Pernah gak sih kalian merasa bosan apabila saat jam pelajaran di sekolah, tapi gak ngapa-ngapain? Luntang-lantung kesana-kemari gak jelas tanpa ada arah dan tujuan? Disuruh masuk sekolah tapi gak ada kegiatan belajar-mengajar karena bapak dan ibu guru lagi rapat sedangkan kalian memble di kelas? Menyimak curhatan teman kalian yang panjang tapi gak jelas apa yang dicurhatkan? Atau saat class meeting, bagi kalian yang memang gak berminat sama acara-acara seperti itu harus terpaksa berdiam diri di kelas.
Mendengarkan lagu melalui headphone, sampai-sampai lagunya 33 kali diputar seperti wirid sehabis sholat, berusaha untuk ditidurkan namun gak bisa tidur karena speaker di kelas sangat berisik, atau bahkan melukai diri sendiri dengan mengukir nama mantan terindah menggunakan pisau silet ke lengan kalian? Gimana sih caranya supaya bisa pulang alias cabut dari sekolah tanpa ada yang tahu bahwa kalian itu sebenarnya mau cabut? Gue punya solusinya!
Gue pernah mengalami pengalaman gaje seperti di atas waktu sekolah dulu. Kecuali yang ngukir nama mantan, gue gak pernah. Hiiyy. Merasakan kebosanan yang teramat sangat di kala hati ingin beranjak pergi dari sekolah, namun tidak diizinkan. Pikiran serta jiwa sudah di ada rumah, terbayang empuknya kasur, ademnya kipas angin sepoi-sepoi, dan mengalirnya air dingin melalui kerongkongan melepaskan semua dahaga.
Namun itu semua hanya sebatas angan-angan, karena badan masih di sekolah. Gatot! Pada saat seperti itu otak gue selalu berputar, bagaimana supaya gue bisa bebas dan pergi sejauh mungkin dari tembok beton tersebut. Alhasil, pemikiran gue gak sia-sia. Terkadang ide gila tersebut berjalan mulus, namun terkadang berujung maut. Jleb. Tanpa babibu lagi karena lo semua pasti pada penasaran, ada yang mau sekadar baca atau ada yang langsung dipraktikkan keesokan harinya. Keputusan ada di tangan lo.
Selamat membaca!
Tahapan mau kabur dari sekolah berdasarkan sisi internalnya, yaitu sebagai berikut:
1. Mantapkan Niat, Ucapkan Basmalah
Hal terpenting dari segala aktivitas yang akan kita lakukan adalah diawali dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim. Terserah apa pun aktivitasnya, kita diharuskan membaca basmalah. Tidak terkecuali mau kabur dari sekolah. Terkadang, kalau lupa baca basmalah, bisa-bisa usaha lo mau kabur dari sekolah, gak terlaksana. Be careful guys!
2. Pasang Tampang Tidak Berdosa Nan Memelas
Kemudian, pasanglah tampang muka tidak berdosa. Diusahakan dibuat-buat lemas dan melas juga. Jadi, orang-orang gak terlalu curiga, bahwa lo mau kabur. Orang-orang akan menganggap lo mau ke toilet, mau ke ruang guru, atau mau ke ruang TU (Tata Usaha). Juga, mereka akan mengasihani bahwa lo memang murid yang sedang ditimpa kesusahan.
Ilustrasi tampang tak berdosa. Sumber: kaskus.co.id
So, mereka gak akan banyak tanya seperti, “Hei, mau kemana kamu?” atau “Kamu mau kemana, hei?” Mereka akan terbersit rasa iba kepada lo, jadi mau nanya juga kasihan, toh belum ditanya saja sudah memberi jawaban, hahaha.
3. Tenangkan Hati dan Pikiran
Lanjut, ini penting banget. Kita harus tenang. Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang belum terjadi, juga jangan terlalu banyak persepsi bahwa kita nanti akan ketahuan, ketangkap basah, diomelin, dihukum, dan digebukin. Anggap saja kita lagi jalan di mall atau di pantai. Nikmati setiap langkah, jangan dibikin tegang. Kalau perlu, sambil bersenandung ria. Jadi perasaan takut dan semacamnya akan tersingkirkan oleh ketenangan yang menjalar di dalam diri kita.
4. Jangan Tengak-tengok
Oke, jika hal ini dilakukan, bisa membuat rencana berantakan. Gak usah tengak-tengok kalau memang gak ada sesuatu yang patut untuk ditengok. Misalnya, lo lagi jalan, tiba-tiba di samping kanan lo ada orang lagi ngupil, terus lo tengok. Itu bahaya banget, sebab bisa saja tepat di depan lo ada guru piket. Seketika lo bakalan kehilangan kontrol, gelapagan gak jelas, bahkan yang lebih parah pura-pura kolaps.
Ilustrasi menengok. Sumber: okezonesports.com
Contoh lain, misal kalau cowok yang mau kabur, tiba-tiba di samping kiri ada cewek bahenol nan cantik, terus ditengok, sudah gitu cowoknya malah, “Suit… suit… montok juga.” Itu sama saja bunuh diri, karena bisa saja cewek tersebut bilang, “Apaan sih lo. Eh lo kok bawa tas? Mau kabur, ya? Gue bilangin lo! Nih pak, si anu mau cabut!” Kalau sudah gitu, tak ayal lo bakal digiring ke kelas, lalu dicampakkan secara beramai-ramai. Mampus lo!
5. Fokus
Next. Kita dapat belajar pada penembak jitu. Prinsip yang mereka terapkan tidak jauh dari fokus. Fokus atau bisa disebut konsentrasi juga diterapkan pada sistem mau kabur dari sekolah. Jangankan penembak jitu, kalau lagi belajar saja kita harus fokus. Fokus yang dimaksud di sini adalah fokus yang terarah pada satu titik, yaitu bisa pulang ke rumah.
Ilustrasi fokus. Sumber: dodiejacobie.com
Misal lagi jalan, lo harus fokus ke depan, kalau di sekeliling lo ada kehiruk-pikukan, lo harus acuh tak acuh. Anggap saja lo berjalan di dunia ini seorang diri. Atau misalnya ketika mau loncat dari lantai 3, lo harus fokus ke bawah. Pijakan mana yang tepat untuk dipijak. Pilihlah pijakan yang empuk. Jika perlu di bawah sana disediakan spring bed. Kalau di bawahnya ada guru lagi jalan, terus lo langsung loncat, dan saat sampai di bawah lo menimpa guru tersebut. Itu sih, riwayat lo bakalan tamat. Hahaha.
6. Berjalan Jangan Terlalu Lambat Ataupun Tergesa-gesa
Berjalanlah sesuai norma dan kaidah yang berlaku. Jangan berjalan terlalu berlebihan, terlalu lambat, dan terlalu cepat. Jika berjalan berlebihan, nanti lo disangka caper alias cari perhatian. Jika berjalan terlalu lelet, lo bakalan mudah diketahui oleh orang di sekeliling. Contohnya lo mau kabur, tapi jalan lelet kaya keong sepuh, otomatis guru piket akan melihat, dan lo bakal disuruh masuk kelas. Atau gak malah dipanggil, tapi dipanggil buat beliin rokok, kwetiau, bahkan beliin beras sekarung.
Ilustrasi berjalan lambat/ cepat. Sumber: ieltsunlocked.wordpress.com
Jika berjalan terlalu cepat, otomatis penghuni kelas lain akan menoleh ke arah lo. Apalagi lo jalan sambil lari-lari kecil, yang menimbulkan bunyi: prak prak prak. Mereka pasti menganggap lo ada keperluan penting, jadi mereka akan bertanya, “Kok buru-buru amat?” “Siapa tuh yang lewat?” Nah, itu cukup berbahaya.
Jikalau sanggup, gak usah jalan, tapi ngambang alias gak napak. Karena menurut gue, ngambang lebih bagus daripada jalan. Kelebihannya yaitu tidak menimbulkan bunyi, kecepatan standar, dan unik. Lagian kalau pun ketahuan dengan cara ngambang, mereka akan terkagum-kagum, atau malah keburu tidak sadarkan diri. Dijamin, 90% usaha lo mau kabur dari sekolah, akan berhasil.
