Apakah Einstein Se-Ateis Hawking?

Menkaji Konsep Ketuhanan Einstein Melalui God Does Not Play Dice With The Cosmos

Dzargon – Mungkin dan lebih dari ribuan fisikawan telah memberikan sumbangsih fikiran di dunia dan merubah peradaban manusia, namun jika ditanya mengenai siapa fisikawan yang paling terkenal, jawaban yang paling lumrah didapatkan adalah “Albert Einstein”.

Nama Albert Einstein  bahkan terkenal diluarkalangan saintis atau orang-orang yang bergelut di bidang sains. Paling tidak mereka yang kuliah di jurusan ilmu-ilmu humaniora dan ilmu sosial juga mengenal nama ini.

Einstein bermetamorfosis menjadi idiom untuk mereka yang memiliki kecerdasan lebih dari pada biasanya. Misalnya di Indonesia sendiri jika ada anak yang cerdas atau ranking satu biasanya disebut “yah wajar saja dia juara kelas, diakan otak Einstein”

Tapi apa yang dilakukan oleh Fisikawan Yahudi asal Jerman ini?

Einstein orang pertama kali melanggar aturan kaku yang telah dipercayai oleh semua ilmuwan saat itu mengenai posisi yang digambarkan dengan sangat lengkap oleh Newton melalui hukum-hukumnya tentang gerak.

Einstein dengan gamblang dan hampir tanpa rujukan pada saat itu menolak konsep Steady Stay yang dipaparkan oleh Lucassian of Physics asal Inggris, Sir Iisac Newton. Einstein menerima teori-teori ilmiah melalui pandangan realistis, sebagai kontigengsi dari objek-objek sains.

Paling tidak Einstein tidak membawa agama dalam pandangan sains-sains yang ia jelaskan, kendati demikian Einstein adalah penganut agama Yahudi.

Dasar pemikiran Einstein juga banyak dipengaruhi oleh pandangan agama. Hal ini tercermin Quotes yang sampaikan dan kini banyak dari Quotes itu ditranslate kedalam kata mutiara bahasa inggris dan tersebar luas. Hal ini membuat namanya semakin tersohor di kalangan non sainstis sebagai seorang filsuf modern abad 20.

Foto ilmuwan jadul
Albert Einstein dan Neil Bohr

Tuhanpun Enggan Berjudi Dengan Alam

Salah satu kalimat yang paling nyaring disuarakan oleh Einstein yang menjadi polemik dikalangan religius-saintis adalah penolakan terhadap teori ketidak-pastian Heisenberg yang disarkasakan dalam kalimat.

“God doesn’t play dice with the Cosmos”.

Kalimat ini tentu saja secara gamblang menunjukkan jika Einstein percaya akan adanya mahluk astral yang mengatur segala yang ada di alam semesta yakni Tuhan, berikut pula dengan silsilah keluarga Einstein yang menganut agama Yahudi.

Akan tetapi Einstein adalah seorang Filsuf bernafaskan ketuhanan (God) bukan bernafaskan religius (agama langit) seperti agama yang dianut oleh orang tuanya.

Dalam suatu kesempatan Einsten ketiak Eisnten ditanya akan kepercayaan-nya akan tuhan, Einstein menjawab jika Ia lebih percaya kepada Tuhan Spinoza (Spinoza’s God) yang menjelaskan keharmonian antara objek di alam, bukan kepada tuhan yang peduli dengan sikap baik-buruknya manusia1.

Spinoza sendiri merupakan seorang pemikir kontemporer yang sealiran dengan Isacc Newton dan Gottfried Leibniz yang menganggap tuhan itu identik dengan alam semesta. Konsep ketuhanan (GOD) dari Albert Einstein ini membuatnya dikucilkan dari komunitas Yahudi di Belanda.

Tuhan Einstein jauh lebih superior, tidak berwujud dan berwujud akan tetapi tidak berbahaya. Tuhan Einstein yakni Konsep Hukum Harmoni Ketuhanan yang tidak lain adalah alam beserta hukum-hukumnya yang mengatur alam semesta.

Pandangan filsafat Einstein tidak memberikan ruang bagi mahluk Adi Kuasa yang dapat berkelakuan bebas dan maha mengatur tanpa aturan. Tuhan Eisntein mengatur segala sesuatu lebih detail mengenai hukum sebab akibat, mengatur awal mula sama baiknya dengan akhir dari cosmos dari sebuah kekuatan yang tidak dapat diatur dan dikendalikan. Dilantunkan oleh sebuah zat yang tidak terlihat di kejauhan oleh pemain yang tidak terlihat dalam hal ini adalah yakni hukum-hukum alam.

Gambar dan foto Nebula
Nebula – Salah Satu Sudut Kecil di Cosmik yang Maha Luas

Pandangan Einstein mengenai Alam Semesta (Cosmos)

Einstein memberikan gambaran mengenai teori relativitas khusus dan umum tentang ruang dan waktu sangat berbeda dengan pandangan Fisika Klasik. Einstein memandang bahwa ruang dan waktu memiliki interaksi yang sangat erat kaitannya dengan keberadaan energi dan materi yang maha besar di alam semesta.

