu pasien rumah sakit Jiwa Professor Dokter Soeroyo Magelang sejak tahun 1997, setahun sebelumnya, wanita Indonesia berhasil mengibarkan sang Merah Putih di atas puncak tertinggi di dunia pada tahun 1996. Prestasi yang di capai Clara tidaklah muda, bahkan dirinya menjadi wanita pertama di Asia Tenggara yang berhasil merasakan dinginnya titik tertinggi di dunia. Lantas Siapa Clara Sumarwati?
1. Masa Kecil dan Pendidikan Clara Sumarwati
Clara Sumawarti lahir dari pasangan Marcus Mariun dan Ana Suwarti, Wanita ini adalah anak ke 6 dari delapan bersaudara yang lahir di Jogjakarta pada tanggal 6 Juli 1976. Cita-cita Clara kecil adalah menjadi seorang ahli hukum namun harus ia urunkan karena kebutuhan Ekonomi yang masih dibantu oleh sang kakak dan memaksanya melanjutkan pendidikan di Universitas Atmajaya jurusan Psikologi Pendidikan.
Clara Sumarwati Pada Salah Satu Pendakian |
2. Karir Pendakian Gunung Clara Sumarwati.
Setelah bergabung dengan Universitas Atmajaya, Clara Sumarwati menjadi juru Konseling di salah satu sekolah di Jogjakarta, namun haluannya berubah ketika selesai kuliah pada tahun 1990. Clara bergabung dengan ekspedisi pendakian gunung Annapurna IV di Nepal dengan ketinggian 7.535 mdpl. Meskipun tidak termasuk dari salah satu dari 10 puncak Gunung tertinggi di dunia, namun pendakian ini membuat jiwa melanglang buana dari Clara terpangging.
Clara Sumarwati di Kaku Gunung Annapurna IV Nepal tahun 1990 – Foto Sebelum Pendakian |
Tahun 1993, tepatnya pada bulan Januari, Clara Sumarwati kembali melakukan pendakian gunung dengan tiga srikandi Indonesia lainnya melakukan jelajah dan pendakian puncak gunung Aconcagua dengan ketinggian 6.959 mdpl. Pendakian puncak gunung Andes di Amerika Serikat tersebut sukses dan mengantarkan Clara pada beberapa pendakian gunung tertinggi di dunia lainnya.
Clara Sumarwati ketiak di Puncak Aconcagua Argentian Tahun 1993 |
3. Mencapai Puncak Gunung Tertinggi – Mount Everest.
Setelah menaklukkan Aconcagua, Clara Sumarwati kemudian melakukan pendakian lanjutna pada tahun 1994 bersama tim PPGAD atau Perkumpulan Pendaki Gunung Angkatan Darat namun pendakian tersebut harus dihentikan pada ketinggian 7.000 mdpl. Pendakian terpaksa terhenti karena terhadang badai salju dan alur pendakian yang ditempuh dari arah selatan (South Col) ternyata sangat berat.
Kegagalan tahun 1994 dalam mencapai puncak Gunung Everest tahun 1994 membuat semangat Clara untuk kembali menaklukkan Everest tidak padam bahkan semakin berapi-api. Clara bercita-cita mengibarkan merah putih pada tanggal 17 Agustus 1995 di puncak Everest dan bertepatan pada ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke 50. 12 Perusahaan sudah dihubungi untuk memohon bantuan dana dan Sponsor, namun total biaya pendakian yang mencapai 500 juta rupiah kala itu membuatnya harus gigit jari. Tidak ada satu perusahaan pun yang mau memberikan Sponsor. (Baca Juga: Biaya Pendakian Gunung Everest).
Namun secercah harapan muncul dari panitia Ulang Tahun Emas Kemerdekaan Indonesua yang berada di bawah Sekretariat Negara. Clara Sumarwati dipanggil menghadap pada bulan Agustus tahun 1995 untuk mengkonfirmasi rencana keberangkatan sekaligus pemberian Sponsor dari Negara untuk Clara. Adanya angin segar ini membuat Clara mengatur ulang Jadwal pendakian yang akan dilakukan pada tahun depan untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang ke 51. Penundaan keberangkatan justru menjadi kabar baik bagi Clara, dimana tahun 1995 Gunung Himalaya diterpa badai dan membuat 208 pendaki dai berbagai negara tewas diterjang badai. Clara Sumarwati kemudian berangkat pada bulan Juli 1996 ke Nepal.
Tanggal 26 September tahun 1996 menjadi tanggal bersejarah bagi Clara yang berhasil menapakkan kaki ke Puncak Gunung Everest. Prestasi membuat menjadi wanita pertama dari Indonesia dan Asia Tenggara yang berhasil mencapai puncak tersebut. Keberhasilan Clara Sumarwati ini tercata dalam banyak buku-buku pendakian Everest seperti Everest karya Walt Unsworth (1999), Everest: Expedition to the Ultimate karya Reinhold Messner (1999) dan sebuah situ pendakian gunung Everest website EverestHistory.com. Yang mencata Clara sebagai Pendaki puncak Everest yang ke 836.
Clara Sumarwati di Puncak Gunung Everest |
Sherpa dan Clara Sumarwati ketika Mencapai Puncak Everest |
Clara Sumarwati ketika Turun dari Puncak Everest |
Kesangsian Pendakian Gunung Clara Sumarwati.
Peristiwa bersejarah yang dilakukan oleh Clara Sumarwati banyak mendapatkan kesangsian dari berbagai pihak. Penyebab tidak lain adalah kurangnya bukti dan dokumentasi pendakian seperti foto memegang bendera yang tertancap di puncak. Namun sumber pencatatan pendakian Gunung Everest sudah menuliskan nama Clara Sumarwati sebagai pemuncak Gunung Everest yang ke 836 setelah Sir Edmun Hillary.
Clara Sumarwati Masuk Rumah Sakit Jiwa.
Berbeda dengan kisah suksesnya menaklukkan puncak tertinggi di dunia, kehidupan nyata Clara Sumarwati jauh dari itu, Clara bahkan harus mausk di rumah sakit Jiwa pada tahun 1997. Di rumah sakit, ceritanya tentang pendakian Gunung Everest dianggap sebagai halusinasi oleh tim Dokter dan Medis yang menangani Clara.
Clara Sumarwati yang dijumpai oleh Tim Belantara Indonesia |
Pengakuan dan kebenaran prestasi yang dilakukan oleh Clara Sumarwati baru terungkap ketika Tim Penilai Pemuda Pel0por dari Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga tahun 2009 berhasil menemukan fakta dan kebenaran pendakian yang dilakukan oleh Clara. Poppy Safitri adalah seorang guru tari di RSJ yang berjasa menyampaikan prestasi Clara ke negara.
Leave a Reply