7. Optimis
Selama kita masih bernapas, selama itulah keoptimisan akan selalu ada. Optimis bisa diartikan sebagai percaya diri, percaya kepada kemampuan yang kita miliki, serta percaya bahwa kita akan mampu menjalaninya. Tidak berbeda apabila kita hendak cabut. Kita harus optimis. Jangan sampai kita sudah setengah tahap, tapi seketika muncul keragua-raguan yang membuat kita menjadi setengah-setengah dalam menjalaninya.
Ilustrasi optimis. Sumber: islam21c.com
Misalnya lo hendak cabut, ketika sudah di depan ruang TU, muncul keraguan yang membuat lo mondar-mandir selama 15 menit hanya untuk memutuskan, “Jadi cabut gak, ya?” “Jadi gak, ya?” “Apa gak usah, ya?” “Balik lagi jangan, ya?” Bertindak bodoh layaknya demikian, bisa membuat lo ketahuan, dan petugas TU akan bertanya, “Ngapain kamu mondar-mandir? Mau bayar SPP ya? Mari silakan masuk.”
Atau petugas TU akan bertanya, “Ngapain kamu mondar-mandir gak jelas? Daripada mondar-mandir, mending carikan bapak air rebusan cacing, anak bapak lagi sakit tifus di rumah.” Jika sudah seperti itu, angan-angan lo mau pulang ke rumah seketika lenyap tanpa suara.
8. Jangan Panik
Then, jangan panik. Biasanya kalau pemula memang suka panikan, sedikit-dikit kaki bergetar, keringat dingin, bulu kuduk berdiri, bulu kaki berdiri, bulu hidung berdiri, dan bulu-bulu yang lainnya pun ikut berdiri. Diusahakan tenang dan jangan banyak pikiran.
Ilustrasi jangan panik. Sumber: 123rf.com
Mentang-mentang di kelas sebelah guru killer lagi mengajar, terus kamu takut, saking takutnya sampai tiarap karena takut ketahuan. Santai saja guys! Justru kalau panik, maka akan mudah diterka bahwa lo lagi panik berat. Jika ketahuan bahwa lo panik, mereka akan bertanya dengan cara menyudutkan bahwa lo memang punya rencana kotor.
9. Bila Ada yang Bertanya, Jawab Seperlunya
Next. Ada pepatah yang berbunyi: malu bertanya sesat di jalan. Gak ada hubungannya ya? Oke gak apa-apa. Jikalau ada yang bertanya, entah siapa pun itu, diusahakan jawabannya harus singkat, padat, dan berbobot. Karena, bila kita menjawab panjang lebar maka akan dicurigai. Apalagi menjawab panjang lebar sehingga tidak sesuai dengan konteks yang ditanyakan.
Misal guru piket bertanya, “Mau kemana, kamu?” Jawab saja, “Mau ke kamar mandi, Pak.” Lalu dia nanya lagi, “Kok bawa tas?” Jawab saja, “Iya Pak, saya mau mandi. Habisnya gerah, jadi harus pake handuk.” Kalau sudah memberi jawaban seperti itu, guru piket akan 50% percaya – 50% tidak.
Contoh lain, apabila ditanya satpam. Satpam bertanya, “Mau kemana, Dek?” Jawab saja, “Mau ke kantin, Pak.” Dia nanya lagi, “Kok, bawa tas?” Jawab saja, “Oh, ini buat teman-teman yang nitip makanan dan minuman, Pak.” Kalau sudah begitu, satpam akan percaya-percaya saja.
Ilustrasi menjawab seperlunya. Sumber: ashaleaderpubs.org
Contoh lain, jika ditanya oleh penjaga sekolah/ petugas kebersihan sekolah. Penjaga sekolah tanya, “Hei, mau kemana?” Jawab saja dengan enteng, “Mau ke ruang guru, Beh.” Dia nanya lagi, “Kok, bawa tas segala?” Jawab saja, “Yaelah si Babeh, kan mau nyerahin tugas. Tugas banyak nih Beh, seabrek.” Seketika itu juga, lo gak akan dicurigai.
Hal yang agak sukar adalah ketika ditanya sama teman sekelas. Misalnya ditanya sama teman cewek yang agak resek, “Eh, lo mau kemana? Kok bawa tas? Lo mau cabut, ya?” Jawab saja dengan yakin, “Cabut? Tampang alim kayak gue gini mau cabut? Salah minum obat, lo.” Terus dia balas, “Lah, itu buktinya. Gue laporin lo, ke kepala sekolah.” Nah, kalau sudah seperti itu, otomatis keyakinan lo untuk cabut jadi goyah.
Diupayakan untuk tetap tenang bila mengalami kejadian seperti di atas. Jika ditanya sama teman cowok, maka beda lagi. Misal teman lo nanya, “Mau kemana lo, bawa-bawa tas? Mau cabut lo, ya?” Jawab saja, “Yoi Bro, lo mau ikut?” Paling mereka jawab, “Gue ikut dong.” “Gue juga.” “Gue juga dong.” Tapi ya tergantung mereka juga sih. Bisa jadi keesokan harinya lo dihukum karena ada yang melapor atas tindakan berencana lo itu.
10. Jangan Gugup
Selanjutnya, jangan gugup. Seperti yang sudah dipaparkan poin-poin sebelumnya, lo harus rileks. Layaknya seorang striker, apabila ia ingin menceploskan bola ke gawang lawan, ia harus tenang serta yakin pada sasaran. Tidak jauh berbeda kalau lo mau cabut.
Ilustrasi jangan gugup. Sumber: memegenerator.net
Contohnya adalah ketika lo sudah punya niatan kuat buat cabut, tapi ketika kaki mulai diayun, tiba-tiba kaki lo gemeteran karena saking takutnya, dan tiba-tiba ngesot. Jelas dong, kalau sudah gitu malah mencelakai diri lo sendiri.
11. Bila Berhasil, Ucapkan Hamdalah
Jikalau poin satu di atas adalah kita diharuskan membaca basmalah, maka poin yang terakhir kita diharuskan membaca hamdalah. Ketika lo sudah berhasil cabut dari sekolah, diupayakan jangan terlalu jemawa, tapi bersyukurlah. Karena kita gak akan tahu kalau nanti ketahuan, digiring ke kantor kepala sekolah, orangtua dipanggil, kemudian diskorsing, uang bekal dikurangi, dan fasilitas gak ditunjangi. Gimana? Gue yakin lo semua kalau sudah kayak begitu, bakal nangis meraung-raung memohon ampunan-Nya. Jadi, jangan lupa ucapkan alhamdulillah….
***
Adapun berbagai macam cara jitu untuk kabur dari sekolah, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Tenteng Tas Berlawanan dengan Guru Piket
Kenapa cara ini gue taruh di posisi pertama? Karena cara inilah yang pernah gue praktikkan pada masa sekolah dulu dan alhamdulillah berhasil. Gue pakai cara ini ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Namun, saat itu guru sedang rapat dan beberapa kelas menjadi nganggur. Kesempatan tersebut tidak gue sia-siakan untuk pulang lebih awal. Awalnya gue sempat ragu-ragu, karena kebetulan, hari sedang hujan. Tapi, dikarenakan gue sudah bete banget dan gak tahu mau ngapain lagi di kelas, ya sudah, gue nekat terobos hujan.
Segera gue ambil tas lalu diam-diam keluar kelas tanpa sepengetahuan teman-teman. Gue tenteng tas di samping kanan, karena di samping kiri adalah kelas-kelas yang nasibnya sama kayak kelas gue: nganggur. Jadi dari penglihatan mereka, gue dikiranya gak bawa apa-apa, mungkin mereka kira gue mau ke toilet.
Ilustrasi menenteng tas berlawanan. Sumber: tribunstyle.com
Setelah berhasil dari tahapan pertama yaitu melewati koridor kelas, gue turun ke lantai 1. Nah, di lantai 1 terdapat beberapa guru piket di seberang kiri. Jadi gue gak merubah posisi tas. Sebetulnya mereka melihat gue lagi jalan, tapi kenapa gak dipanggil? Ya iyalah, karena dari penglihatan mereka, gue gak bawa apa-apa dan cuma bawa badan.
Setelah tahap kedua berhasil, muncul tahap ketiga, yaitu satpam di tempat parkiran. Awalnya pak satpam nanya ke gue, “Udah pulang, Dek?” Gue jawab sekenanya, “Sudah, Beh.” Padahal, belum jam pulang. Bel pulang sekolah saja belum berbunyi. Ketiga tahapan sudah dilalui, maka gue dinyatakan berhasil. Gue tinggal jalan ke depan gerbang, lalu sms nyokap supaya dijemput. Hohoho. Enaknya jadi gue.
2. Lompat dari Lantai 2, Kalau Berani dari Lantai 3 Juga Boleh
Mungkin cara ini paling disukai oleh siswa yang mempunyai hobi terjun bebas, terjun payung, dan paralayang. Cara ini dipakai jika di beberapa koridor sekolah terdapat orang-orang resek. Mau gak mau lo harus ke jendela kelas, siapkan nyali, dan loncat. Biasanya, kalau mau loncat dari lantai terendah terlebih dahulu.
Ilustrasi melompat. Sumber: psychologytoday.com
Namun jika ingin mendapatkan sensasi lebih, lompat dari lantai teratas. Tapi jangan kaget jika sudah sampai di bawah salah satu tulang ada yang geser. Diusahakan jangan berteriak, “Aaaaaa…!” Karena hal itu akan memancing siswa-siswi lain. Apalagi teriak, “Aaaa… uuu… ooo… uuu… ooo…!” Sebab lo bukan tarzan, apalagi simpanse. Kalau lo teriak, maka bukan tidak mungkin murid lain akan menoleh ke luar jendela. Seketika itu juga lo akan ketahuan.
3. Melempar Tas, Lalu Disusul Dengan Orangnya
Sama seperti poin di atas, yaitu lompat. Tapi kalau poin sebelumnya adalah lompat sambil memakai tas, maka di poin ketiga ini tas dulu, baru orangnya. Gak mungkin banget kalau yang lompat lo duluan. Karena tas gak mungkin lompat sendiri. Masa lo harus teriak ke murid lain, “Woi! Lemparin tas gue, dong!” Bisa saja cara seperti itu akan berhasil, tapi tak ayal siswa lain juga akan terpancing akan lolongan lo.
Ilustrasi melempar tas. Sumber: tempo.co
Tahapannya tidak jauh berbeda dari poin sebelumnya; yaitu siapkan keberanian, lompat lewat jendela kelas, lempar tas, dan loncatlah sesuka ria. Dipastikan tas lo akan selamat. Tapi, gue gak bisa memberi kepastian kalau lo juga bakalan selamat. Tas lo mungkin cuma kotor, tapi lonya pengkor.
4. Pura-pura Sakit
Menurut gue cara ini basi, terkesan kuno, dan kolot. Mengapa demikian? Sebab, cara seperti ini sudah banyak dipraktikkan oleh murid lainnya. Terkesan kurang menantang dan cemen. Iya, masa sedikit-dikit bilang, “Pak/ Bu saya sakit, saya minta izin pulang ke rumah.” Padahal berbicara seperti itu sudah sampai 29 kali selama sebulan.
Ilustrasi pura-pura sakit. Sumber: wikihow.com
Lebih parahnya lagi ditambah, “Aduh Pak/ Bu, kayaknya saya sakit perut. Saya mau pulang saja, boleh ya?” Mereka jawab “Ya sudah, kamu boleh pulang.” Lalu tanggapan lo malah, “Yes! Makasih ya, Pak/ Bu.” *sambil jingkrak-jingkrakan*.
Jika terlalu sering memakai cara ini, maka kedok lo akan ketahuan mamen. Berkreasilah secara jernih, masih banyak cara yang oke untuk memuluskan rencana kotor. Salah satunya di bawah ini.
5. Pura-pura Mengantar Teman yang Sakit ke Rumahnya
Berbeda dengan poin sebelumnya, kali ini lo cuma antar teman yang sedang sakit. Jadi, lo gak harus pura-pura sakit, yang harus dilakukan adalah bersedia tanpa pamrih menolong teman lo tanpa mengharapkan imbalan apapun. Tapi, cara ini mungkin akan sangat jarang dilakukan, karena gak mungkin apabila setiap hari salah satu teman ada yang sakit.
Ilustrasi pura-pura mengantar teman yang sakit. Sumber: tribunnews.com
Masa iya, lo harus bujuk teman lo supaya sakit? Jadi, jika ada teman lo yang sakit, berbaik hatilah kepadanya dengan maksud menolong dan ingin pulang lebih awal. Misalnya, “Pak/ Bu teman saya sakit, dia mau pulang. Ada baiknya saya antarkan ke rumahnya.” Maka bapak/ ibu guru akan menjawab, “Ya sudah, hati-hati di jalan.” Kalau sudah dikasih jawaban kayak gitu, lo dinyatakan berhasil. Tapi kalau jawabannya, “Ya sudah, tapi kamu jangan bawa tas, nanti balik lagi ke sini.” Maka lo dinyatakan gagal.
6. Pura-pura Jenguk Teman yang Sedang Sakit
Cara ini biasanya dilakukan secara berkelompok, sekitar 6–8 orang. Jadi, rencana ini termasuk rencana kotor kongkalikong. Sangat jarang apabila ada murid ingin menjenguk teman yang sedang sakit hanya seorang atau dua orang. Karena, jika hanya seorang atau dua orang, bakalan gampang terbaca oleh guru piket bahwa lo cuma speak dan mau cabut. Lumrahnya, cara ini dipakai oleh sekawanan murid-murid loyal, setia kawan, dan sudah jenuh banget sama suasana sekolah.
Ilustrasi jenguk teman yang sakit. Sumber: tribunnews.com
Karena niatnya memang mau jenguk teman yang sakit, tapi gak balik lagi ke sekolah dan malah langsung pulang ke sarang masing-masing. Seandainya memang ada teman yang sakit parah, misalnya gak masuk sudah hampir tiga minggu, itu merupakan kesempatan bagus bagi murid yang memiliki rencana kotor. Sebab, selama tiga minggu itulah mereka bisa mendapatkan izin ke luar sekolah dan selama tiga minggu itulah mereka bisa langsung pulang ke rumah.
7. Pura-pura Jadi Sahabat Karib Teman yang Sedang Sakit
Hampir sama dengan poin di atas. Tapi bila ditelaah lebih lanjut, sangat berbeda. Jika poin di atas menjenguk teman yang dikenal oleh penjenguk, tapi di poin yang ketujuh ini sama sekali gak kenal, bahkan gak tahu namanya. Cara ini memang terbilang cukup ekstrem serta menantang. Ya, karena kita gak tahu siapa orang yang akan kita jenguk.
Ilustrasi pura-pura jadi sahabat teman yang sakit. Sumber: trivia.id
Misal, ada sekawanan murid kelas XII A ingin menjenguk teman mereka yang sedang sakit, sedangkan lo dari kelas XII F. Mereka sedang meminta izin ke guru piket untuk diperbolehkan menjenguk teman mereka. Nah, selagi mereka berunding, di situlah terdapat kesempatan emas. Lo samperin aja mereka, terus nyempal-nyempil atau berdiri paling belakang dan rapatkan barisan. Tapi, harus hati-hati. Karena bisa saja lo ketangkap basah.
Contohnya seperti ini; guru piket bilang, “Jadi, semuanya ada 7 orang ya? Ya sudah, boleh. Tapi, saya hitung dulu.” Saat guru piket menghitung kembali siswa yang akan izin dan nyatanya ada 8 orang termasuk lo, maka guru piket pun bertanya, “Kok, ada 8 orang? Padahal di kertas 7 orang?” Seketika itu juga mereka akan saling berpandangan satu sama lain dan lo yang paling belakang di antara mereka akan dipandang oleh 8 orang. Kok 8 orang? Ya iyalah, kan sama guru piket. Siap-siap dijeweeer!
8. Pura-pura Mau Survei ke Tempat PKL
PKL yang mempunyai kepanjangan Praktik Kerja Lapangan adalah suatu kegiatan yang pasti akan dilakukan ketika kelas dua SMK. Karena gue lulusan SMK, jadi merasakan masa-masa PKL. So, tahapan ini mungkin bisa dipraktikkan buat lo yang sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan, mamen. Tidak dapat dipungkiri, tahapan ini termasuk efektif. Sebab, periode mencari tempat PKL berkisar satu bulan. Jadi, selama satu bulan itulah lo bisa pulang lebih awal.
Ilustrasi PKL. fajarbali.co.id
Tapi jangan keenakan, mentang-mentang bisa pulang lebih awal, urusan PKL jadi terbengkalai. Soalnya, PKL itu penting bagi siswa-siswi yang ingin merasakan dunia kerja. Janganlah pulang ke rumah dulu, baru cari tempat PKL. Tapi usahakan mencari tempat PKL terlebih dahulu, baru pulang ke rumah.
Tahapan ini dilakukan secara berkelompok, sekitar 4–8 orang. Tapi ada juga yang sendiri, tergantung minat masing-masing. Bagi gue, tahapan ini lumayan gampang karena guru piket jarang bertanya, “Kok, bawa tas?” atau “Nanti ke sini lagi.” Biasanya jika sudah minta izin mau mengurus tempat PKL, bawa tas akan diperbolehkan. Namun, tergantung jarak tempuh tempat PKL. Kalau tempat PKL dekat dari sekolah, ada kemungkinan disuruh belajar lagi di kelas tercinta. Pengalaman yang pernah gue alami sih gak begitu, gak tahu teman-teman yang lain.
9. Pura-pura Mau Ikut Lomba Antarsekolah
Cara ini mungkin sedikit nyeleneh. Nyeleneh apabila ada siswa yang memang tidak mempunyai bakat dan minat serta tidak ada semangat juang untuk berkompetisi dengan siswa lain. Namun, malah ikut berpartisipasi dengan mengikuti lomba antarsekolah hanya untuk pulang lebih awal! Oh, nooo!
Bisa dibilang licik, namun cerdik. Misalkan lo berpura-pura jago di bidang olahraga, semisal olahraga basket. Padahal, lo-nya sendiri gak bisa main basket, bahkan sama bola basketnya pun alergi. Biasanya kalau mau ikut lomba, pasti ada saja peralatan yang belum dibawa, kelupaan, ketinggalan, atau memang sengaja ditinggal.
Ilustrasi pura-pura ikut lomba. Sumber: elegantthemes.com
Contohnya seperti, “Pak/ Bu saya izin, mau ambil sepatu basket di rumah.” Guru piket menjawab, “Ya, sudah.” Jika respons guru piket kayak begitu, dipastikan berhasil. Tapi jika jawabannya, “Ya sudah, tapi ingat jangan bawa tas! Nanti ke sini lagi dan kamu harus bisa memberikan perlawanan sengit kepada lawan-lawanmu yang akan dihadapi nanti. Kamu juga harus menjuarai serta membawa pulang piala ke sekolah kita tercinta ini, mengerti?!”
Saran gue, lo harus jawab, “Oh gitu… ya sudah mulai detik ini saya mengundurkan diri.”
10. Pakai Tirai Sekolah
Cara ini biasa dipakai oleh sebagian siswa-siswi yang sangat senang membaca dongeng Pangeran Menyelamatkan Putri atau dalam bahasa Inggrisnya The Prince Help The Princess. Lazimnya, orang-orang yang memiliki fantasi tinggi sering menggunakan cara ini. Karena, mereka beranggapan sedang berada di dunia dongeng. Namun, tidak setiap kelas mempunyai tirai. Ada juga kelas tanpa tirai, tanpa sekat, bahkan tanpa jendela, ekstrem memang.
Ilustrasi tirai. Sumber: realsimple.com
Buat gue, poin ini lumayan berbahaya, apalagi kalau tirainya rapuh dan mudah putus. Contoh, lo dan kawan-kawan mau cabut berjamaah dan kebetulan ada tirai sekolah lusuh melambai-lambai terkena angin seakan-akan memanggil, “Kemarilah… mau pulang gak…?” kemudian, lo dan kawan-kawan segera mengikat tirai ke salah satu meja kelas.
Setelah itu, tirai dijatuhkan ke luar jendela dan lo serta kawan-kawan turun beramai-ramai. Dikarenakan bobot berat badan masing-masing siswa lumayan berat, maka meja tidak kuat menahan beban. Seketika itu juga kalian akan jatuh bersama dengan tirai… dan meja. Bruk!
11. Sok Aktif
Menurut gue, tahapan ini digunakan bagi orang-orang yang aktif di organisasi, seperti OSIS, PMI, PASKIBRA, dan lain-lain. Cara ini juga tidak terlalu dicurigai oleh guru, guru piket, dan juga teman-teman. Kenapa? Karena tahapan sok aktif layaknya fatamorgana. Jadi, orang lain melihat kita sangat aktif. Padahal, nggak sama sekali. Tahapan ini gak harus digunakan bagi orang yang aktif saja, bisa juga dipraktikkan bagi siswa yang super memble. Iya, apa susahnya berpura-pura aktif? Anggap saja sedang mengasah kemampuan akting (bagi yang suka akting).
Ilustrasi pura-pura aktif. Sumber: karriere.at
Misal, beberapa hari ke depan akan diadakan lomba puisi antarkotamadya. Nah, lo harus inisiatif bagaimana caranya supaya bisa ikut serta dalam lomba puisi tersebut. Kalau lo sudah ikut serta, ada banyak alasan-alasan bagus yang sudah dikantongi. Misalnya, lo akan mendata setiap siswa yang mau lomba dengan cara mendatangi sekolah-sekolah di setiap kotamadya. Sudah pasti lo akan izin keluar dengan alasan: ingin mendata setiap siswa atau ingin memantau mereka.
12. Sok Sibuk
Tidak jauh berbeda dengan tahapan di atas. Akan tetapi, yang dimaksud dalam tahapan ini adalah sibuk, bukan aktif. Menurut gue; aktif sudah pasti sibuk, sedangkan sibuk belum tentu aktif. Jadi, berpura-puralah sibuk di depan orang banyak walau gak ada acara atau kepentingan yang dianggap penting. Sibuk juga menandakan bahwa lo siswa yang smart, kompeten, dan cerdas.
Ilustrasi pura-pura sibuk. Sumber: colourbox.com
Misalnya, di sekolah lo ada acara yang membutuhkan speaker. Kebetulan lo juga merangkap sebagai tukang reparasi speaker-speaker untuk acara semisal kondangan. Oleh sebab itu, lo pasti akan dibutuhkan dan diandalkan mereka. Bilang saja begini, “Pak/ Bu, saya izin mau ambil speaker di rumah.” Lantas mereka jawab, “Tapi nanti ke sini lagi, ya?” Lo jawab, “Iya Bu/ Pak, saya kan mau ambil speaker.” Saran gue, usahakan lo ambil speakernya saja dan gak usah sama colokannya, supaya nanti lo bisa izin lagi.
“Pak/ Bu maaf sebelumnya, saya khilaf. Colokannya ketinggalan.” Mereka jawab, “Haduuhh… ya sudah, sana!” Jika mereka jawab seperti itu, maka lo dinyatakan berhasil. Kemungkinan paling buruk yaitu lo jadi buron karena tidak kunjung datang membawa colokan speaker dan akan menjadi bulan-bulanan pihak sekolah di kemudian hari. Jangankan kemudian hari, keesokah harinya juga lo sudah menjadi butiran debu. Habis tak tersisa.
13. Kelabui Satpam/ Penjaga Sekolah
Sebenarnya, mengelabui satpam/ penjaga sekolah tidak sesusah seperti apa yang dibayangkan orang. Terlebih satpam/ penjaga sekolahnya oneng alias oon. Tahapan ini juga pernah gue praktikkan ketika sekolah dulu, satu paket dengan poin pertama di atas. Tapi tergantung pada satpamnya sendiri; ada yang acuh tak acuh dan ada pula yang sangat ketat seperti stocking emak-emak.
Bagi kalian yang bersekolah dan dijaga satpam oneng, maka kalian sangatlah beruntung dianugerahi seorang malaikat terpilih dari Tuhan Yang Maha Pemberi. Namun, bagi kalian yang bersekolah dan dijaga satpam ber-stocking emak-emak, maka kalian sangatlah terhina dianugerahi seorang malaikat penjaga pintu neraka.
Ilustrasi satpam sekolah. Sumber: citragrandsenyiurcity.com
Misalnya, lo mau cabut dan kebetulan sedang dijaga oleh satpam oneng. Satpam oneng tanya, “Hei Dek, mau ke mana?” Lo jawab, “Mau jajan, Beh.” Satpam oneng tanya lagi, “Kok, jajan bawa-bawa tas?” Terus lo jawab, “Iya Beh, Bude kantin titip keresek sama gue.” Maka dia akan menjawab, “Oh… iya deh.” Tandanya, lo berhasil.
Akan tetapi jika yang berjaga adalah satpam stocking (ketat), maka tidak akan semulus seperti satpam oneng. Satpam stocking tanya, “Hei Dek, mau ke mana kamu?” Lalu lo jawab, “Mau jajan, Beh.” Dia tanya lagi, “Kenapa bawa tas? Mau cabut kamu? Hah?!” “Ng… nanti saya jajannya banyak. Jadi kalau gak muat bisa dimasukin ke dalam tas, Beh.” Satpam stocking menjawab, “Kan pakai keresek bisa.” “Iya sih, tapi lebih enak pakai tas, Beh.” “Hmmm… saya kurang percaya. Ya sudah, tapi kamu saya antar. Ayo jalan!” “I… iya Beh.” Jika sudah seperti itu, saran gue mending lo beli stocking dan kasih ke satpam stocking sambil bilang, “Ini Beh, stocking dari gue! Biar lebih ketat!”
14. Pencet Alarm Sekolah
Tahapan ini bisa dibilang agak berbahaya buat kalian yang bermental oncom. Sebab, butuh kepandaian dan keberanian yang mumpuni untuk bisa memencet alarm sekolah. Kalian bisa belajar bagaimana memencet alarm sekolah dengan baik dan benar dari game Bullworth Academy atau yang lebih dikenal Bully. Terlebih bagi yang dulunya suka iseng memencet bel tetangga, lalu kabur secepat kecepatan cahaya pasti sudah gak canggung lagi, karena punya pengalaman.
Risiko dari tahapan ini adalah mungkin lo ketahuan saat memencet alarm oleh pihak sekolah yang pada akhirnya lo akan diteriaki, “Woi! Iseng banget ya!” atau “Woi kampret! Anak siapa lo?!” Kalau gak mau diteriaki, cobalah cara seperti ini; pertama adalah mengecek situasi dan kondisi, apakah sudah aman atau belum.
Ilustrasi alarm sekolah. lockerdome.com
Jika belum aman atau situasi masih belum kondusif, lebih baik tahan dulu niatan picik tersebut. Tunggu sampai aman atau situasi dan kondisi kondusif. Jika sudah, berjalanlah santai menuju alarm sekolah, lalu secepat cahaya tangan lo segera memencet/ menggeser/ menyentuh/ menonjok bahkan menjilat alarm sekolah: kriiiiiiiinggg!
Maka, para siswa-siswi akan berhamburan keluar kelas sambil berteriak histeris, “Decepticon akan menyerang kita! Tidak! Tamatlah riwayat kita!” Tidak ketinggalan, lo selaku pelaku alias biang kerok ikut-ikutan berteriak, “Cepat pulang ke rumah masing-masing kawan! Sop buntut di rumah sudah dingin!” Selagi berteriak histeris jangan joget-joget, jangan cengar-cengir, apalagi ngakak seperti, “Hak hak hak! Akhirnya gue pulang! Yes!” Pasanglah muka kecewa, panik, serta kejang-kejang supaya orang lain tidak curiga kepada lo. Mengerti?
15. Cabut Berjamaah
Berjamaah dapat diartikan bersama-sama, beramai-ramai, berbondong-bondong, berbarengan, together, dan berpelukan. Sorry, kalau berpelukan kayaknya nggak deh. Cabut bisa diartikan menarik dan mengambil sekuat tenaga, tapi anak-anak kekinian cabut diartikan pergi, beranjak, dan kabur. Menurut gue, yang paling aneh adalah cabut= kabur. Gak etis banget.
Mungkin akan sangat konyol ketika lo sedang berwisata ke daerah pertanian, lalu lo menghampiri bapak-bapak yang sedang memanen hasil panennya dengan berkata, “Pak, boleh saya kabur umbi-umbiannya?” Maka, detik itu juga si bapak akan bergumam, “Kampret! Gue panen susah-payah, malah mau dibawa kabur.”
Tapi kali ini, gue gak akan membahas umbi-umbian. Karena sudah jelas tema yang diusung adalah tips dan trik cabut dari sekolah, bukan tips dan trik bawa kabur umbi-umbian. Let forget it. Tahapan ini bagi gue sangat berbahaya, jangan ditiru, tapi asik. Kenapa asik? Karena kita bisa saling sharing bagaimana cabut yang benar ketika lo dan kawan-kawan sedang cabut berjamaah. Jadi, cabut sekalian ngobrol tentang cabut. Jangan puyeng ya readers, hehehe.
Ilustrasi cabut berjamaah. Sumber: bernas.id
Keuntungan lainnya adalah lo gak merasa sendiri bahwa lo itu salah, karena teman-teman lain juga salah. Istilahnya lo ada yang menamani. Bahkan kalaupun lo ketahuan dan dihukum, gak terlalu berat-berat amat. Sebab yang dihukum beramai-ramai. Guru pun mungkin akan berdecak karena kesal atau berdecak karena kagum. Kesal karena murid-muridnya bandel, kagum karena mereka kompak.
Cara ini mengindikasikan bahwa lo dan kawan-kawan sangatlah erat, tenggang rasa, dan mempunyai jiwa solidaritas tinggi. Akan tetapi, diusahakan jangan sampai ketahuan. Namun rasio untuk tidak ketahuan hanya berkisar 5%. Mengapa sedikit? Karena kalian cabut berbondong-bondong.
Saran gue lo pada boleh menggunakan cara ini ketika guru sedang rapat, tidak ada guru, tidak ada penjaga sekolah, tidak ada satpam, serta tidak ada tanda-tanda aktivitas pengajaran yang sedang berlangsung. Selain daripada itu, mungkin kalian akan ketangkap basah dan akan dihukum kayang sambil melompati lingkaran api.
Apabila kita ketahuan atau gagal total, maka yang perlu kita lakukan adalah seperti di bawah ini:
1. Berpura-pura Ingin ke Toilet
Saat lo ketahuan mau cabut, maka hal yang harus dilakukan adalah berpura-pura ingin ke toilet. Menurut gue alasan kampret ini cukup banyak dipakai oleh siswa yang bego/ gagal mau cabut. Cara ini cukup praktis nan ekonomis di kalangan para siswa, karena bisa dibilang alasan basi. Kenapa alasan basi? Karena dibenak setiap siswa yang ingin kabur dari sekolah pasti selalu ada alasan-alasan jadul apabila mereka terpergok mau cabut, salah satunya yaitu berpura-pura ingin ke toilet.
Ilustrasi toilet. Sumber: flaticon.com
Contohnya ketika lo mau cabut, tiba-tiba dari arah berlawanan datang guru/ guru piket/ wali kelas/ kepala sekolah/ wakil kepala sekolah yang bertanya, “Hayo, mau ke mana kamu?! Mau kabur ya?!” Maka jawaban praktis pun harus dilontarkan dengan lantang, “Mau ke kamar mandi Pak/ Bu.”
Tapi sialnya, ketika lo melontarkan alasan basi tersebut, tidak sadar bahwa lo sedang membawa tas. Guru menimpali, “Mau ke kamar mandi kok bawa tas? Bohong kamu!” Lo balas saja, “Iya Pak/ Bu, soalnya di dalam kamar mandi saya dan teman-teman mau belajar kelompok.” Nah, sesudah itu cepat-cepatlah lo masuk ke kamar mandi dan berkata, “Halo teman-teman! Ih! Eeknya siapa nih?! Kena pensil gue!” Maka guru pun akan bergidik ngeri.
2. Berpura-pura Ingin ke Kantin
Alasan yang nggak kalah basi adalah berpura-pura ingin ke kantin. Cara ini dipakai sekitar 60% siswa-siswi yang terpergok mau cabut dan terpilih sebagai cara kedua yang sering digunakan berdasarkan pemikiran gue. Biasanya, cara kedua ini digunakan ketika siswa-siswi terpergok di samping ruangan TU (Tata Usaha), koridor depan, dan di tempat parkir yang kebetulan di sampingnya ada kantin.
Ilustrasi pura-pura ke kantin. Sumber: cars.co.uk
Menurut gue, kantin adalah sarana perlindungan yang cukup aman bagi siswa-siswi yang mempunyai niat licik, misal mau cabut. Juga, kantin merupakan alasan tepat dan tempat yang paling dimaklumi bagi setiap guru di berbagai belahan dunia, bukan belahan pantat loh ya. Mengapa? Karena setiap guru memaklumi siswa-siswi yang ingin makan atau kelaparan karena didiagnosa tiga hari sebelumnya sedang menjalani heavy diet. Maka pihak guru pun mengimbau segeralah makan, karena nanti takutnya malah mati kelaparan di sekolah yang menyebabkan pihak sekolah merasa dirugikan.
Contohnya ketika lo kepergok mau cabut dan guru bertanya, “Mau ngapain? Kok bawa tas? Kan belum waktunya pulang?” Lo jawab, ”Ng… mau ke kantin Pak/ Bu, hehehe.” Guru merespons, “Ya sudah, kalau mau ke kantin gak usah bawa tas.” Lo balas, “Saya mau sekalian belajar kelompok bareng sama mbak-mbak es kelapa muda. Soalnya dia itu mantan peraih olimpiade matematika tingkat provinsi.” Mungkin guru pun akan bergumam aneh, “Kok bisa, peraih olimpiade matematika banting setir jadi tukang es kelapa muda?” Lo pun ikut bergumam, “Kok bisa itu guru percaya, wok wok wok….”
3. Balik Badan, Lalu Pejamkan Mata
Tahapan ini adalah tahapan yang sering digunakan oleh siswi nakal tipikal penggoda dengan hasutan mematikan ular kobra. Kok, kayak discovery channel ya? Tentu, karena gak mungkin banget kalau cowok pakai cara ini, gak gentle mamen. Masa cowok ketahuan mau cabut terus balik badan serta memejamkan mata? Ih, gak banget! Karena cara ini kesannya cute, menggemaskan, dan agak alay.
Sebagai cowok, kalaupun ketahuan mau cabut mending dihukum sekalian, itu baru gentlemen. Daripada memejamkan mata terus lalu terbirit-birit seperti penari balet, iyuh. Juga, tahapan ini dipakai bagi kalangan siswi yang memang cuma iseng mau merasakan: gimana sih rasanya jadi anak yang agak bandel?
Ilustrasi memejamkan mata. Sumber: carolina almeida on deviantart.com
Misal, siswi X sedang berjalan di koridor sekolah dengan maksud mau pulang lebih awal. Tanpa disadarinya, di depan ada satpam yang rada ganjen bertanya diselipi pertanyaan menggoda, “Neng, mau ke mana Neng? Mau kabur, ya? Kok jalannya buru-buru gitu? Mau abang bopong biar lebih cepat?” Jujur, kalau gue punya cewek dan digoda kayak gitu, gue ajak ribut satpamnya di lapangan. Dia tangan kosong dan gue pakai pecut kuda lumping.
Karena siswi X merasa takut akan pertanyaan satpam tersebut, dia pasti membalikkan badannya seraya memejamkan mata dan berkata dalam hati, “Kampret! Ketahuan! Ya Tuhan, tolong aku dari ancaman dedemit itu…. Aku janji gak akan kabur lagi….” Lalu mengucapkan istigfar 33 kali.
4. Ucapkan “Iya Pak Atau Iya Bu”
Tahapan selanjutnya adalah mengucapkan dua kata saja yakni: iya pak atau iya bu. Tahapan ini bisa dibilang tahapan bagi para siswa-siswi yang malas mikir. Jadi, perkataan yang akan mereka ucapkan tidak jauh dari: iya. Karena kalau menjawab “nggak”, takut disangka melawan ibu dan bapak guru.
Contohnya, lo ketangkap basah mau kabur oleh ibu guru seraya dia menghardik lo dengan hujaman tidak senonoh seperti, “Mau kabur lagi ya, kamu?! Dasar gak tahu diuntung! Sudah sekolah di sini! Mana SPP belum bayar! Ini malah mau kabur! Balik lagi sana ke kelas!”
Ilustrasi iya pak, iya bu. Sumber: memegenerator.net
Lo menjawab, “Iya, Bu….” dengan nada yang datar dan begitu alami. Awas, jawabnya jangan, “Njeh, Bu….” Karena biasanya di beberapa sekolah menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, atau bahkan nanti malah gurunya tersinggung karena yang dia dengar adalah, “Njing lo, Bu….” Bisa berabe urusannya, guys.
Kemudian, jangan sampai lupa menyisipkan kata “bu” dan “pak” di akhir kalimat. Contohnya, bapak guru membentak, “Kamu lihat tuh teman-teman kamu, mereka semangat belajar! Gak kayak kamu! Malas-malasan! Tiap hari pasti mau kabur! Ayo sana ke kelas!” Lo refleks jawab, “Iya, Bu.” Dipastikan bapak guru menghardik lo lebih keras dengan berucap, “Bu?! Kamu jawab… Bu?! Memangnya, saya lekong?!” Parahnya, lo malah menjawab dengan perkataan yang sama, “Iya, Bu. Maaf, Bu.” Seketika itu juga bapak guru tersebut mengundurkan diri dari sekolah di mana ia mengabdi.
5. Cengengesan
Apa yang kalian pikirkan tentang cengengesan? Gak tahu malu, cengar-cengir, kikuk, gaje (gak jelas), garing, atau kesambet? Menurut gue, cengengesan adalah ketika seseorang berbuat kesalahan atau keteledoran dan dia berusaha menyeringai dengan maksud supaya lucu, dapat dimaklumi, atau mengandung pesan: saya memang salah, maafkanlah saya.
Ilustrasi cengengesan. Sumber: partyexcuses.com
Ya, di dunia persekolahan cengengesan bukanlah hal yang tabu. Cengengesan banyak dilakukan oleh siswa-siswi yang membuat suatu keteledoran kecil hingga fatal. Tidak berbeda ketika lo ketahuan mau cabut, pasti ada saja para siswa-siswi yang cengengesan. Mereka berbuat demikian karena saking nge-blanknya otak mereka sehingga tidak ada lagi sepatah dua patah yang akan mereka keluarkan dari mulut mereka. Jadi, mereka sudah gugup banget. Maka, hal yang akan ditunjukkan adalah dengan menyeringai selebar-lebarnya.
Contohnya lo ketangkap basah oleh kepala sekolah ketika lo sedang tiarap karena takut ketahuan olehnya. Dia berkata, “Heh heh! Itu kok bawa tas segala? Mau ngapain? Sana balik lagi ke kelas!” Karena kaget ditegur kepala sekolah yang mempunyai jabatan tertinggi di sekolah, lo pun panik dan cuma ngomong, “Eheheh… eheheheh… nggak… Pak… mau… eheheheheh… eheheheheh….” Terus eheheheh sampai bel pulang berbunyi.
6. Sok Ramah
Tahapan kali ini setidaknya lebih bermutu daripada tahapan di atas. Tahapan yang bisa disebut SKSDSR ini (sok kenal sok dekat sok ramah) terbilang jarang digunakan oleh siswa-siswi yang ketahuan mau pulang duluan. Lebih bermutu, karena menurut gue terkandung rasa hormat serta sopan santun di dalamnya.
Ilustrasi ramah (humble). Sumber: kendrick lamar on youtube.com
Misalkan saat lo celingak-celinguk di koridor sambil menenteng tas, lalu di belakang kebetulan ada wali kelas menegur, “Hei, Nak! Mau ke mana kamu?!” Otomatis, reaksi lo kaget. Jawablah dengan ramah, “Eh, Ibu… dari tadi gak kelihatan. Mau ke mana, Bu?” Sambil berkata seperti itu, tidak lupa senyum-senyum mupeng. Ibu guru membalas, “Mau ke kelas. Kan sekarang kita ada jam pelajaran. Oh iya, sekarang kan bagian kamu maju ke depan kelas, membahas logaritma yang sudah Ibu bahas minggu lalu.” Spontan lo membalas, “Eh Ibu! Itu di belakang ada apaan?!” Sontak ibu guru akan menoleh ke belakang dan ketika dia menoleh, saran gue: cepat-cepatlah lo menghilang. Wuzzz!
7. Sok Peduli
Tidak jauh berbeda dengan cara sok ramah di atas, hanya saja cara ini lebih intim. Cara ini disenangi oleh para murid yang suka basa-basi atau bertele-tele dalam mengemukakan pendapat atau pemikirannya. Juga disukai oleh siswa-siswi yang mempunyai jiwa negosiasi tinggi serta berhasrat untuk menjadi negotiator ulung. Cara ini juga bisa dibilang sebagai cara yang paling berkualitas dan bermutu, karena dibutuhkan softskill serta kreativitas tinggi untuk bisa menggunakan cara ini.
Misal, siswi Y ketahuan mau pulang duluan ketika dia sedang mengendus-endus lantai bahwa wilayah tersebut aman untuk dipijak. Serta-merta guru piket melabrak perbuatannya sembari menegur, “Hei, Y! Kamu ngapain endus-endus lantai? Kayak tapir saja kamu!” Maka Y pun berdiri lalu berkata, “Aduh, si bapak… ke mana saja…? Ih! Bulu hidungnya belum dicukur ya? Sampai menyembul gitu… hik… hik… hik….” Siswi Y tertawa geli.
Ilustrasi peduli. Sumber: qmedicine.co.in
Serta-merta guru piket akan tersipu malu. Lalu beranjak pergi untuk menggunting bulu hidungnya yang seronok. Ya siapa yang gak malu, kalau disindir bulu hidung sampai keluar-keluar? Hahaha. Kalau lo punya kemampuan komunikasi seperti itu, maka niatan licik pun akan berjalan dengan lancar. Gue meyakini bahwa ilmu adalah kunci kesuksesan, baik untuk kehidupan dunia dan akhirat kelak.
Contoh kedua; siswa Z ingin pulang duluan dan dia ternyata sudah diketahui gelagatnya oleh guru piket setempat. Ia pun ditegur oleh guru piket, “Hei, Z! Ibu lihat tingkah kamu agak aneh. Bawa-bawa tas segala, mau cabut, ya?!” Z merespons, “Eh, ada Ibu…. Ya ampun… kok Ibu nuduh saya yang nggak-nggak? Saya bawa tas soalnya saya gak mau barang-barang saya ada yang mencuri. Ibu kan tahu sendiri, di kelas saya banyak terjadi kasus pencurian.” Sebagai guru baik pasti ia akan merespons, “Benarkah ada kasus pencurian di kelasmu? Ibu akan sweeping sekarang!”
Tapi jangan sesekali lo berkata “Eh, ada Ibu…. Ya ampun! Astaga naga naga! Kok, kerutan di muka Ibu makin banyak sih? Sudah gitu… maaf, nenen Ibu sudah kendor. Terus badan Ibu makin lebar ya…. Kalau dilihat-lihat seperti… maaf, layangan koang.” Gue yakin, pulang-pulang guru piket tersebut langsung operasi plastik.
8. Bersikap Acuh Tak Acuh
Tahapan ini sering digunakan oleh siswa-siswi yang selow mamen alias santai gila, atau kebalikannya dari tahapan di atas. Gue menyarankan, kalau lo pada mau coba pakai cara ini, diharuskan memiliki mental yang kuat. Karena bukan tidak mungkin permasalahan akan muncul nantinya. Bukannya gue sok tahu, tapi coba lo pikirkan kalau ditegur sama bapak/ ibu guru terus lo ngeloyor begitu saja? Itu kan sudah kurang ajar banget (buat mereka).
Ilustrasi acuh tak acuh. Sumber: costaricaguy.com
Contoh, siswa A kepergok ketika ia sedang memanjat pagar sekolah. Lalu guru piket berteriak, “Stop, A! Stop! Turun kamu! Turun! Jangan sampai urat Bapak keluar!” Karena terdengar teriakan guru piket yang memanggilnya, siswa A hanya menoleh, lalu melanjutkan aksinya memanjat pagar dan berhasil meloloskan diri. Kontan guru piket akan berteriak “Gwwrrraaahhh! Kembali kamuhhh! Urat Bapak sudah keluar nih! Kamu mesti lihaaat!” Memang hari itu juga siswa A berhasil. Namun keesokan harinya dia akan menerima surat skorsing dari sekolah.
9. Pura-pura Gak Dengar
Sama seperti tahapan sebelumnya, tapi tahapan kali ini lebih seronok lagi. Mungkin kalian merasa jengkel apabila kalian memanggil teman kalian, tapi teman kalian tidak dengar atau bahkan pura-pura gak dengar atau yang lebih parah gak mau dengar atau memang budeg.
Tidak jauh berbeda apabila ada seorang guru yang memanggil anak didiknya tapi anak didik tersebut pura-pura gak dengar karena takut kalau disuruh yang macam-macam, semisal disuruh melempar petasan keretek ke supir angkot. Pilihan pura-pura gak dengar bisa lo gunakan selagi lo mau pulang lebih awal. Buat gue, cara ini paling dablek dari sekian cara yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kenapa dablek? Karena orang yang memanggil dianggap angin lewat.
Ilustrasi pura-pura nggak dengar. Sumber: nationalreview.com
Misal, guru piket meneriaki siswa X, “Hei! Hei! Itu ngapain nunduk-nunduk X?!” Karena siswa X gak merespon juga, maka guru piket berteriak lebih kencang, “Gheiii! Ngapain kamu?!” Tapi yang terdengar siswa X hanyalah, “ssshhh… ssshhh… zzzhhh… zzhhhuuuhhh.” Siswa X berkata, “Kayaknya mau hujan, anginnya kencang banget.”
Contoh lain misalnya, lo ketangkap basah ketika mau menghidupkan motor karena lo men-starter dengan terburu-buru yang menyebabkan kaki lo nyenggol motor di sebelahnya sampai jatuh. Lalu, lo didatangi guru yang kebetulan lewat. Guru bertanya, “Belum waktunya pulang, ngapain kamu nyalakan motor?! Mau kabur?! Saya bilang ke kepala sekolah kamu!” Tapi lo malah jawab, “Maaf, gak ada uang receh.” Atau menjawab, “Iya, motor saya memang bagus, makasih.” Malam harinya, lo bakalan ditantang balapan liar.
10. Membohongi
Siapa sih, di antara bermilyar-milyar umat manusia yang gak pernah bohong? Gue yakin, semua manusia pasti pernah berbohong. Sama halnya kita pasti pernah nonton video bokep. Kalau gak nonton video senonoh macam itu, kita gak akan pernah tahu caranya bikin anak kayak bagaimana. Lalu kita gak akan pernah tahu mau dimasukkan ke lobang yang mana. Iya, kan? Kenapa jadi menjurus ke hal beginian, ya? Maaf.
Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa “bohong demi kebaikan itu gak dosa”, tapi siapa bilang? Wallahualam. Namanya bohong walaupun demi kebaikan tetap saja gak baik. Tapi terkadang kejujuran itu terasa menyakitkan. Misalnya, lo punya pacar cantik, bahenol, montok, kinclong, baik, pengertian, dan lain-lain.
Lalu tiba-tiba dia mengutarakan isi hatinya di depan Ramayana sembari berteriak lantang, “Perhatian! Perhatian! Saya minta perhatiannya sebentar! Saya mau mengungkapkan isi hati saya kepada pria yang di depan saya ini, si kumal dari Gunung Bentang! Saya merasa dijajah sekurang-kurangnya 8 bulan! Tiap kali kita nge-date, saya yang selalu bayarin dia! Dia gak pernah mengeluarkan duit sepeser pun! Apalagi traktir! Alasannya sih, dia cuma punya dua ringgit. Tapi pas saya cek isi dompetnya, cuma ada sarang laba-laba sama rokok setengah batang yang sudah buntung! Cuih!”