Akan tetapi, teori mekanika kuantum yang juga diperknalkan oleh Einstein sedikit berbeda menjelaskan mengenai fenomena kuantum yakni berkaitan dengan materi dan radiasi pada skala atom atau lebih kecil dari atom dimana ruang dan waktu bersifat passif, bahkan belakangan Hawking menjelaskan keberadaan waktu akan nihil.

Sebelum-nya, Erwin Schrödinger  sebenarnya telah memberikan gambaran yang baru mengenai fungsi gelombang. Schrödinger memperkenalkan teori partikel-gelombang, kebalikan dari teori Einstein mengenai Gelombang-partikel tentang cahaya yang membahas mengenai fenomena kuantum untuk partikel-partikel kecil.

Bohr dan Heisenberg berpadangan bahwa sains (pada masa ini) telah menggambarkan kejadian-kejadian yang ada di alam berdasarkan deskripsi realita dari si pemandang-nya. Bohr dengan tegas mengatakan bahwa tidak ada dunia qunatum, yang ada hanya deskripsi abstrak para fisikawan mengenai dunia quantum.

Heisenberg juga menyatakan bahwa yang diamati oleh manusia bukanlah alam, melainkan fenomena alam yang dipengaruhi oleh pertanyaan-pertanyaan kita sendiri tentang alam, jadi apakah alam/cosmos itu sudah dikaji oleh saintis? Tentu saja menurut Heisenberg belum.

Copenhagen sendiri menyatakan bahwa persamaan gelombang-partikel tidak benar-benar nyata ada di alam, persamaan itu hanyalah upaya manusia mematematikan fenomena kuantum melalui kode dari bahasa matematika berdasarkan fakta empirik yang dapat diamati dan ditarik kesimpulan.

Hawking sendiri dengan tegas menggunakan teori yang diperkenalkan oleh Einstein menggambarkan keberadaan alam sesuai dengan hukum-hukum alam secara micro yang di”makro”kan. Hawking berpendapat bahwa Eintein telah benar menyatakan benar bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara Energi dan Materi yang ada di alam semesta.

Hanya saja Hawking percaya bahwa hukum kekekalan energi tetap berlaku, yakni energi tidak dapat diciptakan dan tidak dimusnakan, oleh karena itu seluruh energi yang ada di alam semesta ini tidak serta muncul seperti ini diatur oleh Tuhan, namun ada implikasi dari seluruh energi yang teramati ini.

Impilkasi dari energi yang teramati disebut energi yang tidak teramati yang berseliweran diseluruh raung yang di alam semesta selanjutnya diperkenalkan sebagai Dark Energi. Jika Materi dan Energi yang teramati ini “nyata” maka harusnya ada konsekuensi yang nilainya sama besar dengan materi dan energi yang ada saat ini.

Hanya saja informasi mengenai bentuk alam semesta yang diamati oleh manusia saat ini –terlepas dari pandangan Heisenberg dan Copenhage —  berkembang senada dengan Einstein yang tidak yakin dengan Steady Stay. Oleh karena itu ada awal mula dimana semuanya tidak ada sampai akhirnya berkembang sampai saat ini, dengan catatan total energi harus mengikuti hukum kekekalan energi dengan selisih energi sebelum dan sesudah adalah nol.

Pandangan Hawking ini semakin tegas mengenai konsep ketuhanan yang ia sandingkan dengan sains setelah penemuan “God Particel” dalam kurung waktu 2011 sampai dengan 2013.

Dengan demikian satu-satu-nya yang menciptakan alam semesta ini adalah diri-nya sendiri. Hawking menggambarkan tuhan Einstein dengan baik yang jauh berbeda dengan tuhan yang maha peduli dengan tingkah laku manusia di Bumi.

Hawking pun menegaskan ketidakadaan tuhan tersebut dan digantikan oleh tuhan Einstein mengenai aturan yang berlaku di tata surya. Melalui ini pula Hawking dikenal dikalangan penganut agama langit sebagai Ateis yang terkubur ditemani dengan Tuhan Einstein-nya.

Jadi melalui ini apakah pandangan Einstein mengenai Alam sebagai tuhan segala mahluk hidup yang ada di universe lantas membuat-nya tidak bertuhan sama seperti Hawking?

Tentu saja sangat sulit mendapatkan jawaban yang Ekspilist orang yang telah mati kecuali dari pandangan-pandangan yang digaungkan oleh ketika mereka masih menghirup oksigen yang menurut mereka sendiri berasal dari ketidakadaan yang menjadi ada dengan proses kompleks.

Sumber:
1Jim Baggott (2018) What Einstein meant by ‘God does not play dice’
Stephen Hawking. (2010) The Grand Theory.
Physics and Beyond: “God does not play dice”, What did Einstein mean?. www.stmarys.ac.uk

Disclaimer : Tulisan ini tentu saja Tendesius berdasarkan Sudut pandang Penulisnya.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *