Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya ingin membuat pernyataan dulu bahwa semua Presiden Republik Indonesia adalah pribadi yang baik. Jelas jika mereka adalah narapidana maka syarat untuk mencalonkan diri jadi presiden tidak terpenuhi.
Demikian Pula dengan presiden Sukarno. Meskipun pernah bekerja sama dengan Jepang dan ikut memkampanyekan Romusha, tapi tanpa Beliau boleh jadi kita belum merdeka. Dan boleh jadi saat ini artikel yang anda baca malah ditulis dalam bahasa Belanda karena kita masih bagian dari Hindia Belanda.
Daftar Isi
Kebijakan Sukarno
Jadi mari kita nilai saja kebijakan Bapak Founding Father sebagai Presiden RI.
1. Menolak Desentralisasi – Jelek
Salah satu kebijakan visioner yang dibuat oleh Akademisi di pemerintahan pada masa itu, Mohammad Hatta adalah kebijakan Desentralisasi. Kebijakan ini bahkan di Adopsi oleh pemerintahan Indonesia pada masa Refoermasi yang disebut sebagai Otonomi Daerah.
Sayangnya kebijakan ini ditolak oleh Presiden Soekarno. Selain itu, konon ide inilah yang membuat Bung Hatta tersingkir dari Kancah Politik Nasioanl. Lebih dari Itu, Bung Hatta justru dilarang berkegiatan oleh Pemerintahan Soekarno.
Tidak hanya Bung Hatta, Sultan Hamid yang memiliki jasa besar dalam kemerdekaan Indonesia juga di cap penghianat oleh Pemerintahan Soekarno.
2. Konferensi Asia Afrika – Baik
Konferensi Asia Afrika adalah manisfestasi paling keren dari Undang-Undang Dasar 1945. Bisa dibayangkan, hanya potongan kalimat di pembukaan UUD “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dighapuskan”.
Tidak main-main, amanat ini bahkan ditunjukkan dan diupayakan ke negara-negara di Asia dan Afrika dalam konferansı Asia Afrika di Bandung. Jadi kebayangkan betapa kerennya Indonesia yang pada masa itu baru saja merdeka justru ikut memperjuangkan negara kemerdekaan Negara Lain.
3. Demokrasi Terpimpin – Sangat Buruk
Salah satu frasa yang paling sulit saya pahami adalah Demokrasi Terpimpin. Jadi anda anda berhak mengeluarkan pendapat tapi harus atas persetujuan Pimpinan dalam hal ini Presiden Soekarno. Implementasinya pun demikian, sejarah menunjukkan Demokrasi Terpinpin hanya menghasilakn pemerintahan Otoriter dengan pusat kendali adalah presiden.
Meskipun tidak ada konfirmasi formal, konon sistem ini membuat Soekarno kadang disebut sebagai Baginda atau Raja Indonesia, karena mengira Indonesia dipimpin oleh Raja.
4. Proyek Mercusuar – Buruk
Sebagai negara yang baru Merdeka, tentu saja menunjukkan taji itu sangat penting. Dalam hal ini memang sangat penting menunjukkan kekuatan bangsa termasuk dari sisi pembangunan.
Hanya jika kebablasan justru jelek. Nah salah stau upaya Bung Karno menunjukan kekuatan Indonesia melalui pembanungan dan Perang. Proyek ini disebut Politik Mercusuar, pasalnya Indonesia pada masa tersebut sebenarnya belum stabil dalam hal pemerintahan ekonomi, namun pembangunan besar-besaran dilakukan.
Mulai dari pembangunan Monas, membuat Event olahraga sendiri sebagai pesaing dari Olimpiade sampai pada kebijakan Trikora sebagai lanjutan dari Dwikora membuat Indonesia justru memiliki banyak utang kepada Soviet.
Mengapa tidak ada yang menolak kebijakan tersebut? Karena beliau adalah pemimpin tertinggi Indonesia melalui kebijakan Demokrasi terpimpin.
Parahnya, Kebijakan ini ternyata membuat Indonesia tertekan di dunia Internasional bahkan sempat menyatakan diri keluar dari PBB pasca Konfrontrasi dengan Malaysia.
5. Membela PKI – Sangat Buruk
PKI dan segala jenis paham Kiri Komunis sebenanrya menjadi gerakan paling keras dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan gerakan Agama dan Nasionalis membuat Indonesia menjadi Negara dengan kondisi paling stabil di usianya yang baru saja Merdeka.
Hal ini membuat Seokarno sangat getol memperjuangkan NASAKOM. Hanya saja setelah kemerdekaan, Gerakan Kiri dan Kanan membuat huru-hara karena merasa paling benar dalam memimpin negara. Jadilah PKI Musso memberontak di Madiun dan sebagaiman kita ketahui bersama jika korban PKI Madiun sangatlah menyakitkan, karena orang yang tidak berdosa pun dibantai habis-habisan.
Beruntung Gerakan Pemberontakan PKI Madiun bisa dengan cepat diatasi. Pasca kejadian Ini ada banyak gerakan Komunis yang mengawatirkan stabilitas nasional. Tan Malaka, sebagai orang yang berpandangan Kiri yang Nasionalis bahkan sudah memperingatkan Soekarno bahwa paham kiri sedang melakukan gerakan tapi bung Karno tidak mau mendengar.
Jadilah PKI melakukan G30S/PKI dimana 6 Jenderal dan 1 Ajudan Jenderal menjadi Korban Kekejaman Pasukan Cakra Birawa yang diperalat oleh PKI. Pasca kejadian tersebut, bukannya membubarkan dan menghukum PKI, Soekarno malah membuat pernyataan yang menyakitkan yakni “Revolusi selalu membutuhkan Pengorbanan”, karena dekatnya Soekarno dengan Komunis.
Leave a Reply