Janda.. Apakah Identik Dengan Hal Negatif?
Ehm, bahasan sensitif tapi menarik nih. Yah, siapa yang tidak tertarik membicarakan janda. Bukan hanya kaum Adam, tapi anak Hawa pun tertarik membahas, meski dalam prespektif yang sedikit berbeda. Jika laki-laki tertarik membahas janda dari aspek “keindahan ciptaan Tuhan”, maka wanita cenderung melihat janda sebagai “saingan yang harus disingkirkan.”
Janda sendiri mempunyai makna, wanita yang tidak bersuami lagi karena bercerai, ataupun ditinggal mati suaminya. Status pernah menikah inilah yang kadang-kadang membuat orang bertanya-tanya. Orang kalau menikah, apa sih yang dilakukan? Logisnya tentu melakukan proses “berkembang biak.” Proses ini, konon kabarnya (gw ambil prespektif dari yang belum pernah menikah) setara dengan menginjak surga. Hehehe..
Janda.. Apakah Identik Dengan Hal Negatif?
Manusia normal, kalau sudah pernah merasakan nikmat yang luar biasa, dan nikmat itu bisa dia peroleh setiap hari, kemudian tiba-tiba nikmat itu hilang, apa yang dia rasakan? Tentu ada perasaan ingin merasakan nikmat itu lagi. Nah, gw kira dari sinilah pangkal masalah mengapa kata “janda” itu, nyaris selalu menimbulkan konotasi negatif! Sudah pernah merasakan, sekarang tidak ada, gimana memenuhinya?
Seorang janda yang ngobrol biasa saja dengan laki-laki, padahal ngobrolin hal-hal dengan tema biasa saja, bahkan ada hubungannya dengan pekerjaan, eh dianggap sedang menggoda. Seorang janda yang dekat dengan anak muda, meskipun hubungannya jelas, antara dosen-mahasiswa nya, eh dianggap janda (maaf) gat** sedang mencari berondong. Makin gawat, jika yang diajak interaksi adalah suami orang! Di posisi ini, seorang janda dianggap sebagai pelakor!
Janda.. Apakah Identik Dengan Hal Negatif?
Setiap manusia itu kan punya moral, karakter dan pilihan sikap yang berbeda-beda ya. Mungkin ada sebagian janda yang memang berkelakuan kurang baik. Namun, kita tidak bisa menganggap semua janda sama. Biasanya, kalau ada yang betah lama-lama menjanda, muncul opini-opini yang tidak pantas untuk dibuka di ruang publik. Mulai dari bisa bebas ganti pasangan, bisa godain laki orang, dan tudingan negatif lainnya.
Bisa jadi, seorang wanita lama menjanda, karena memang tidak mau menikah lagi. Kenapa? Dia setia dengan mantan suaminya yang sudah meninggal dunia. Atau belum menemukan laki-laki yang cocok, setelah kegagalan rumah tangga dengan pasangannya terdahulu. Jadi, selama si janda tidak melakukan hal yang aneh-aneh dan melanggar norma, sebaiknya kita tidak perlu juga menjadi hakim untuk kehidupan mereka.
Janda.. Apakah Identik Dengan Hal Negatif?
Balik soal hal negatif. Stigma negatif yang melekat pada seorang janda, kadang dipicu oleh laki-laki yang ada di sekitarnya. Si janda sudah berniat lurus dan baik, ada saja yang menggodanya. Menggoda itu, tidak selalu dengan berinteraksi secara langsung ya. Chat lewat aplikasi chating, sosmed atau media lain juga termasuk. Kadang, meskipun tidak direspon, dan kebetulan ketahuan pasangan si laki-laki, tetap saja si janda yang dianggap salah.
Penggoda, perebut laki orang, dan predikat buruk lainnya tak segan untuk disematkan. Padahal kalau mau digali lebih dalam, bisa jadi si laki-lakilah yang salah, karena menggoda lebih dulu. Karena dialah yang menggoda lebih dulu. Gw kira banyak ya kasus-kasus kayak gini terjadi di lingkungan kita. Gw sarankan stop aja deh menggoda janda. Kalau emang punya nyali, ajak saja menikah resmi.
Well, gw rasa janda itu tidak identik dengan hal negatif. Pandangan dan perlakuan dari masyarakat sajalah yang kadang membuat stigma negatif melekat pada seorang janda Janda itu seharusnya mendapatkan perlindungan dari hal-hal negatif termasuk stigma, bukan sebaliknya malah dijadikan sasaran tembak dari semua stigma dan penilaian negatif. Salam Damai.
Leave a Reply