Ilustrasi membohongi. Sumber: economist.com
Pengunjung pun bersorak, “Huuuhhh….” Lalu ada yang menimpali, “Ceburin saja ke got!” Pacar lo ngomong lagi, “Selain isi dompet saya terkuras, yang bikin saya kecewa adalah ternyata dia pacaran sama mama saya! Angghuiikkkss… enghhhss… ekhhss… ekhs….” berlinang air mata. Dia ngomong lagi, “Oleh karena itu, saya minta anda semua jadi saksi bahwa saya pengin PUTUS dari dia!” seraya tangannya menunjuk ke arah lo yang mengakibatkan lo seperti kurcaci ambigu. Cetar!
Seperti itulah contoh dari kejujuran yang kelewat jujur; sudah diputus, aib dibuka-buka juga. Balik lagi ke dunia cabut mencabut. Tahapan kali ini juga dibutuhkan ketenangan luar biasa, kemampuan berbicara yahud, serta kejelian untuk berbohong. Misal, lo sudah digiring oleh guru piket ke ruangan kepala sekolah supaya lo mendapat hukuman yang setimpal atas perbuatan tercela.
Saat digiring, lo izin, “Bu, saya kebelet pipis, nih.” Bu guru jawab, “Halah… paling kamu ngibul. Sudah diam! Jangan macam-macam!” Lo timpal, “Bu, tadi saya lihat pagi-pagi suami ibu boncengan sama cewek, lho.” Pasti bu guru membentak, “Jangan ngawur kamu! Memangnya kamu tahu, suami ibu kayak gimana?!” Lo jawab saja sekenanya, “Tahu, rambutnya pendek, kumisan, agak gempal, rambutnya agak ikal, dan bawa motor matic.”
Mungkin bu guru akan terperangah karena hampir mirip dengan ciri-ciri suaminya. Tidak lupa lo ngomong lagi, “Tadi tangan si cewek melingkar ke pinggang suami ibu, rapat gitu. Terus badan si cewek dipepetin ke punggung, romantis banget!” Bukan tidak mungkin bu guru akan berteriak, “Gwwrraahh! Cukup! Hentikan!” Lalu ia melengos pergi sambil membawa kain pel yang ujungnya seperti tombak.
11. Terakhir, Melarikan Diri
Sebelum gue membahas tahapan yang terakhir ini, izinkanlah gue untuk mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah membaca, lihat-lihat, atau sekadar iseng-iseng buka blog gue. Ya, walaupun masih banyak kekurangan, ini juga topiknya membahas cabut dari sekolah. Gak mendidik, ya? Memang. Tapi hitung-hitung melatih kemampuan mengetik, menulis, mengutarakan pendapat, berbagi pengalaman, dan bahan tawaan (kalau lucu).
Oke, yang terakhir tapi bukan yang terakhir dari blog ini. Tahapan the last ini bisa dipraktikkan oleh satu orang (individu) dan juga bersama-sama (together). Lazimnya, tahapan ini sering digunakan bagi para siswa-siswi yang mempunyai pekerjaan sampingan sebagai tukang copet, karena larinya sudah terbukti kencang. Tahapan terakhir ini dikategorikan sebagai tahapan ekstrem atau berbahaya.
Gue ingatkan kembali, buat lo pada yang bermental oncom, jangan harap bisa menggunakan cara ini. Gue terkesan menakut-nakuti kalian? Coba saja kalian praktikkan. Bila ingin menggunakan cara ini, berlatihlah 2 minggu sebelumnya yakni lari pada tengah hari, lari sore, dan lari tengah malam. Supaya kalian bisa lari sekencang Usain Bolt, kalau bisa sih sampai terbang.
Ilustrasi melarikan diri. Sumber: phonandroid.com
Cara terakhir ini sangat jarang dipraktikkan oleh siswa-siswi bandel. Kalaupun ada yang menggunakan cara ini, pasti dia buronan di sekolah, di pasar, dan di terminal. Gue sendiri dulu sebagai murid berwajah sendu bertabiat serigala tidak pernah memakai cara ini, bahaya. Cara ini lebih afdol dipraktikkan secara berkelompok.
Contoh, lo dan kawan-kawan ingin cabut. Tanpa disadari kalian kepergok satpam, kepala sekolah, guru, guru piket, guru honorer, guru tidak tetap, dan guru gadungan. Reaksi kalian pasti kaget bercampur rasa gembira. Karena gak asik dong, kalau rencana busuk gak ada aksi-aksi yang menegangkan, hohoho.
Guru gadungan berteriak, “Mereka mau kabur, Pak! Cegat! Cegat!” teriaknya, sambil lari zig zag. Karena siapa tahu, profesi asli guru gadungan tersebut adalah peternak bebek di Cianjur. Guru lain, kepala sekolah, dan satpam menimpali, “Ayo cegaatt!” Spontan, hal yang harus kalian lakukan adalah saling memandang satu sama lain. Lalu pada hitungan ketiga kalian berteriak, “LAREEEEE!”
Gue mengingatkan agar kalian berlari jangan satu arah, tapi ke berbagai arah, biar guru-guru, kepala sekolah, dan satpam kebingungan. Pasti seru tuh, gak kebayang misal sekitar 30 siswa berlari tunggang-langgang dikejar 5 guru, 1 kepala sekolah, dan 1 satpam. Hahaha. Seperti film 3 hati 2 dunia 1 cinta. Tapi kalau ini judulnya 30 siswa 5 guru 1 kepala sekolah 1 satpam the movie. Kalau gue ada di kerumunan dan dikejar-kejar, pasti secara tidak langsung akan ngakak dengan biadab, “Nghakk nghakk nghaaakkk…!”
Tapi, jangan senang dulu. Mungkin dari sekitar 30 siswa, ada 1-3 orang yang akan dijadikan tumbal oleh teman sepermainannya dan ketangkap lalu dibawa ke ruangan isolasi. Gue suka berpikir kalau kata isolasi diganti menjadi lakban, kira-kira kesannya jadi kurang menyeramkan. Kemudian yang individu. Individu lebih berisiko daripada yang berkelompok. Sebab kalau sampai ketangkap, lo akan diinterogasi secara tidak terpuji. Sok tahu ya, gue.
Contoh, saat lo melata di depan ruangan kepala sekolah, tiba-tiba kepala sekolah keluar dari singgasananya seraya melihat lo yang sedang meliuk-liuk di lantai penuh nafsu. Dia menegur, “Hayoo… mau kabur lagi, ya?! Ketahuan nih, sekarang!” Diwajibkan lo segera berdiri, balik badan, lalu berdesis, “Satu… dua… TIGA!” tap tap tap. Berlarilah sekencang mungkin. Jangan coba-coba menengok ke belakang. Karena kalau menengok ke belakang… ada kasih yang tak sampai, ada rasa yang belum terungkapkan, dan ada kepala sekolah, guru, penjaga sekolah, satpam, serta teman-teman memanggil, “Kembalilah….”
***
Sepatah dua patah dari penulis:
Hehehe, bagaimana artikel ini? Bermanfaat bukan? Bermutu? Bernilai? Berkesan? Terilhami? Atau terzalimi? Hanya kalian yang bisa menjawabnya. Hohoho. Mungkin, di antara kalian pasti ada yang bertanya, “Ih, kok postingannya gak mendidik banget.”, “Isi postingannya menjerumus kepada hal-hal negatif.” Atau “Gaje (gak jelas) banget.” Tujuan gue menulis postingan tips and trik cabut dari sekolah adalah supaya siswa-siswi sadar bahwa cabut itu gak baik.
Bisa kalian renungi masuk sekolah itu bukan hal yang gampang. Orangtua kita susah-payah membiayai, guru tidak bosannya mendidik, serta teman-teman seperjuangan senantiasa menemani kita di sekolah. Suatu keberkahan serta keuntungan bagi kalian yang bisa mencicipi bangku sekolah.
Sudah seharusnya kita sebagai anak didik menjalankan kewajiban yang harus dijalani yakni belajar. Memang gue sebagai penulis, menulis secara gamblang bagaimana kiat-kiat cabut dari sekolah. Sebab gue pun pernah merasakan bagaimana jadi murid bandel, tapi gak bandel-bandel amat, ada batasnya. Namun, yang harus kalian ketahui adalah: belajarlah sampai bel pulang berbunyi. Have a good day, guys!
Leave a Reply